Aku mulai terbiasa menjalani hidupku yang baru ini. Aku memang masih berstatus sebagai istri Mas Hendra. Namun sejak kejadian yang seminggu aku nggak pulang itu, aku sudah dianggap seperti istri sahnya Bang Norman. Ya.. akupun juga sudah menganggap kalau Norman adalah suamiku. Dalam seminggu, ia bisa minta jatah sebanyak 3 - 4 kali. Dan dalam satu kali kesempatan, kami kadang bisa bersetubuh hingga dua sampai tiga ronde. Biasanya kami melakukannya malam-malam, selepas Mas Hendra tidur. Norman sudah tidak pernah memintaku ke rumahnya lagi. Tapi, malah aku yang sering melakukannya sendiri, apalagi ketika aku sedang sange. Kadang juga, Bang Norman datang siang-siang ke rumahku, lalu aku dipake di mana saja, seperti di ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, kamar mandi, dapur... Bahkan kontolnya juga sudah mulai berani nyemprotin peju dimana-mana, memek, wajah, mulut, tetek, perut, bahkan didalam bool. Hihihihihi.... Iyaa.. iyaa.. bool aku udah nggak perawan...
Pernah dia memaksa aku untuk memfoto tititnya Mas Hendra pas lagi ngaceng. “Untuk apa?” tanyaku. Ternyata dia mau lihat dan membandingkannya dengan kontolnya. “Yaaa jauhlah sayaangg...” kataku. Tapi dia tetap meminta. Akhirnya, dengan terpaksa, Mas Hendra aku kasih jatah, dan dengan segala bujuk rayu, aku memfoto tititnya yang sedang ngaceng. Dan memperlihatkannya pada Norman besok siangnya. Dia tertawa ngakak. Aku yang tak kuasa menahan tawa, juga ikut serta dalam proses penghinaan terhadap titit suamiku itu.. Hahahahaha... Akhirnya, setelah selesai ngewe, sambil merokok, Yaa.. aku sekarang merokok.. aku menyandingkan foto titit ngacengnya Mas Hendra, bersebelahan dengan foto kontolnya Bang Norman yang sudah lemas, karena baru saja menumpahkan pejunya yang banyak, yang barusan saja aku foto... dan inilah hal yang membuat kami tertawa.
1280Please respect copyright.PENANAZtIVM97HKx
Nah.. sore ini, aku keluar rumah nyaris bugil hanya untuk menyambut Bang Norman yang datang menjemputku. Aku baru saja selesai mandi. Aku hanya memakai BH dan celana dalam sekedarnya saja.. hihihihi... Otomatis belahan memek, perut dan kedua pentilku terlihat amat sangat jelas. Suamiku tampak terkejut karena melihat penampilanku yang seperti itu. Lalu sambil berjalan ke teras, aku meminta Norman yang sedang merokok, untuk masuk ke dalam rumah. Bahkan aku sudah bersikap masa bodoh ketika aku menggandeng Bang Norman dengan mesranya menuju kamarku. Lalu aku berkata dengan begitu genit ke Bang Norman. “Abangku jangan ngaceng ya ngeliat adek cuma pakai kancut. Gak boleh Abang nafsu sama adiknya sendiri..”
“Terus kapan aku boleh ngacengnya?” tanya Norman sambil tersenyum, seraya merangkul punggung dan meremas bongkahan pantatku.
“Nanti aja Bang..” kataku, “..kalau kita sama-sama nggak pakai kancut.. Hahahaa…”
Suamiku tampak hendak protes dengan sikap istrinya ini, tapi Norman dengan berani dan gagahnya, membentak suamiku dengan kasar. Sungguh membanggakan. Sambil melepas rangkulannya, dia melempar puntung rokok ke muka Mas Hendra dan menggamparnya. Kemudian menyeretnya ke dapur dengan menjambak rambutnya. “Res.. kamu masuk kamar, nanti aku nyusul. Aku mau kasih pelajaran buat monyet satu ini!” begitu katanya.
Lalu aku berjalan dengan santai di belakang mereka untuk masuk ke kamar sambil tertawa, seraya menyulut sebatang rokok A-Mild yang sekarang menjadi kegemaranku. Lalu aku menjawab si Norman.. “Iya Bang.. nanti kalo udah selesai, langsung nyusul ke kamar yaa.. copotin kancut adek.. hahahaha..”
