Sekitar jam 7 malam, hujan turun dengan derasnya, aku mendengar suara Mas Hendra mengucapkan salam dan mengetuk pintu. Aha, dia sudah pulang! Aku berdebar-debar membayangkan tanggapan Mas Hendra saat melihatku berpenampilan seperti ini. Aku tadi bilang ke dia, kalau aku akan memakai lingerie baru. Lingerie berwarna putih ini sangat tipis dan tembus pandang, sehingga membuatku terlihat sangat seksi. Bagian dadanya agak sempit, dan bagian roknya sangat pendek. Karena tipis, maka buah dadaku akan terlihat jelas. Karena aku sengaja tidak memakai beha, jadi kedua payudara dan putingku, bahkan celana dalam yang aku pakai, akan terlihat jelas sekali.
Dengan hati riang, aku pun segera membuka pintu. Aku tersenyum lebar kepadanya. Namun, senyum lebarku langsung berhenti seketika saat melihat Norman berada di belakang Mas Hendra. Aku lihat Mas Hendra terperangah saat memandangku dengan pakaian yang sangat seksi ini. Menyadari ada Norman, aku buru-buru berlindung di balik pintu. Tapi, sepertinya semuanya sudah terlambat. Norman tersenyum nakal dan bersuit kencang, lalu langsung masuk ke dalam rumah, langsung duduk di ruang tamu sambil membakar rokok. Aku memandang Mas Hendra, dan menariknya ke kamar tidur untuk meminta penjelasan atas semua ini.1320Please respect copyright.PENANAWwfohxaSvd
“Sayang, tadi aku berpapasan sama Mas Norman di dekat pos ronda,” kata Mas Hendra, mulai menjelaskan. “Katanya ia mau ke warung mau makan. Aku menawarinya makan di rumah kita. Tentunya masakanmu lebih enak daripada masakan di warung makan,” lanjut Mas Hendra, sambil tersenyum lembut tanpa dosa. Begitulah Mas Hendra. Kalau sudah takut dengan seseorang, ia akan bersikap baik kepada orang itu, bahkan terkadang berlebihan. Ia tidak berani membalas setiap tekanan, pelecehan, dan kekerasan dari orang yang ia takuti. Sebaliknya, ia malah menunjukkan sikap yang baik kepadanya. Entah karena ia memang baik atau karena tidak berdaya menghadapinya atau memang ia pengecut?
Tiba-tiba, Norman nyelonong masuk ke dalam kamar. “Heh.. ngapain kalian disini? Mana makanannya?”
“Oh.. eh.. mhh.. Mas Hendra dan Bang Norman langsung ke meja makan saja ya,” ujarku, berusaha tenang, “Aku sudah menyiapkan semua makanan di meja. Kalian makan duluan saja, aku mau di kamar dulu.”
“Ngapain kamu di kamar? Ayo kita makan bareng-bareng!” ujar Norman sambil memandangi kedua buah payudaraku. Aku berusaha menutupinya dengan tanganku.
“Iya Mas, aku ikut makan kok. Tapi, aku mau ganti baju dulu sebentar,” kataku sambil menahan malu. Aku perhatikan Mas Hendra diam saja.
“Sudah, nggak perlu ganti! Aku sudah lapar! Aku mau makan sambil ngeliatin tetekmu!!” seru Norman, yang dengan tiba-tiba, menghampiri dan meremas tetek kananku, lalu menepak keras pantatku. Kemudian dia merengkuh pinggangku dan menarikku ke ruang makan.
“Ta… tapi, Mas…,” aku tidak sanggup melanjutkan ucapanku, tidak tahu harus berkata apa. Akhirnya dengan terpaksa, aku mengikuti tarikan Norman, sementara aku lihat Mas Hendra berjalan didepan kami sambil menunduk dan melangkah takut-takut.1320Please respect copyright.PENANAlFvlNMS3pO
Aku memakan makanan di meja makan dengan canggung dalam diam. Maklumlah, saat itu aku sedang memakai lingerie tipis tembus pandang, padahal ada orang lain di situ, yakni Norman. Mas Hendra dan Norman mengobrol. Cara berbicara Mas Hendra kepada Norman seperti kepada seorang juragan saja. Sepertinya ia benar-benar tidak ingin mengecewakan atau membuat Norman tersinggung, mungkin karena takut.
“Aaaah… kenyang… enak sekali masakanmu, Res,” puji Norman. Aku hanya tersenyum kaku. “Ngomong-ngomong, aku mau merokok Hen..” kata Norman kepada suamiku. “Tapi rokokku habis tadi... belikan dulu sebungkus... eh.. satu slove! Pakai duitmu!”
“Tapi Mas.. jam segini warung sudah pada tutup..” jawab suamiku.
“Nggak mau tahu... cari dimana yang masih jualan, kalau perlu cari yang jauhan..” Bentak Norman kepada suamiku, lalu dia mengeplak kepala Mas hendra dengan kasar dan kencang.. “Cari ke pasar! Sekarang! Cepat!” Tapi tanpa kuduga, Mas Hendra segera bersiap ngacir keluar rumah untuk mengabulkan permintaan Norman..
“Baik Mas Norman, aku pergi sekarang,” ia pun melangkah ke pintu.
“Tunggu Mas Hendra!” aku berseru. “Ganti baju dulu, Mas! Mas Hendra masih pakai baju kantor!” ujarku datar sambil tak urung memberikannya payung.
“Nggak apa-apa, Sayang. Nggak masalah. Ya sudah, aku pergi dulu, ya,” ujarnya sambil tersenyum lemah. Namun baru saja Mas Hendra keluar dari rumah, Norman langsung membanting pintu dan menguncinya, lalu menutup horden. Bang Norman kemudian memelukku dan mengulum bibirku. Dan sambil menggendongku ke kamar tidur, kami berdua tertawa, walaupun dengan suara tertahan.. iya.. kami tertawa.. terbahak-bahak..
