Selama di perjalanan, Inha menyetir sembari mendengarkan lagu di ponselnya yang disambungkan ke speaker mobil. Perjalanan ke supermarket membutuhkan waktu sekitar 30 menit, begitu sampai di supermarket, Inha memakai earphone, baru kemudian dia masuk ke supermarket.
“Bagaimana keadaannya, ya?” batin Inha sembari mendorong troli belanjanya. Ia berhenti di depan rak sayur dan mengambil bahan yang dibutuhkan,
“Semoga dia bisa pulang lebih cepat,” ucap Inha meyakinkan dirinya sendiri. Dia sedang memikirkan Yuta, akhir-akhir ini dia tidak bisa mengunjunginya mungkin juga untuk beberapa minggu ke depan. Bisa saja sih beberapa kali, tapi tidak bisa sering. Dia bahkan sudah melupakan keberadaan Yesung di apartemennya karena keadaannya yang sekarang.
Setelah berbelanja selama lebih dari satu jam, Inha akhirnya selesai dan sedang dalam perjalanan pulang. Tapi ditengah perjalanan dia mengingat sesuatu.
“Hh..aku lupa membelinya. Keperluan sehari-hari Jaehyun lebih ribet dari yang aku kira,” ucap Inha. Dia terpaksa menghentikan mobilnya di depan minimarket.
Setelah turun dari mobil, Inha masuk ke dalam minimarket, dia memasuki minimarket saat petugas sedang menata makanan di rak, Inha mengambil keranjang dan mulai mengambil keperluan sehari-hari untuk Jaehyun dan Winwin. Untungnya dia sangat berpengalaman karena dia tinggal dengan Kyuhyun.
Di tengah acara belanjanya, dua orang dengan jas hitam dan berkacamata hitam menarik perhatian Inha, dia melirik lewat kaca lemari pendingin dan memasang telinganya karena dua orang itu tampak tidak ingin berbelanja.
“Apa kau pernah melihat perempuan ini?” tanya salah satu orang berbaju hitam kepada penjaga yang sekarang sudah berada di kasir.
“Tidak, aku tidak pernah melihatnya,” jawab si penjaga. Inha menghela nafas lega, untung saja dia tadi masuk disaat yang tepat.
“Kalau kau melihatnya, hubungi nomer ini,” ucap si pria berbaju hitam dengan kemeja biru sambil menyerahkan kertas kepada si penjaga, kemudian keduanya pergi begitu saja. Setelah memastikan kalau dua orang tadi sudah pergi, Inha pergi ke kasir untuk membayar sekaligus bertanya. Si penjaga tadi langsung melayani Inha.
“Permisi, apa kau tahu siapa yang dicari dua orang tadi?” tanya Inha.
“Tidak, aku tidak pernah me..” ucapan penjaga itu terhenti ketika melihat Inha. Ia menangkap sinyal dari mata penjaga itu menghela nafas kasar.
“Mereka mencariku?” tanya Inha. Si penjaga mengangguk.
“Bisa tolong rahasiakan ini, tolong jangan bilang pada siapapun kalau aku pernah kesini. Dan juga, bisa aku minta nomor yang diberikan orang tadi?” tanya Inha. Namja penjaga yang masih SMA itu mengangguk mengiyakan dan memberikan nomor yang dia terima tadi.
“Cepat hitung,” suruh Inha, penjaga minimarket itu segera menghitung belanjaan Inha. Ia hanya mengulurkan selembar uang 50 ribu won.
“Anggap saja uang bonus,” ucap Inha sebelum ia pergi meninggalkan minimarket itu.
“Sial,” umpat Inha begitu dia masuk ke dalam mobil, ia mulai menyetir dan pulang menuju villa. Sampai disana, Inha langsung mengunci pintu villa.
“Winnie!” teriak Inha, ia meletakkan barang belanjaannya di ruang tamu dan berlari ke kamar Winwin.
“Kau kenapa? Apa yang terjadi?” tanya Winwin, ia langsung berdiri dari posisi tidurnya ketika melihat wajah Inha yang begitu khawatir.