1280Please respect copyright.PENANAhk915LVMbn
Suara si Norman begitu menggelegar, sehingga aku yang didalam kamar mendengar omongannya sambil mengulum senyum.. “Eh bangsat.. jangan pernah lo ikut campur urusan gue sama bini lo!!” kata Norman dengan tegas dan keras. “Dia mau pake baju kek, dia mau telanjang kek. Lo gak boleh atur. Itu Hak Gue! Dia begitu karena gue yang minta..”
Ada banyak rasa yang bercampur didalam hatiku mendengar kejujuran perkataannya itu.. bangga.. senang.. tersanjung.. namun yang jelas, aku sebagai perempuan, sangat merasa dihargai. Karena Abanglah yang bisa membela aku, bukan suamiku. Makin kagum aku akan keberanian Bang Norman menghardik suamiku yang pengecut itu di depanku.. Aku cuma bisa duduk dan lanjut mendengarkan omelan si Abang di dapur sambil mengelus-elus kelentiku dan merokok.. aku tak bisa berhenti tersenyum.
“Gue seneng ngeliat badan bini Lo.. harusnya lo bangga, bini lo masih banyak yang doyan.. Ngerti Lo?! Kalo lo berani-berani lagi mau ikut campur, Gue entot memek bini lo di depan lo. PAHAM LO NYET?!” Lalu Norman berjalan ke arah kamar tidurku.
Suamiku yang pada dasarnya pengecut, pasti sangat takut sekali dengan ancaman si Norman, paling-paling dia cuma bisa mengkeret terdiam di dapur. Sementara aku yang mendengarkan mereka dari dalam kamar, tertawa terbahak-bahak mendengar si Anjing satu itu bicara. Lalu, Norman masuk ke dalam kamar dan tersenyum girang melihatku sudah menunggunya di atas tempat tidur.
Aku yang gak mau melewatkan kesempatan ini, segera menarik tubuh tegapnya ke atas kasur setelah aku menutup pintu. Kemudian aku memeluk serta mengulum bibirnya dengan beringas sambil menggenggam selangkangannya, lalu berbisik: “Kamu tuh.. kerjaannya marah-marah terus.. bikin memek aku basah melulu tauuuu.....” Lalu seperti tersadar, aku yang masih menggenggam selangkangan Norman, bertanya padanya, “Kamu nggak pake sempak ya sayang?” Norman hanya tersenyum sambil membuka relsleting celana panjangnya..
“Aaahh…” desahku manja sambil menggenggam kontol besar itu seraya mengeluskannya di wajahku, “..ganteng banget sih kontolmu Bang.. hihihihi.. cabut yuk ah.. udah gak tahan nih…”
“Nggak tahan apa?” tanya Norman.
“MEMEKKU UDAH GAK TAHAN PENGEN DI ENTOT PAKE KONTOL GEDE KAMU!” jawabku dengan sedikit berteriak. Aku yakin, di dapur sana, suamiku mendengar istrinya dan preman ini tertawa keras. Sayangnya, dia tidak melihat kami saling berciuman dan berpelukan mesra diatas tempat tidur.
Setelah itu, aku dan Bang Norman berjalan ke dapur. Sementara aku santai saja telanjang bulat. Di depan suamiku, aku baru memakai kaos body fit dan hotpants, tanpa daleman. Sambil begitu, aku pamit pada suamiku yang hanya bisa terpaku dan melongo dongo ketika aku berpesan.. “Jaga rumah dulu ya Mas, istrinya mau di pinjem si Abang lagi nih. Kasih tau suaminya dong Bang, aku mau diapain.. kan kamu mau minjem istrinya..” tanyaku dengan genit sekali pada Norman.
Sambil memelukku dari belakang, dia meremas toket dan selangkanganku seraya menjawab, “Memeknya mau gue semprot peju.. biar jadi orok!!” Lalu kami langsung pergi dengan motornya sambil tertawa terbahak-bahak.
Sesampainya kami di rumah Azis, temannya Bang Norman, kami langsung saling menelanjangi. Saat itu istri si Azis ini sedang tidak ada dirumah, cuma ada anak perempuannya saja, si Nabila yang baru berusia 3 tahun. Siang tadi, Bang Norman menelfon Azis untuk meminjam rumahnya buat kami ngewe. Si Azis mengizinkan.. tapi dengan syarat… dia pengen nyobain aku juga.
“Gimana Res?” tanya Bang Norman di telfon tadi siang.