Loh? Kenapa kami malah ketawa? Kenapa aku senang dengan keadaan ini? Hehehehe... sebenarnya, hal ini sudah kami rencanakan. Kapan rencana ini dibuat? Begini ceritanya..
*****
1320Please respect copyright.PENANAnQqu6QZzBx
Setelah 2 minggu nggak kelihatan batang hidungnya. Pacar gelap kesayanganku, si preman kampung berkontol besar itu pulang. Pucuk dicinta ulam tiba..
Jam 3 sore tadi, dia langsung ke rumah. Mas Hendra tentu saja belum pulang. Norman membelikanku lingerie yang tadi aku pakai. Kangenku yang sudah di ubun-ubun, segera aku lampiaskan saat melihat dirinya. Kami saling berpelukan melepas rindu. Bibir kami saling berpagut.. dan tak ada 1 jam kemudian, atas permintaanku sendiri, vaginaku kembali menampung lengketnya peju panas segar yang banyak sekali... sungguh kenikmatan surgawi yang tak akan pernah diberikan oleh suamiku sendiri.1320Please respect copyright.PENANA6BXeJWrHep
Lalu kami membersihkan diri dikamar mandi.. sambil dia menyabuni diriku, dia bercerita tentang proyeknya yang semakin banyak.. Daaannnnn.... keinginannya untuk menikahiku.
“Tapi Bang.. aku kan masih punya suami.. masih ada Hen...”
“Iya.. aku tahu..” potongnya. “Makanya aku pengen ngerebut kamu.. mendingan kamu sekarang juga cerein dia.. hmm.. tapi kamu pasti belum bisa ambil keputusan..”
Aku tahu.. kalau aku masih sayang sama Mas Hendra. Dan Keberadaan si Norman ini telah mengacaukan segalanya. Kekasarannya pada Mas Hendra yang dulu sangat aku tentang, kini memang sudah mulai dikurangi oleh Norman. Tapi kalau mau jujur, sekarang-sekarang ini birahiku suka timbul mendadak, kalau membayangkan suamiku mengkeret ketakutan bila berhadapan dengan Bang Norman sambil dibentak-bentak. Dan alangkah nikmatnya kalau kontol besarnya itu langsung menghajar memekku setelah pemiliknya menghajar suamiku didepanku... hihihihi... gila ya.. segera aku buang jauh-jauh pikiran itu. Namun bila si Norman adalah suamiku, pasti akan lain ceritanya. Aku tersenyum ganjen merespon pernyataan jujur Bang Norman itu.. dan aku jawab singkat, “Usaha doonngg...”
“Emangnya kamu mau kalau aku rebut dari suamimu?” tanyanya polos. Kali ini, aku tidak menjawab. Aku hanya memberikan senyuman genit dan kuluman pada bibir bawahnya. Norman tersenyum. Lalu sambil memeluk tubuh telanjangku, dia kembali berkata, “Baiklah.. aku akan cari duit yang banyak, dan minta sama Awloh supaya aku dikasih jalan untuk merebut kamu dari si kunyuk itu, dan mengawinimu...” Dia lalu melumat bibirku. Kami kembali berpelukan dengan mesranya.
Tapiii.... serbersit pikiran nakal dan liar melintas di kepalaku.
Tanpa berlama-lama, segera aku ungkapkan rencanaku kepada Norman. Dia tertawa terbahak-bahak mendengarkan rencanaku ini. Dan setelah meyakinkan aku atas rencanaku, dia kembali mengecup bibirku. Ya... aku telah mengajak si Norman untuk berbuat sesuatu yang amat ekstrim.. aku ingin dia mengentot memekku malam ini dirumah, dimana sebelumnya dia akan menindas dulu suamiku dihadapanku, lalu mungkin akan dia usir dari rumah... yaaa... lihat sikonnya aja. Hmm.. ada sensasi hebat di hati dan memekku ketika Norman menyetujui rencana busukku ini...
Dan aku akan memasak makanan yang istimewa, makanan kesukaan Bang Norman. Bahkan aku akan memakai lingerie yang baru saja dia belikan, ketika dia datang.. Yaa.. aku akan berdandan sangat seksi. Nggak pakai beha.. hanya lingerie maha seksi ini dan kancut yang sangat mungil. Bahkan ini bukan untuk suamiku tapi untuk ‘mantan pemerkosaku’. Malam ini aku akan berusaha memuaskan kontol Bang Norman untuk yang kedua kalinya hari ini. Dan rencanaku akan aku mulai.. aku akan siap bersandiwara untuk melancarkan aksi gilaku.. Malam ini Mas Hendra akan pulang sekitar jam tujuh malam.
Itulah rencanaku, yang langsung disetujui Norman.. jadi, semua ketakutanku tadi hanyalah pura-pura.. dan dengan berlaku demikian, sebenarnya aku telah membohongi suamiku, namun di sisi lain, perlakuan Norman pada suamiku malah membuat rangsangan yang cukup liar pada kebirahianku..
Dan efeknya adalah sekarang.. malam ini..
1320Please respect copyright.PENANA1GHFkecOXY
*****
1320Please respect copyright.PENANAliGaaP7GUY
Sambil menggendongku, Norman bertanya, “Kamu lihat mukanya Hendra nggak tadi? Culun banget ya.. hahahah”
“Hush..” sahutku, “Gitu-gitu kan dia masih su..”
“Lelaki cemen itu?” potong Bang Norman.
“Iya..”
“Yang aku keplak kepalanya?”
“Iyaaa...”
“Yang takut banget sama akuu?”
“Iyaaaaaaa.... sayaanngg..”
“Yang kontolnya kecil?”
“Hush!! Kok kontol? Titit...!!”
“Hahahahahahaha.....” kami berdua tertawa lepas.
“Dia tadi takut banget ya sama aku...” lanjut Norman, “..sampai gemeteran dia kulihat.”
Aku tersenyum, “Aku juga gemeteran Bang...”
“Ah... aku nggak liat badanmu gemetaran....”
“Bukan badanku..”
