
Sesaat mendapati dirinya tengah masturbasi, aku mengubah fisik dan umurku menjadi dewasa, tentu dengan pertimbangan kontol yang panjang lagi maha besar. Septi yang tengah menikmati orgasme pertamanya, usai melakukan colmek. Kini dihadapkan dengan ketakutan dan rasa penasaran disetubuhi kontol yang bukan lagi milik manusia pada umumnya.
Aku pegang kedua kepalanya dan kupaksa melahap kepala kontol yang besarnya seukuran bola kasti, betapa kepayahan dirinya diperkosa kepala kontol yang memaksa masuk, merojok bibir mungilnya. Septi terengah engah "Ouuhh hufttt... bllebbb groookk... ufff ufff.. oohhhkkk... " dan akhirnya masuklah sepenuhnya dan menyeruak masuk kerongkongannya.
Matanya memutih dan sekujur tubuh kejang kejang lalu air kencing mengalir deras. Kalau manusia biasa sudah pasti mati ditempat, tapi karena bantuan kekuatan Tuan Lilith. Aku menangguhkan kematiannya dan memperkosanya sepuas diriku inginkan.
Hidup segan mati tak mau, itulah peribahasa yang cocok untuk Septi, putri tertua Tante Kapinah. Lalu ku tarik kontolku dan terbatuk batuk hingga ludah dan lendirnya keluar menempel batang kontolku. Sungguh sangat bernafsu, lalu ku rubuhkan tubuhnya dan kupaksa kepala kontol ini menusuk lebih dalam kemaluannya yang masih perawan "bbbrreeettt.... ploooookkkkkkkk" begitu kencang dan terasa ada yang pecah didalam, yang pasti bukan kontolku.
Kulanjutkan memperkosanya sejadi jadinya, Septi yang sering mengalami orgasme ini hanya sadar-pingsan-sadar-pingsan, begitu seterusnya. Hingga 2 jam lamanya, Septi merasakan ada perubahan dalam dirinya. Kesakitan yang tadinya dia rasakan, kini berubah menjadi kenikmatan yang tak terlukiskan. Semula yang tadinya pasif, kini memberanikan diri untuk menggagahi kejantananku.
Buah tidak jatuh dari pohonya, itulah ibarat yang sesuai dengan ibu dan anak, sama sama terlahir sebagai pelacur yang hiper. "Ohh ohhh yes yes... ewein terus... ohhh kontolnya enak... ohh. yes yes yes... ouuhhh... memekku becek gatel banget, perkosa terus... enaaakkk" suara erangannya menggema keseluruh penjuru rumah. Tidak hanya memutar pinggul namun juga naik turun dengan liar dan brutal.
Septi meraih orgasme untuk ke 100 kalinya dengan kondisi yang lemah dan pucat. Kutarik kontolku dari memeknya dan muncratlah cairan memek dan peju yang aku tanam sedari kami bermain sejak saat itu. Septi pingsan dengan nafas tersengal sengal, lalu tanda persembahan (sigil) muncul sesaat aku memperawaninya. Berarti tugas pertamaku mendapatkan perawan sudah terlaksana.
Dalilati kini terbangun melihat kakak perempuannya tengah puas di cabuli, kini merengek untuk minta disetubuhi. Kontolku kembali menegang dan...
BERSAMBUNG...
ns 15.158.61.4da2