“Terserah Abang lah… Abang rela nggak ngeliat aku di entot orang lain? Aku sih gapapa.”
“Ya terserah kamu.. kamu mau nyobain kontol lain nggak?” tanya si Abang menggodaku.
Yaahh.. aku pikir, aku juga pengen ngerasain kontol lain. Mumpung ada momennya. Lalu aku bertanya sama Norman, “Kontolnya si Azis gede gak Bang? Kayak punya Abang nggak?”
Bang Norman terkekeh-kekeh mendengar pertanyaanku. “Masih gedean kontolku lah Res… tapi setahuku, temenku yang punya kontol gede itu memang cuma Azis sama si Samsul..”
“Kok Abang bisa tahu?” tanyaku.
“Hehehehe… dulu banget, kita bertiga pernah ngentot si Leli sama Aisah bareng-bareng… ya mau nggak mau kan aku jadi ngeliat kontolnya si Azis sama Samsul.”
“Oooo… gitu..” gumamku.
“Terus gimana nih permintaannya si Azis?” tanya Bang Norman.
“Kalo Abang rela ngeliat aku di ewe sama Azis, ya aku sih mau aja… sekalian aja Abang ajak si Samsul. Biar mulut, memek sama boolku di pake sekalian sama kontol kalian bertiga.. hehehehe.. enak tuh kayaknya.” ujarku sambil memberikan tantangan buat Bang Norman.
“Ya udah.. kalo kamu gapapa.. aku sih ikhlas-ikhlas aja.” Akhirnya, demi mendapatkan tempat buat kami ngentot, akupun menyetujui permintaan Bang Norman. Makanya petang ini, si Azis dengan bebasnya menonton aksi kami berdua.
1280Please respect copyright.PENANAYjmGGaDmsw
Setelah kami sampai, kami segera masuk ke kamarnya Azis dan mulai bersilaturahmi alat kelamin. 2 ronde kami lakukan dengan sempurna. Sementara si Azis membantu merekam semua adegan panas kami. Bahkan secara tidak sengaja, anak si Azis sempat melihat Bang Norman sedang menyemprotkan lahar panasnya ke dalam mulutku, sementara bapaknya yang sudah telanjang, malah santai saja merekam kami dengan Hape-nya, sambil mengocok-ngocok batang kontolnya sendiri. “Bila, keluar dulu nak..” katanya, “..ayah lagi pengen enak-enak nih…”
Sampai akhirnya teman mereka, si Samsul, datang dengan membawa banyak botol tuak. Girang banget si Samsul sama Azis bisa ngerasain memekku. Bahkan ketika Azis dan Samsul sedang memompa memek dan boolku, yang ngerekam kami adalah Bang Norman. Bahkan dia sempat merekam kami sambil menggendong Nabila.. hihihihi….
Dalam keadaan setengah mabuk, kami berempat ngewe sepuasnya, persetanlah dengan Nabila. Bahkan anaknya Azis itu menonton semua kegiatan kami dengan polosnya. Bodo amat ditonton anak kecil, yang penting memekku bisa di ewe sepuasnya… sama 3 KONTOL GEDE pula.. Hahahahaha…..
“Gila Zis..” kataku, “..kontol lo enak banget!”, Azis terkekeh sambil terus menggenjot boolku.
“Kontol gue enak juga gak Res?” tanya Samsul gak mau kalah. Sementara kontolnya sedang lancar keluar masuk memekku dari bawah.
“Kontol kalian.. hmff.. enak sem.. uuhh… aahh.. enak semua.. aacchh..” kataku dengan meracau dan mendesah keenakkan. Dan pada saat Azis mau keluar, dia bilang ingin memuntahkannya di dalam mulutku. Namun pada saat yang bersamaan, Bang Norman yang sedang menggendong Nabila, datang mendekati kami. Tiba-tiba terbersit pikiran gila di kepalaku. Aku meminta Bang Norman menelanjangi Nabila.
“Buat apa Res?” tanya Bang Norman sama Azis hampir bersamaan.
“Nurut aja lah kalian…” jawabku. Lalu dengan sigapnya, Bang Norman mempreteli bajunya Nabila. “Zis..” kataku pada Azis. “Semprotin peju lo di atas memeknya Bila…!!” kataku memberi perintah. Azis yang sudah kadung mengocok kontolnya, agak bingung dengan perintahku. Tapi dia tetap menurutinya. Lalu Bang Norman membaringkan tubuh telanjang Nabila di dekatku yang sedang nungging diatas tubuh Samsul, sambil terus mengocok kontolnya dengan memekku.