“Terus apa?” Tanya Norman sambil menurunkan tubuhku di kamar tidur.
“Ini-ku...!!” kataku lagi sambil menggenggam telapak tangan Norman dan memasukannya ke dalam celana dalamku, lalu menempelkan serta merabakannya ke bibir memekku.
Kami kembali tertawa terbahak-bahak...1320Please respect copyright.PENANAdezlaFFqAe
Lalu Norman melepas kaosnya, Norman berbaring di tempat tidur. Ia memintaku untuk naik ke atas tubuhnya, dan sedikit memijat tubuhnya. Aku segera naik ke atas tubuh Norman sambil berusaha menahan rokku agar tidak terlalu tersingkap. Tapi hal itu sia-sia saja, sebab rok lingerieku terlalu pendek sehingga pahaku yang mulus tetap tersingkap. Posisi itu membuatku sedikit membungkuk sehingga belahan buah dadaku terlihat jelas oleh Norman. Rambutku yang panjang menutupi sebagian mukaku sehingga diriku terlihat sangat binal.
Norman tampak begitu menikmati pijatanku. Lama-kelamaan tangannya mulai nakal. Jari-jarinya bermain-main di sekitar pahaku, mengelus-elusnya. Bahkan kemudian salah satu tangannya meremas-remas dadaku. Perlahan-lahan aku mulai terangsang oleh remasan dan rabaan Norman di bagian-bagian sensitif tubuhku.
Aku sudah tidak konsentrasi lagi memijatnya. Aku menggigit-gigit bibirku, menahan rasa merinding yang menyelimuti tubuhku. Tiba-tiba Norman menarik kepalaku, lalu mencium bibirku, aku langsung membalas ciumannya. Rupanya gairahku sudah terpancing. Lidahku dan lidah Norman saling terpagut. Kami berciuman dengan panas. Norman meremas-remas buah dadaku, dan tanpa sadar jari-jariku juga memainkan puting dada Norman.
Dalam satu kali kesempatan, Norman membalikkan tubuhku dengan tenaganya yang besar itu. Kini posisiku di bawah, sementara ia di atas. Norman mengangkat tanganku tinggi-tinggi dan memegangnya dengan erat. Kedua ketiakku yang putih dan mulus itu pun tersingkap jelas. Norman mengendus-endus ketiakku, dan kemudian mulai menjilatinya. Aaaaah… aku menggeliat-geliat kegelian. Norman menarik tanganku secara menyilang ke punggungku, lalu menekannya. Aku merasa kesakitan, namun tidak bisa apa-apa.
Mungkin Norman melakukannya supaya bisa mendapat akses yang bebas untuk menikmati ketiakku. Benar saja, setelah itu Norman pun menjilat ketiakku dengan ganas dan sedikit kasar.
“Oooh… Ahhh….” aku mendesah-desah. Entah kenapa rangsangan Norman di ketiakku terasa begitu nikmat. Awalnya aku merasa risih dan malu, namun lama-kelamaan aku malah menikmatinya.
Setelah puas, Norman membebaskan tanganku. Ia mendudukkanku, dan kemudian melepas lingerieku. Aku duduk dengan sok malu-malu di hadapannya, tanganku aku silangkan di dadaku, seakan menutup kedua payudara mengkalku. Aku tak khawatir soal daerah selangkangan. Karena alat kelaminku yang sempit ini masih ditutup celana dalam super mini. Namun, dengan satu gerakan cepat, Norman melepas tangan penutup dadaku. Norman kemudian melumat buah dadaku. Kedua tangannya sibuk meraba-raba bagian tubuhku lainnya. Aku hanya bisa pasrah, membiarkannya menikmati setiap lekuk tubuhku. Setelah puas bergerilya di bagian dadaku, ciuman Norman turun ke arah perut.1320Please respect copyright.PENANA1YIaoGwwsY
Kemudian ia memintaku melepas celana dalamku.. setelah aku lepas, g-string itu aku berikan ke Norman. Namun dengan kasar, ia lantas membuangnya ke sudut kamar. Uuhh... aku suka sekali dengan caranya itu.. Kemudian, Dia mengangkat kakiku, untuk menjilat-jilat jempol kakiku. Jilatannya itu berpindah ke betis, paha, dan akhirnya berlabuh di vaginaku.
“Oooouuuh… aaaaah….” aku mendesah kuat saat bibir Norman mulai melumat bibir vaginaku. Aku meringis sambil melihat aktivitas Norman. Mulutnya sesekali menarik-narik bibir kemaluanku. Tubuhku menggeliat-geliat menahan geli. Perlahan-lahan cairan kewanitaanku meleleh, keluar dari dalam vaginaku yang terus dirangsang oleh Norman. Cukup lama juga Norman memainkan kemaluanku. Setelah cairanku banyak yang keluar, Norman segera menyeruputnya dengan beringas. Ya Awloohhh.... aku selalu mendambakan saat-saat seperti ini... kekasarannya selalu bisa meruntuhkan pagar kehormatanku.
Kemudian, ia membalikkan tubuhku dan memaksaku untuk menungging. Ia mengeluarkan penisnya dengan cepat, lalu menempelkannya ke bongkahan pantatku. Penisnya terasa begitu keras.
“Apa mungkin ia mau penetrasi sekarang?” aku membatin, bingung. Aku merasa heran, sebab biasanya Norman akan memintaku untuk mengoralnya terlebih dahulu sebelum kemudian lanjut penetrasi. Tapi entah kenapa kali ini ia tidak memintanya. Mungkin ia sudah tidak sabar. Dugaanku benar. Norman menempatkan penisnya di pintu masuk liang kenikmatanku, dan kemudian mendorongnya dengan cepat. Aku tersentak kaget. Rupanya Norman benar-benar sudah tidak tahan. Sepertinya malam itu ia sedang sangat bergairah. 1320Please respect copyright.PENANAeQ1TVjxduS
Norman mulai menggenjot dengan cepat. Penisnya yang sangat besar dan keras itu mengaduk-aduk dengan liar alat kelaminku.