“Mereka mencariku,” jawab Inha.
“Siapa?” tanya Winwin.
“Mereka mencariku untuk menemukan Jaehyun. Sudah kuduga kalau Jaehyun yang akan menjadi umpannya. Aku harus menemui Tuan Jung sekarang juga,” jelas Inha.619Please respect copyright.PENANAtKFFEsKfTJ
“Kalian tetaplah disini, aku akan kembali nanti malam,” suruh Inha.
“Aku akan ikut denganmu,” ucap Winwin.619Please respect copyright.PENANAiwvPGI0jpr
“Lalu siapa yang akan menjaga Jaehyun?” tanya Inha.
“Aku juga akan ikut,” jawab Jaehyun yang ternyata sedari tadi menguping pembicaraan Inha dan Winwin.619Please respect copyright.PENANAiOPC65n734
“Terlalu berbahaya untukmu,” ucap Inha.
“Bukankah lebih berbahaya kalau kau meninggalkanku dan Winwin disini?” tanya Jaehyun. Inha menatap keduanya, ia mengusap wajahnya kasar dengan helaan nafas berat.
“Baiklah. Tapi kalian cukup dimobil, dan jangan keluar,” putus Inha. Akhirnya mereka berangkat dan Inha yang menyetir.
Saat menyetir, Inha yang terlalu panik menyetir dengan kecepatan 60 km/jam bahkan mungkin bisa saja lebih, Inha semakin khawatir saar Kyuhyun tidak juga mengangkat telfon.
“Pelankan kecepatanmu,” suruh Winwin.
“Aku tidak bisa menurunkan kecepatan disaat seperti ini,” jawab Inha.
“Aissh, kenapa belum diangkat sih,” gerutu Inha. Winwin mengkode Inha agar melihat keadaan Jaehyun.
Dan ketika Inha melihat ke kaca, Jaehyun terlihat menggertakkan giginya sambil melihat keluar jendela, sesekali dia menutup matanya. Keringat terlihat menetes di pelipisnya. Dengan tenang Inha menurunkan kecepatannya.
“Ah...kecelakaan itu,” batin Inha, ia mulai menyetir dengan kecepatan 40 km/jam. Winwin menghela nafas lega.
Tujuan pertama Inha adalah rumah sakit tempat Tuan Jung dInhawat, dia meninggalkan mobil dengan kunci yang diberikan pada Winwin, untuk berjaga-jaga kalau saja ada yang menemukan mereka. Inha pergi ke kamar Tuan Jung dengan berlari, begitu menemukan kamarnya Inha membukanya dengan tergesa-gesa.
“Maaf karena mengganggu anda Tuan Jung,” ucap Inha begitu membuka pintu. Ia segara masuk dan menutup pintu, penjaga yang ada disana keluar karena perintah Tuan Jung.
“Apa yang membawamu kemari?” tanya Tuan Jung.
“Bisakah saya mengambil alih orang yang melakukan semua ini?” tanya Inha.
“Apa?” tanya Tuan Jung tidak mengerti.
“Tapi kenapa?” tanya Tuan Jung lagi.
“Orang itu memburuku untuk mengambil Jaehyun, jika dia sudah mendapatkan Jaehyun, semuanya akan berakhir,” jawab Inha. Tuan Jung menggeleng tanda tidak setuju.
“Kau fokuslah untuk melindungi Jaehyun. Bawa dia pergi kemana pun kau mau asalkan jauh dari jangkauan mereka, aku yang akan mengurus dia. Aku memberimu tugas hanya dengan tujuan melindungi Jaehyun,” jelas Tuan Jung. Inha terdiam, kemudian dia tersenyum.
“Saya mengerti, kalau begitu saya akan berusaha semaksimal mungkin. Ah, bukan. Saya akan mempertaruhkan nyawa saya untuknya,” ucap Inha.
“Sekarang pergilah, kau bebas menggunakan semua aset milikku. Semua aset itu milikmu juga,” jelas Tuan Jung.