Dan tak lama setelah itu, Azis memuntahkan lahar panasnya untuk yang kesekian kali. Tapi kali ini, dia memuntahkannya diatas memek anaknya sendiri. Otomatis, si Nabila kaget dengan tumpahan peju panas bapaknya. Dia mulai menangis. Aku yang juga kaget dengan respon Nabila, segera membentaknya untuk diam. “NABILA.. DIAM! ANAK BANGSAT KAMU YA.. MALAH NANGIS BEGINI. DIAM LO ANAK ANJING!!” ketiga lelaki berkontol besar yang ada di sekelilingku langsung terdiam. Namun mereka nggak bisa berbuat apa-apa. Nabila juga langsung terdiam dengan bentakanku. Setelah Nabila hanya sesenggukan, segera aku jilati pejunya Azis yang melimpah ruah diatas perut dan memek anak kecil itu.
1280Please respect copyright.PENANAOcDlkZoxFN
Aku yakin kalau perbuatanku ini terlihat seksi sekali. Karena dari ekor mataku, aku melihat Bang Norman dan Azis malah kembali mengocok kontol-kontol besar mereka. Dan Samsul langsung menggenjot memekku kembali.. kali ini dengan lebih beringas. Dan akhirnya tumpahlah pejunya Samsul di dalam memekku.
Namun untuk menunjukkan itikad baikku, setelah aku melepas kontolnya Samsul, segera aku gendong si Nabila dan menenangkannya. Aku bawa dia ke kamar mandi, sekalian membersihkan tubuhnya… hihihihihi….
1280Please respect copyright.PENANAkNcqz9DXK9
Setelah selesai dari kamar mandi, aku dan Nabila segera bergabung kembali dengan 3 lelaki itu. Tak ada satupun dari mereka yang membahas perbuatanku tadi. Itu artinya mereka oke-oke aja dengan apa yang tadi aku lakukan terhadap Nabila. Kami beristirahat sebentar sambil merokok dan minum tuak yang dibawa Samsul. Kami ketawa-ketiwi dan bersenda gurau. Kami berempat masih telanjang, begitu juga Nabila. Bahkan aku sempat bergoyang erotis di depan mereka semua.. aku juga mengajak dan mengajari Nabila berjoget dan mereka merekamnya dengan hape mereka masing-masing.
Nafsu birahiku serasa terpuaskan secara maksimal dengan 3 orang kekar berkontol besar ini. Ada momennya ketika, aku diminta menungging diatas tubuh Bang Norman yang memompa memekku dari bawah, sementara Samsul memuaskan birahinya dengan memompa boolku, dan mulutku memaksa Azis ngecrot dengan liarnya di mukaku.. secara gak sengaja, ada sedikit tumpahan pejunya yang mengenai muka si abang. Lalu dengan binalnya, aku menjilati muka si Abang demi mendapatkan pejunya Azis.. hahahahaha….
Kami menutup kegiatan kami malam itu dengan merelakan memekku di rojok oleh kontolnya Samsul, sementara mulutku melayani dengan liarnya kontol Abang dan Azis. Dan setelah selesai semua, Samsul langsung pulang. Sementara Azis, yang masih telanjang, berusaha meyakinkan Nabila untuk tidak menceritakan kegiatan kami ini kepada ibunya.. hihihi… lucu banget ngeliat Nabila hanya bisa mengangguk-angguk dan tersenyum mendengar penjelasan bapaknya yang bejat itu. Sementara aku dan Bang Norman menyeka seluruh badan kami dengan handuk sambil bersiap untuk pulang… malam itu aku terpuaskan sepenuhnya.
1280Please respect copyright.PENANAgsrkjqW8pl
Namun sebelum pulang, aku, Bang Norman dan Azis sempat ngobrol lama di ruang tamu sambil terus minum tuak dan merokok. “Gila.. enak banget memek lo Res.. bisa bikin gue ngecrot berkali-kali..” Kata Azis memujiku. Aku tersenyum bangga dengan komentarnya itu. Saat itu, kami bertiga masih belum pakai baju sama sekali.