“Aiiiih… Oooh…,” aku mendesah-desah. Vaginaku sudah terasa sangat gatal. Norman sesekali menampar-nampar pantatku. Ia telah memperlakukanku seperti pelacur. Tapi aku juga tidak bisa menyangkal bahwa ia telah memberikanku kenikmatan yang sungguh tidak terkatakan. Semakin lama genjotan Norman semakin cepat. Aku sempat menduga bahwa ia mau keluar. Sebuah hal yang cukup aneh, sebab kami baru bermain dalam satu posisi. Tapi Norman sudah mulai mendesah, dan biasanya hal itu menandakan bahwa ia mau keluar. Genjotan Norman membuat vaginaku terasa mau meledak, dan itu tandanya aku juga hampir meraih puncak. Benar saja, tidak lama kemudian tubuhku menegang. Pantatku terangkat, dan dadaku turun menyentuh permukaan kasur. Tanganku berusaha menggapai-gapai apa saja yang bisa aku raih. Namun aku hanya meraih seprai, dan kemudian menarik-nariknya dengan belingsatan. Tubuhku semakin menegang… terus menegang… semakin menegang… hingga akhirnya….1320Please respect copyright.PENANABVuF0rbFoc
“AAAAAHhhhh….” aku menjerit tertahan, berusaha agar suaraku tidak terlalu kencang sehingga tidak terdengar sampai keluar rumah. Aku telah mencapai puncak! Norman melepaskan penisnya sejenak dan membiarkan cairan kewanitaanku menyemprot ke mana-mana. Aaaah… rasanya nikmat sekali. Aku benar-benar melayang. Kesadaranku seperti hilang saat berhasil meraih puncak kenikmatan itu.1320Please respect copyright.PENANAXiCvSfeS3j
Lalu, Norman kembali memasukkan penisnya ke vaginaku yang basah kuyup ini. Ia menggenjot dengan sangat cepat. Di akhir genjotannya, ia menyentakkan penisnya dalam-dalam ke vaginaku. Aku tahu bahwa ia telah keluar. Aku merasakan semprotan-semprotan liar spermanya membanjiri liangku yang paling berharga itu. Aah, lagi-lagi aku membiarkan dirinya membuahiku dengan seenak hatinya.
Kami berdua kemudian sama-sama terjerambab di atas kasur, lemas. Kami sama-sama diam. Kesadaranku seperti belum pulih benar. Aku masih tenggelam dalam kenikmatan yang aku raih tadi. Dan dalam keadaan seperti itu, aku bangkit untuk membungkuk dan merangkak ke arah selangkangannya si Norman. Dan segera memasukkan kontolnya yang basah kuyup itu kedalam mulutku dan langsung mengulumnya. Nikmat sekali rasa dan aroma perpaduan antara cairan kenikmatanku dan spermanya yang aku telan ini. Sensasi rasa ini segera menekan tombol birahiku lagi. Kedutan-kedutan di arah vaginaku semakin menjadi..1320Please respect copyright.PENANAbkSyEdrif5
Norman tampaknya mengetahui hal ini.. dia segera mengangkat tubuhku keatas tubuhnya, seraya mengarahkan memekku ke atas mulutnya. Memek mungilku langsung dimanjakan oleh mulut dan lidah Norman, sementara mulut dan lidahku memanjakan kontolnya yang kembali mengeras.
Tidak lama kemudian, aku tak sanggup menahankannya lagi. Dari dalam memekku keluarlah cairan kenikmatanku. Banyak dan menyembur-nyembur liar. Wajah Norman dan sprei serta bantal tidurku basah kuyup. Namun Norman tak mau melepaskan lidahnya dari dalam memekku. Benar saja.. cairanku keluar lagi. Aku merapatkan kedua pahaku ketika memekku menyembur-nyemburkan cairan bening orgasmeku, sementara tangan kananku tak berhenti mengocok kontol si Norman yang sedang menyeruput cairan kenikmatanku.
Dan akhirnya kontol besar si Norman memuntahkan spermanya yang panas, banyak, kental dan lengket, dan dia sengaja melakukannya ketika kontolnya berada di dalam mulutku. Gila.. rasanya gurih bangeeettttt....
Setelah semua selesai, Norman segera bangun untuk ke kamar mandi, sementara aku segera melepas semua sarung bantal, guling dan sprei yang sudah sangat basah oleh cairan kenikmatan kami berdua, dan menggantinya dengan yang baru. Aku melakukan semua itu sambil masih bertelanjang bulat. Aku belum sempat pakai baju. Memekku masih terasa penuh oleh peju Bang Norman dan cairan kenikmatanku sendiri.
Bahkan mulutku pun masih beraroma peju.. dan sebagian wajah, juga rambutku masih terlihat bekas-bekas peju yang menempel. Aku segera menuju tempat cucian piring untuk berkumur dan cuci muka, setelah itu, aku menyusul Bang Norman ke kamar mandi untuk untuk minta dimandikan.. hihihi..
Setelah selesai, kami segera menuju kamarku lagi untuk berpakaian. Selagi handukan, tiba-tiba terdengar bunyi ketukan di pintu depan. Hmm.. Mas Hendra pulang, pikirku. Saat itu aku belum pakai apa-apa, aku masih mengeringkan badan. Akhirnya dengan nekat, Bang Norman yang berinisiatif keluar kamar untuk membukakan pintu. Dia hanya melibatkan handuk di pinggangnya dan tidak memakai celana dalam, otomatis bagian depan arah selangkangannya kelihatan menonjol sekali.. Aku tersenyum melihat gundukan besar itu, bangga karena memekku selalu bisa merasakan keperkasaannya. Dan aku merasa kagum akan keberanian dan kenekatan pemiliknya... lalu setelah aku menggegam selangkangannya dan Norman mengulum bibirku, Norman berjalan kedepan, sambil mengenakan kaos.1320Please respect copyright.PENANALP1PmpDSPL
Dari dalam kamar, terdengar bentakan-bentakan khas Bang Norman pada suamiku, yang mungkin memekakkan kuping Mas Hendra, namun terdengar sangat seksi bagi kupingku. Aku hanya bisa tersenyum kecut mendengarnya. Aku sebenarnya agak kasihan sama Mas Hendra. Namun disisi lain, aku kecewa berat pada sikapnya yang lemah, dan kepasarahannya ketika dia di tindas oleh Norman, yang anehnya, pada saat bersamaan selalu bisa membuatku terangsang berat dengan sifat kepremanannya yang sadis itu.
