Perkenalkan namaku adalah Bintang, seorang pengangguran yang hidup dalam kesusahan berkeluarga. Dulu aku berjaya dengan penuh bergelimang harta hingga kesulitan mencari kerja yang hanya mengandalkan gaji kecil istriku sebagai seorang guru SD di salah satu sekolah ternama di kota Dep*k.
Sehari hari bekerja sebagai seorang pedagang sosis bakar yang tentunya tak seberapa penghasilannya, kadang cuan, kadang rugi. Tahun 2025 telah tiba dan saatnya bagi diriku untuk bangkit dari keterpurukan.
Mendapatkan bantuan tangan dari tetanggaku yang terpaksa bagiku untuk berubah haluan zona nyaman menjadi seorang sales rokok di sebuah tempat di Bek**i. Hari hari kujalani dengan penuh cobaan, karena minimnya bekal akomodasi membuatku harus pulang pergi kantor rumah.
Sesampainya dirumah, tepatnya tanggal 19 januari aku mendapati salah seorang pria tengah bercengkrama dengan istriku yang saat itu tengah sakit dan terpaksa beristirahat dirumah. Betapa kecewanya aku melihat dia tengah menikmati kayuhan ganas pria asing yang tak kukenal itu dengan begitu liarnya.
Diam diam ku mendekati kamar tidur sakral kami dan merekam aksi liar mereka. Tak hanya sepongan liar, bahkan membiarkan dirinya dianal oleh lelaki itu. Padahal aku tak pernah diberikan olehnya. Sungguh mengecewakan, aku tersungkur lemah di ruang tamu. 15 menit berlalu dan betapa kagetnya mereka mendapati aku duduk diam di kursi panjang rumahku.
Pria itu lantas pergi tanpa mengucap kata dan berlalu dengan motor besarnya, istriku cuman diam terpaku melihatku menangis. Dia mengiba dan menyesal atas perbuatannya "Mas, aku tau kamu masih berusaha untuk bekerja tapi kita butuh uang" dia membuka omongan.
"Kecewa aku sama kamu! Gila kamu, menyuruh aku untuk setia tapi kamu sendiri BERSELINGKUH" aku geram dan meninggikan suaraku. Lalu aku keluar rumah membawa beberapa lembar pakaian dan memacu motorku untuk menjauhkan pikiran kacauku saat itu.
"Mas, kamu mau kemana? jangan pergi mas, mas!!!!" persetan dengan wanita macam dia. Tetangga keluar berhamburan keluar rumah dan bertanya tanya tapi aku hiraukan saja. Ku kebut kencang sepeda motorku menjauh dan tak sadar sudah berada dekat Stasiun Citayam tempatku akan berlabuh melanglang buana entah kemana, karena hari itu libur jadi aku bersikeras untuk menetap di area tempat ku bekerja.
Tak sampai 5 menit saat aku hendak memasuki loket kereta, sebuah ledakan besar terdengar dengan dentuman yang tak biasa, langit berubah berwarna merah dengan getaran bumi yang tak bedasar. Kencang dan lama, aku meringkuh dan berlari menghindari ruangan tertutup, takut tertimpa. Berlari ke jalan, dan orang orang berhamburan kesana kemari menyelamatkan diri.
30 pesawat tempur mengudara dengan diiringi 15 helikopter memenuhi angkasa. Kala itu aku tak berpikir jernih "Semuanya harap pulang dan kembali ke rumah masing masing! Jakarta saat ini lumpuh terkena megathrust.. cari tempat perlindungan!!!" begitulah yang dikatakan bala tentara yang tengah mengudara.
Kuurungkan niatku untuk pergi karena sudah pasti Manggarai lumpuh, yah pulang saja. Dijalan jalan kudapati banyak masyarakat tengah menjarah toko toko. Tak hanya toko kelontong namun swalayan pun turut jadi bulan bulanan. Gila kalau aku hanya diam, bagaimana jika aku nggak senekat mereka, makan apa aku nanti jika semuanya sudah habis.
Penjaga toko tak menghiraukan tugasnya, mereka pun turut menjarah toko mereka sendiri. Aku pun demikian. Tak hanya rokok, segala kebutuhan yang nggak dibutuhkan pun aku angkut semuanya. Pintarnya aku adalah, mencabut aki dari motorku, dan berlari masuk swalayan supaya tidak dibawa lari orang lain.
Selepas aku puas mendapatkan apa yang kubutuhkan, lalu aku kabur dengan cepat kembali kerumah. Lalu terdengar kembali dentuman dahsyat yang memekakkan telinga, langit menjadi memerah dan gelap. Seakan kuyakin kiamat akan terjadi, tapi bodo amat jika harus mati saat ini, yang penting aku pulang untuk berlindung.
Selama diperjalanan, suasana begitu mencekam dan sampailah aku digerbang dan masuk area perumahanku. Mendapati orang orang tengah riuh berbincang-bincang. Fajar, tetanggaku yang paling kaya di komplek tengah bercengkrama dengan orang orang sekitar mengatakan "Jakarta hancur total, lihat ini pak, ibu.. hancur semuanya.. tadinya saya mau kesana ada acara kantor, tapi karena saya sakit ya nggak jadi.." begitu kata dia.
Sesampainya dirumah, istriku lalu menerjangku mengatakan maafkan dia karena telah salah. Aku diam tanpa bahasa dan meletakkan barang jarahanku sembari menutup pintu. "Ini dapat dari mana? kamu udah gajian?" tanyanya. "Aku menjarah.. semua orang dikota menjarah..." kataku singkat, "Apa? kenapa? gak boleh, itu salah..." hardik nya seakan dia tau segalanya.
"Kamu pikir aja, kota porak poranda.. masih mikir salah? kamu yang salah!! kalo butuh apa apa ya bilang! bukan selingkuh!!" jawabku tak mau kalah. "Sekarang apa kamu mikir kita makan apa? wong penjaga tokonya juga ikut menjarah!" lalu aku meneruskan "Kalo nggak mau, ya jangan di makan, beres kan?".
Dia diam dalam pikirannya yang tengah kalut tak menentu. Ruangan tempat mertuaku tempati kini tengah kurombak menjadi swalayan kecil dengan berbagai kebutuhan hidup. Lalu setelahnya kuingatkan dia bahwa mulai saat ini jangan berbaik hati dengan orang lain karena bisa jadi mereka akan lebih ganas dari apa yang kita tahu nantinnya.
Suara berderu heli yang berterbangan dilangit Citayam menyuarakan masyarakat untuk tetap waspada dengan fenomena alam ini, untuk tetap berdiam dirumah dan tak berpergian jauh dikarenakan megathrust ini baru permulaan. Ricuh masyarakat sekitar, namun kini menjadi aktif dikarenakan aksi pencurian dan maling tentu saja akan semakin aktif dikarenakan lumpuhnya jalanan dan transportasi.
Untungnya listrik masih bisa jalan tapi sampai kapan, karena saat ini sistem telekomunikasi dan internet mati total. Pastinya provider diakarta sudah lumpuh sedari gempa itu terjadi. Sempat setelahnya, siaran tv yang terhubungan dengan konvensional semacam antenna dan parabola masih bisa mengakses kejadian mengerikan disana. Tsunami besar menyapu wilayah hingga Ciputat.
Semoga keluarga kami aman, dan jika tidak, semoga mereka diberikan tempat yang layak disisi-Nya. Hancur bagai tsunami aceh melanda kala itu tapi ini sangat massif.
Bersambung...
ns 15.158.61.39da2