“Terimakasih Tuan,” ucap Inha sambil membungkuk tanda hormat. Ketika Inha keluar, ia tidak menemukan mobilnya di parkiran. Sampai di suatu titik, matanya menangkap lima orang berbaju hitam tak jauh darinya, dan mereka melihat Inha.
Inha langsung berlari ke arah berlawanan, ia bersyukur karena Tuan Jung tidak mengharuskan dia memakai sepatu heels, dia bisa dengan mudah berlari. Kelima orang yang mengejar Inha itu berpencar untuk menangkap Inha.
“Kalau mereka berpencar, jalan mana yang mungkin mereka pilih?” batin Inha. Ia menatap kanan dan kirinya, terdapat banyak gang. Dia tidak akan mengambil jalan belok.
“Kenapa tidak ada mobil menganggur sih,” gerutu Inha. Matanya menangkap satu orang yang akan menaiki motornya, dengan nekat, Inha menyebrang jalan dan hampir membuat kecelakaan.
“Maafkan aku!” teriak Inha disela larinya. Tiga orang yang mengikuti Inha terlihat menyebrang sembarangan, membuat salah satunya tertabrak mobil.
Inha mendorong tubuh namja yang akan menaiki motor, dengan kunci yang sudah terpasang, Inha menyalakan mesinnya.
“Maafkan aku! Hubungi kantor polisi dan minta ganti rugi pada orang bernama Cho Kyuhyun,” ucap Inha sebelum tangannya menarik gas motor. Inha memacu motornya hingga kecepatan 90 km/jam. Dan dengan begitulah dia berhasil lolos.
Hanya untuk sementara, karena tak lama kemudian muncul mobil hitam dengan atap mobil terbuka, menampakkan sosok pria dengan senjata di tangannya.
“Sial, aku lupa memakai pelindung,” gerutu Inha.
Dia memacu motornya tanpa berfikir panjang, mobil tu terus mengikutinya, dengan pria di atap mobil yang terus menembakkan pelurunya ke arah Inha.
“Ya tuhan..tolong aku,” batin Inha, ia melihat dari kaca spion. Dan saat itulah satu peluru ditembakkan dan berhasil mengenai Inha. Meskipun begitu, Inha masih bisa mengendarai motornya.619Please respect copyright.PENANAbNdKKyIQ8p
“Sial,” gerutu Inha. Dengan nekat, Inha melompat dari motornya setelah perhitungan yang matang. Ia berhasil melompat dan mendarat agak mulus di sisi jalan sepi, motor tadi menabrak salah satu gedung dan mobil yang berpacu terlalu cepat sedikit terlambat untuk berhenti.
Inha segera berlari mencari tempat persembunyian, dan dia menemukan sebuah bar didekat sana. Pada akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke dalam sana, Inha berjalan diantara kerumunan orang yang tengah sibuk itu.
“Dimana kamar mandinya?” tanya Inha pada pelayan, Inha masih memegang perut sampingnya yang terkena peluru.
“Anda bisa lurus saja,” jawab si pelayan sambil menunjuk arah yang dimaksud. Awalnya Inha memang berjalan ke arah kamar mandi, tapi dia menemukan ruangan yang memberikan perlindungan yang lebih baik baginya. Ruang pemilik bar. Inha masuk tanpa mengetuk pintu, ia menutup pintu dengan tergesa. Orang yang berada di balik meja terlihat kaget dengan kemunculan Inha yang tidak terduga.619Please respect copyright.PENANABrpLQ03pZN
“Kau siapa?” tanya namja yang menjabat sebagai pemilik bar. Inha menaruh telunjuknya di atas bibirnya, menandakan agar namja itu tidak berbicara.
Inha menempelkan telinganya di pintu, terdengar suara beberapa pria disana.
“Dia tidak ada di dalam kamar mandi,”619Please respect copyright.PENANAzE8NASwtpc
“Ck, dia pasti sudah kabur. Ayo,” begitu mendengar suara lari yang menjauh, Inha menghela nafas lega. Tubuhnya langsung merosot dengan punggung yang menyender ke pintu.