Akhirnya, setelah keadaan di ruang tamu sepertinya semakin memanas, aku memutuskan untuk melihat langsung penindasan yang sedang terjadi itu. Karena Lingerie yang tadi sudah aku jadikan lap untuk menyeka selangkangan kami, maka aku mengambil daster yang tipis dari dalam lemari untuk aku pakai, dan aku nekat keluar kamar tidak memakai celana dalam dan nggak pakai beha, sehingga pentilku tercetak jelas.1320Please respect copyright.PENANAUVJsYmz7nY
“Sudah pulang Mas?” tanyaku datar dan malas-malasan pada suamiku, sambil menyilangkan kedua tanganku di atas dada. Mas Hendra menunduk dan hanya diam saja.
“Eh, bangsat.. jawab itu istrimu!” bentak Bang Norman sambil menoyor kepala Mas hendra dengan kencang.
Aku berusaha menahan senyum.. terus aku tanya lagi suamiku, “Sudah kamu belikan rokoknya Bang Norman, belum?” dengan nada bicara agak tegas dan terasa banget membela Bang Norman, sambil melepas silangan tanganku dan bertolak pinggang. Suamiku hanya bisa mengangguk-angguk lemah, namun langsung terperangah kaget melihat penampilanku. Ketika dia menengadah ke arahku. Aku yakin dia melihat dengan jelas kedua pentilku.
“Sudah kamu berikan belum rokoknya?” lanjutku agak membentak, “Sekalian kasih uangmu... kasihan tadi Bang Norman menemani aku sendirian dirumah.. nggak merokok pula.. masih ada kan uang di dompetmu?” tanyaku lagi dengan nada agak memerintah. Aku lihat tubuhnya yang mengigil kedinginan karena kehujanan, ditambah dengan menggigil karena ketakutan pada Norman. Lalu aku mengambil dengan paksa dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang 100 dan 50 ribuan, dan memberikannya pada Norman. “Nih Bang.. buat kamu. Makasih tadi udah nemenin aku…”
Sekilas aku ingin menimbulkan rasa kasihan pada diri Mas Hendra, namun pesona Bang Norman yang berdiri menghadap Mas Hendra sambil cengengesan itu sangat menghipnotisku. Bahkan dia secara terang-terangan, memajukan pinggangnya untuk memamerkan gundukan besar daging di arah selangkangannya, dan itu semua mengalahkan semua perasaan yang ingin aku timbulkan untuk suamiku sendiri. Aku yang berdiri dibelakang Mas Hendra tersenyum sangat nakal, dan mulai agak terangsang kembali dengan semua kejadian ini. Aku merasakan kedutan-kedutan nikmat di arah selangkanganku. Akhirnya aku malah memberikan kode kepada Norman untuk kembali menindas Mas Hendra. Pesannya jelas.. Kali ini dengan lebih kejam!!
“Eh Hendra..” bentak Bang Norman tiba-tiba, “Sekarang bikinin gue kopi, mandi, terus tidur.. gue masih ada urusan yang belum selesai sama bini lo..” lanjutnya sambil berkacak pinggang. Dan ketika Mas Hendra membalikkan badan, Norman menendang keras punggungnya sampai Mas Hendra terjungkal dan terjatuh di hadapanku. Aku beneran pingin ketawa melihat kejadian itu, namun dengan kuat aku tahan.
“Resti... Jangan dibantu!!” lanjut Norman lagi sambil membentak, walaupun itu tidak perlu. Aku memang tak ada niatan atau pergerakan apapun untuk membantu Mas Hendra berdiri.. karena pada saat itu, aku merasa ada cairan yang sedang mengalir lembut keluar dari dalam memekku. Uuuhh... hmmm.. mmhh... Rasanya nikmat banget...
Aku melihat Mas Hendra bangun dan segera melangkah ke dapur dengan menunduk dan sedikit terpincang-pincang. Namun sempat aku lihat ada tetesan darah yang mengalir dari bibirnya. Senyuman mengejekpun terkulum di ujung bibirku ketika dia melewatiku. Dan dibalik punggung Mas Hendra, aku memanggil Norman ke arahku dengan jariku.
Kemudian, aku memintanya meludah diatas lidahku yang aku keluarkan.. seksi sekali kayaknya kalau dia melakukan itu di sini, pikirku. Dan setelah dua kali ia meludahi mulut dan lidahku sambil meremas dada kananku, aku tersenyum nakal, mengulum bibirnya, lalu mengedipkan mataku pada Norman sambil menggenggam dan meremas gundukan daging besar yang panjang di arah selangkangannya.. kemudian aku membelakangi Bang Norman seraya melepas dasterku, sehingga kini aku telanjang bulat.. hihihihi… kemudian melangkah ke dapur untuk, kesannya, membantu suamiku. Otomatis, kedua bongkahan pantatku langsung terlihat oleh Si Norman Jahanam itu. Tanpa pikir panjang, aku segera berjalan santai, sambil dengan genitnya mengeol-geolkan pantatku. Sambil aku berjalan, aku menengok ke belakang dan melihat Norman berlari kecil ke arahku untuk kemudian memelukku dari belakang, merapatkan selangkangannya ke pantatku dan meremas kedua toketku seraya bersuit kencang dan berteriak, “Buka sitik, Joss!! Hahaha... aku tertawa lepas tanpa sadar.
1320Please respect copyright.PENANAH70ohcNE4r
Sesampainya di dapur, aku segera membuat kopi. Mas Hendra kembali terperangah melihat aku. Bagaimana tidak? Tubuh molek istrinya yang bahenol ini tidak tertutupi sehelai benang sama sekali.. jadi dia kaget banget ketika melihat memek dan kedua tetek besar istrinya ini terpampang nyata.. sebebas-bebasnya.. hihihihi...
Namun sebelum dia mulai bertanya, aku segera menampilkan wajah sedih, seraya menjelaskan ‘keadaannya’, “Dari tadi aku dilecehkan mas.. tetekku dipegang-pegang.. bahkan tadi, aku di tarik ke kamar tidur. Si Abang hampir saja berhasil menikmati tubuh istrimu ini.. hampir lho mass.... dia sudah buka celana.. dan.. dan.. dia memamerkan anunya di depan wajahku, terus menempelkannya di wajah dan mulutku!“ Aku berhenti sebentar untuk sekedar melihat reaksinya. Wajah Mas Hendra seperti terpukul, tapi dia tetap diam saja. Akhirnya, aku lanjutkan lagi cerita bohongku.
“Tapi Awloh masih menjagaku, Mas.. Akhirnya aku bisa mempertahankan kehormatanku. Dia nggak jadi memperkosa aku.” kataku datar, “Tapi walaupun nggak jadi, aku sudah melihat anunya mas.. dan itu.. besar sekali.. saaangat besaarr.. jauh lebih besarlah dari tititmu mas.. aku takut Mass..!!” lanjutku memberi penjelasan asal-asalan, dan yang jelas.. bohong! Toh suamiku nggak akan tahu keadaan aslinya kayak apa.
1320Please respect copyright.PENANAWjKWuOnllc
“Tadi dia marah banget pas tau kamu pulang.. karena dia nggak berhasil memperkosa aku, makanya tadi dia meminta aku untuk memakai daster saja, dan bahkan barusan aku disuruh melepas dasternya.. maksa banget, mas! Katanya, sebagai hukuman buat aku karena kamu datang terlalu cepat. Dia maksa mau lihat ini aku..” ujarku sambil mengelus-elus bibir selangkanganku. Aku agak kaget, karena ternyata memekku sudah basah kuyup.
“Ya sudah..” kata Mas Hendra dengan lirih, “Aku minta maaf... karena aku, kamu jadi di lecehkan dan permalukan gini oleh Norman.. Maafin aku ya sayang...”
Aku pura-pura terpukul. Dan dengan nada bicara lembut dan pelan, namun berkesan menyalahkan dia, aku bilang, “Aturan kamu jangan pulang cepat-cepat tadi.. karena kamu begitu, akhirnya aku yang di lecehkan sama Si Abang.. aku yang dijadikan bantalanmu.”
Kemudian aku suruh dia mandi. Dan selama dia di kamar mandi, aku balik ke ruang tamu untuk berpelukan dan berciuman dengan Norman, lalu balik lagi ke kamar. Ketika suamiku sedang berpakaian, aku memohon dia agar secepatnya tidur. “Biar kamu gak di siksa lagi mas.. biarin aku yang menghadapi preman itu.. biar aku yang lawan..” begitu kataku.
“Emang kamu mau apa? Mau lawan gimana?” tanyanya lemah.
“Aku nggak tahu mas.. Sekarang Mas tidur aja yaaa.. aku janji, aku akan tetap memberikan perlawanan pada semua serangan dan tekanan si Abang.. sekuat apapun tenaganya, sebesar apapun otot dan uratnya.. aku akan lawan sampai.. yaa.. gitu deh mas..” aku berhenti berbicara, karena aku berusaha menahan tawa. Karena kata-kataku tadi punya dua makna yang berbeda... tahulah maksudnya apa .. hihihi..
Mas Hendra segera melakukan apa yang aku katakan. Dia langsung berbaring di tempat tidur. Aku menemaninya sebentar. Rasa kasihan pada Mas Hendra yang dulu tulus kurasa, sekarang malah berkesan hambar, malah jelas-jelas menimbulkan rangsangan birahi yang kuat untuk Norman. Sempat Mas Hendra hendak mengucapkan maaf lagi.. namun terdengar suara kasar si pemilik kontol besar itu.
“Hendra!!” bentak Norman. dan dengan herannya, Mas Hendra langsung bangkit berdiri seperti terhipnotis oleh suara yang terdengar sangat laki-laki sekali itu. Aku langsung mengulum senyum di bibir, sambil menepok jidatku. Belom selesai rupanya...
“Ya Mas.. ?” jawabnya singkat.
1320Please respect copyright.PENANA0XdDHB53pL
Sementara aku didalam kamar mendengarkan pembicaraan mereka sambil tersenyum-senyum. Kadang-kadang kalau birahi sudah menguasainya, Norman ini selalu bertingkah diluar akal tapi berkesan lucu. Aku suka dengan perubahan sikapnya itu.
“Ngapain lo didalam kamar?”
“T.. Tadi.. katanya disuruh tidur..” jawab Mas Hendra tergagap-gagap.
“GOBLOK!! Nggak Boleh!!” sahut Norman, “Ini rokok yang elo beli salah, Monyet!! Rokok gue samsu.. bukan super. Kenapa lo belinya super?? Beli lagi!!.. Cepet!!”
“Iyaa.. iyaa.. mas...” jawab suamiku sambil setengah berlari hendak keluar rumah.
“Lewat belakang!!” bentak Norman.. “Pintu depan udah gue kunci!”
Lalu dengan cepatnya, Hendra keluar rumah lewat pintu belakang. Aku melihat dia berlari dari pintu kamar yang terbuka. Hmm.. pengecut banget laki-laki itu, pikirku. Lalu kulihat Norman berjalan menuju pintu belakang, yang aku yakin untuk dia kunci. Dan sambil berjalan, kulihat dia sudah melepas handuknya.