“Hya, kau baik-baik saja?” tanya namja yang menjadi pemilik bar sambil mendekati Inha.
Inha menggeleng pasrah, ia menyingkirkan telapak tangan kirinya yang menutupi luka tembak tadi.619Please respect copyright.PENANAaqJwXrfHA0
“Apa yang terjadi?! Aku akan mengantarmu ke rumah sakit,” ucap namja itu. Inha menggeleng.
“Bisa tolong telfon dokter?” tanya Inha sambil memegang lengan namja di depannya. Walaupun tampak ragu, namja itu mengangguk. Ia membantu Inha berjalan dan menidurkannya di sofa.
“Bertahanlah,” ucap namja itu.
“Entahlah,” jawab Inha, ia mengucapkannya dengan raut wajah yang berusaha menahan rasa sakit sekuat mungkin. Bahkan tanpa sadar Inha meremas tangan namja di depannya.
3 jam kemudian
Inha membuka matanya setelah efek dari obat bius yang diberikan dokter hilang, ia mengamati lingkungan sekitarnya.
“Dimana aku?” batin Inha. Pintu ruangan itu terbuka, menampakkan namja yang tadi menolongnya.
“Kau sudah sadar,” ucap namja itu, Inha berusaha untuk duduk, tapi keadaan membuatnya sedikit kesusahan.
“Jangan banyak bergerak dulu,” ucap namja itu. Inha mengangguk mengerti, ia berhasil duduk dengan bantuan namja di depannya.
“Namaku Ten,” ucap namja di depan Inha.
“Inha,” balas Inha.
“Ada yang menelfonmu,” ucap Ten sambil mengulurkan ponsel Inha. Inha menerimanya, tertera nama bos sialan disana.
“Tumben,” batin Inha, ia mengangkatnya.
“Ha..”619Please respect copyright.PENANAIUAaPLrMgZ
“Dimana kau?” tanya Jaehyun.
“Tidak tau,” jawab Inha.
“Jawab yang benar!” suruh Jaehyun yang terdengar sangat memaksa.
“Tidak tau, aku pingsan selama lima jam. Puas?” jawab Inha dengan nada kesal. Ia menyerahkan ponselnya ke Ten.
“Katakan padanya aku ada dimana,” suruh Inha.
“Dia ada di jalan..”
“Ten?” tanya Jaehyun, mendengar namanya disebut, Ten terdiam. Ia juga mengenali suara Jaehyun.
“Apa yang kau lakukan padanya?” tanya Jaehyun. Ten mendengus kesal.
“Kau masih saja salah paham padaku,” jawab Ten.
“Kalau sampai dia kenapa-napa, kau yang akan kuhajar lebih dulu,” ancam Jaehyun.
“Kau tahu? Meyakinkan dirimu ternyata perlu waktu yang lebih lama daripada ini,” ucap Ten.
“Apa yang mereka bicarakan?” gumam Inha.
“Datanglah, dan lihatlah sendiri kalau aku tidak melakukan apapun padanya,” lanjut Ten, ia mematikan panggilan kemudian memberikan ponsel Inha ke pemiliknya.
“Kalian saling mengenal?” tanya Inha.
“Dulunya,” jawab Ten.
“Sayang sekali perempuan sepertimu harus berurusan dengan manusia keras kepala sepertinya,” lanjut Ten.
“Tidak juga. Dia hanya belum kembali ke dirinya yang dulu,” ucap Inha. Ten menatap Inha dengan senyumannya.
“Dan kaulah yang harus membuatnya kembali,” balas Ten.
“Aku tahu, aku ditugaskan untuk itu. Dan sepertinya aku sedikit berkembang,” ucap Inha.
“Perempuan adalah hal yang unik, mereka bisa melakukan apa yang tidak bisa dilakukan oleh laki-laki dengan perasaan semurni itu,” balas Ten.
“Cukup. Ucapanmu membuatku geli,” ucap Inha.
Sembari menunggu Jaehyun dan Winwin, Inha dan Ten mengobrol, entah itu tentang Jaehyun atau yang lain.
ns 15.158.61.8da2