Aku tersenyum nakal ketika melihatnya... Bagaimana tidak? Batangannya yang besar walaupun belum ngaceng itu, bergoyang dengan gagahnya seiiring dia berjalan. Benar-benar membanggakan... Lalu dengan kesadaran penuh, aku bangkit berdiri, seraya berjalan ke arah pintu kamar dan berdiri dengan posisi mengangkang, karena itu pasti akan merangsang Norman. Aku akan membuat kontolnya ngaceng... lagi.. untuk kesekian kalinya.. hahahahah...
Benar saja. Tak lama kemudian, terdengar pintu belakang dikunci. Lalu Norman berjalan balik menuju kamar sambil membakar rokok. Namun langkahnya terhenti ketika melihat aku sudah menyender di pintu kamarku sambil mengangkang. Dengan manja namun tegas, aku menghisap jari telunjukku dan memasukkannya ke dalam lobang alat kelaminku. Norman yang langsung mengerti, langsung membuang rokok yang baru dibakarnya itu, lalu berlutut dan menjilati memek mungilku yang kelihatannya sudah nggak terlalu sempit lagi ini. Hahahahahaha..... Ada sekitar 5 menitan dia menjilati memekku. Lalu dia berdiri dan membopongku. Sambil berjalan dia bertanya.. “Adek kecilku ini mau di entot lagi nggak memeknya? Mumpung suaminya nggak ada...”
Aku meresponnya dengan senyuman nakal dan anggukan manja. Lalu berkata seperti anak kecil, “Memek cempit adeek mau di macukin kontol besal abang lagi yaaaa...”
“Iya deekk...” jawab Norman.
“Di cemplot lagi yaaa memekna adek pake pejuu abang..... yang baaannyyaakkkk.... bial adeknya cepet hamil. Baanngg.. bikinin adek dedeekk bayiik..“
Kami berdua tertawa terbahak-bahak. Lalu Norman membaringkan aku diatas meja makan.. terlentang mengangkang, seraya melepas kaosnya sendiri. Namun ketika Norman sedang menggosok-gosokkan kontolnya di bibir memekku, terdengar bunyi ketukan di pintu belakang. Kami berdua menarik nafas panjang.
Tapi sebelum Norman membalikkan badannya, aku berkata kepadanya.. “Aku aja yang ngurusin itu monyet.. kamu ngerokok lagi aja dulu sambil urusin kontolmu.... bikin ngaceng lagi ya sayaanngg!” Norman tersenyum sambil menunjukkan ibu jarinya.
Lalu aku yang sudah kadung telanjang bulat, berjalan menuju pintu belakang yang tidak aku buka. Dan sesampainya disitu, aku bertanya pada Mas Hendra, “Kenapa lagi mas?”
Terdengar suara lirih Mas Hendra yang hampir kalah dengan suara hujan yang deras sekali.. “Mau tanya.. Beli rokoknya satu slove juga?”
Aku menarik nafas panjang sebelum menjawab dengan malas, “Haddeeuuhh... Iya Mas.. cepetan deh belinya. Nanti kamu di siksa lagi lho sama si Abang.. ini dia udah siap mau mukulin kamu niih... Jangan sampe marahnya sama kamu, aku yang di garap...”
“Iya.. iya..” sahut Mas Hendra. “Kamu baik-baik ya sayang dirumah.. Perintah Mas Norman jangan dilawan..”
Fiuuhhh.. aku mengelus dada, dan membatin. Gak mungkinlah aku melawan sama Norman. Aku maunya pasrah aja.. hihihihihi... Lalu aku berkata lagi kepada Mas Hendra dari balik pintu, untuk sekedar menenangkannya, “Mas.. Bang Norman katanya pingin diajarkan mengaji sama aku. Aku bilang mau, tapi dia nggak mau diganggu sama kamu. Makanya pintunya dia kunci dan kuncinya dia umpetin. Tau deehh dimana, aku malas juga nyarinya.. Mas Hendra nanti setelah pulang beli rokok, diluar aja dulu kali yaa.. atau kemana kek gitu.. nanti kalau Bang Norman sudah ‘keluar’, Mas aku telfon.. aku akan coba minta ijin sama Bang Norman, nanyain boleh apa nggak aku untuk membukakan pintu.. Ya Mas?” dan aku berkata begitu sambil berusaha menahan tawa.
“Mm.. m.. maksudnya keluar? Sudah pulang?” tanya Mas Hendra dengan gugupnya.
Aku benar-benar menahan ketawa mendengar pertanyaan Suamiku yang terdengar bodoh itu. Ternyata Bang Norman datang menghampiri aku ke pintu belakang, dan langsung menempelkan pentungannya yang besar itu di pantatku, lalu dia menjawab Mas Hendra, “Gue mau tidur disini, Monyet...!!” seraya meremas-remas tetekku.
Terdengar suara dari balik pintu.. “Oh gitu.. ya sudah, nanti aku ke pos ronda aja. Mumpung nggak ada orang.. nggak apa-apa, mas Norman.. subuh aku balik lagi....”
“Tunggu ijin dari si Abang, masss..” kataku lagi dengan nada malas namun jelas-jelas memberikan perintah.. “..dan tunggu aku telfon.. inget!” Nanti jangan sampai kamu yang salah, aku yang kena getahnya....”
“Kok getah? Peju!!” seru si Norman, sambil mengepulkan asap rokok. Aku beneran berusaha menahan ketawa mendengar omongannya itu. Lalu seperti teringat sesuatu, aku bertanya lagi pada Bang Norman,
“Eh.. kamu kok kesini? Inget tadi aku suruh apa? Emangnya si ganteng udah ngaceng? Sini aku remes-remes.. aku periksa!” Namun karena mendadak, aku lupa kalo masih ada Mas Hendra di balik pintu, aku ngomong dengan agak keras. Aku yakin Mas Hendra pasti mendengarnya. Tapi dengan sigap, aku segera menyadari hal itu dan langsung melanjutkan omonganku ke suamiku. Kali ini agak berteriak, “Inget ya masss...“ ujarku lagi, “..pengajian kami jangan diganggu... tunggu si Abang khatam.. Ya masss...? Tunggu dia kasih ijin!”
Lalu, Norman menjepitkan kontolnya yang ternyata memang sudah ngaceng di sela-sela bongkahan pantatku.. dan dia mulai menggesek-gesekkan kontolnya sementara tangannya terus meremas kedua tetekku. Dan sambil berlaku demikian, Norman berteriak keras kepada Mas Hendra, “Itupun kalo Resti Gue kasih ijin, nyet... dan itupun kalo Resti mau inget dan punya niat untuk minta ijin. Semua perintah dari gue.... Ngerti lo njing?”
Aku nggak bisa nimpalin apa-apa.. Perutku sudah sakit menahan ketawa. Namun aku malah mencubiti dengan genit lengan Bang Norman sebagai respon atas perkataannya itu. Lalu tiba-tiba Bang Norman membuka pintu dan membentak Mas Hendra, “Cepat Pergi! Beli rokok gue.. Jangan ganggu kerjaan gue sama bini Lo!! Kontol gue udah ngaceng ngeliatin memek bini lo dari tadi!! Monyong!” lalu dia membanting pintu dan menguncinya lagi, lalu segera membopongku balik ke ruang makan. Tawa kami sudah tidak bisa kami tahan, aku dan Bang Norman tertawa terbahak-bahak. Aku memukuli dan mencubiti dengan manja dada bidang Bang Norman karena terlalu jujur mengakui kalo dia sudah sange berat didepan muka suamiku! Tapi entah kenapa, aku yakin sekali, kalau Mas Hendra tadi pasti melihat Bang Norman berdiri dibelakangku dengan posisi memeluk tubuhku dari belakang dan dalam kondisi telanjang bulat sambil terus tertawa terpingkal-pingkal seperti ini. Biarpun kejadiannya singkat, tapi aku beneran yakin dia melihat, walaupun tetekku tertutupi lengan kiri Bang Norman yang sedang meremasnya. Sementara tangan kanannya meremas dengan lembut memekku. Tapii... sudahlah... dia pasti gak akan berani membahas persoalan ini.
Sesampainya kami diruang makan, Norman segera membaringkanku lagi diatas meja makan. Dan bertanya kepadaku, “Aku diajarin ngaji apa sama kamu?”
Jawabanku gak kalah singkat.. sambil berbisik manja, dan mengocok lembut kontolnya, aku menjawab, kembali seperti anak kecil “Ngacah biji....” Lalu aku mengedipkan satu mataku. Kamipun berdua tertawa terbahak-bahak. Kali ini dengan kerasnya..
“Kok kamu kaya anak kecil gitu sih ngomongnya?”
Aku tertawa.. “Hahahahahaa... bial kayak anak SD yang pelnah kamu ewe-ewe, sayaaanngg....”
Norman ikut tertawa. “Bener.. bener.. tapi kamu malah jadi kayak anak TK.. tapi nggak apapa.. kalo anak TKnya kayak kamu.. memeknya lebih sempit.. lebih enak.. Hahahaha…”
Aku tertawa senang. Lalu aku balik bertanya pada Norman yang sedang menggosok kepala kontolnya di kelentitku, “Kok kamu nyuruh Hendra beli rokok lagi? Rokokmu benar Djarum Super kan?”
Norman tersenyum sambil menyodorkan rokoknya itu ke mulutku untuk aku hisap.. ya sudahlah, udah kadung begini, daripada daripada, mendingan aku ngerokok juga. Sambil begitu, Norman mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar. Setelah mengecup memekku, dia menjawab, “1.. sengaja, biar rokokku ada banyak.. 2. pengen ngebentak dia aja.. 3. supaya dia segera pergi.. supaya Abang cepet-cepet ngentot memeknya Adek.. dan supaya Abang bisa cepet bikinin adek dedek bayi.. dan yang jelas, supaya cepat inii...”
“AWLOHUAKBAARRRR... Anjiiinngg…. Oouuuuhh... Aahhhh... Baangg... enak bangeettthh bbaanngg...” Aku berteriak keras. Batang Kontol yang besar, panjang dan keras milik Bang Norman itu menancap mantap kedalam memek mungilku yang beberapa waktu ini benar-benar sudah kupasrahkan menjadi milik Norman seorang. Subhanallahhhh SURGAAAAAAA........
Aku nggak tahu jam berapa dia kembali dari membeli rokok.. tapi yang jelas, pas jam 9 pagi, Aku membangunkan Mas Hendra di pos ronda. Aku langsung menyuruhnya pulang dan tidur dirumah. Nggak usah masuk kantor dulu, dan dia menurutinya.
“Aku nggak ikut pulang Mas..” kataku sambil menyulut sebatang rokok. “Aku mau ke kota.. diajak nginep sama orang ini.” lanjutku sambil menunjuk orang di belakangku.
Mas Hendra mengangguk. Dan setelah dia melihat siapa orangnya, dia segera bangkit berdiri dan berjalan cepat-cepat menuju rumah.... Dia nggak bertanya sama sekali soal ada urusan apa aku ke kota, dengan siapa aku berurusan, atau berapa lama aku pergi... pun toh dia bertanya, aku gak akan jawab... nanti ajalah kalo aku pulang.. hihihihi….
1320Please respect copyright.PENANA3psHQFCYcF
Namun setelah aku pulang, Mas Hendra juga nggak bertanya apa-apa. Dia tetap bersikap seperti biasa. Atau dia berusaha bersikap biasa? Hmm.. nggak taulah.. atau mungkin memang dia nggak mau bertanya karena takut.. Atau mungkin memang dia lupa untuk bertanya. Kenapa? Karenaaaaa.......
Aku baru pulang seminggu kemudian... hahahahaha.... Dan Mas Hendra terlihat shock melihat foto ini.... foto ini sengaja aku taruh di atas tempat tidur untuk melihat reaksinya. Tapi dia hanya diam saja, dan aku nggak mau kasih penjelasan apa-apa...
1320Please respect copyright.PENANAfDgvJbEa5b