“Lebih enak dari memek bini lo kan Zis?” tanyaku genit. Sementara Azis hanya tertawa sambil mengangguk-angguk. “Kontol kalian juga enak semua!” Sambil aku menenggak tuak untuk yang kesekian kali. “Jadi bolehlah kapan-kapan aku di entot rame-rame lagi..” ujarku. Tanpa berfikir panjang, Bang Norman dan Azis menyetujui niatanku. Dan tak lama kemudian, aku dan Bang Normanpun beranjak dari rumah si Azis.
1280Please respect copyright.PENANADPZ5TKD9IM
Ketika kami sampai di rumahku, sudah hampir jam 4 pagi. Suamiku ternyata belum tidur. Dia menungguku di ruang tamu. Agak kaget juga aku, karena aku dan Norman sempat berpelukan dan berciuman lama sekali tadi di depan pintu rumah, namun karena sudah terlatih dengan hal-hal macam begini, maka cepat aku menguasai keadaan.
“Belum tidur?” tanyaku sepintas lalu sambil berjalan menuju kamar. Sementara dari ekor mataku, aku melihat suamiku berjalan pelan mengikutiku dari belakang.
“Aku mau tanya sesuatu, Res..” ucapnya singkat dan berhati-hati.
“Tanya apaan?” sahutku dengan ketus, seraya aku melepaskan celana pendek dan kaosku di depan cermin lemari. Aku memang belum mandi dan bersih-bersih.. makanya aku yakin, Mas Hendra pasti mencium aroma tuak dan peju yang sangat tajam dari tubuhku.. dan ia mulai memperhatikan memek lembabku yang agak menebal. Bagaimana tidak? Berapa kali sudah kontol supernya Norman, Azis dan Samsul menghujam, merojok dan menikmati memek sempit istrinya ini. Untuk semalaman ini saja, 3 preman itu sampai beberapa kali menumpahkan pejunya yang gurih ke wajah dan mulutku, tetek, perut serta di dalam memek dan boolku.
“Cuma pertanyaan singkat..” sahutnya, “kalau aku gak salah ingat, bukannya kamu benci sekali ya dengan si Norman.. kenapa sekarang kamu bisa akrab sama dia?”
“Kenapa nanya begitu?” tanyaku ketus.
“Ya.. semenjak ...”
“Gini Mas..” potongku dengan nada makin ketus karena otakku masih di bawah pengaruh alkohol, “Jangan pernah berfikir kalau aku pacaran apalagi sampai ditiduri sama dia.. TIDAK!! Aku sudah dianggap sebagai Adek sama dia.. Nah.. sebagai Abang, nggak mungkinlah memek adeknya dia pake. Logika Mas.... pakai otakmu!”
“Kok kamu ngomong be..”
“AKU BELUM SELESAI NGOMONG!!” potongku keras. “Kalau kamu sadar, aku begini supaya kamu nggak di bunuh sama si Abang! Seharusnya kamu berterima kasih sama aku... Bukannya malah nuduh-nuduh gak jelas.. TAI yee.. Kamu nuduh aku ditidurin sama si Abang kan? Kalo kamu tetep mikir gitu, lama-lama beneran aku minta si Abang nidurin aku!”
“Loohh.. Res.. aku..”
“STOP!! Jangan ngomong lagi.. atau aku suruh si Abang kesini lagi dan ngentot memek istrimu ini didepan mukamu!!... Aku capek.. Aku mau tidur. Kamu mendingan jangan disini.. mending kamu diluar.. ngapain kek.. tidur kek.. sholat kek..” kataku sambil menyulut sebatang rokok dan jelas-jelas mengusirnya keluar dari kamar.
Mas Hendra hanya terdiam terpaku melihat aku.. tak lama sesudah itu, dia akhirnya keluar. Lalu aku membanting pintu dan menguncinya. Sepertinya dia tidur di ruang tamu. Bodo amat juga siih.. Lalu aku membaringkan tubuhku yang lelah. Aku sengaja nggak pakai baju. Aku iseng membuka henfon untuk menonton video bokepku yang tadi, dengan suara yang keras. Dan sambil menonton, aku iseng-iseng menggosok kelentitku dan memainkan 2 jariku keluar masuk memek. Aku yakin.. haqul yaqin... Suamiku mendengar suara desahan dan lenguhanku dari speaker hape yang sengaja aku kencangkan suaranya ini.. dimana di sela-selanya, beberapa kali ada nama Norman, Azis dan Samsul, disebut oleh mulut istrinya yang perek ini.. hahahaha... bodo amat ah..
1280Please respect copyright.PENANAaWlYrdu2oU
*****
1280Please respect copyright.PENANAXTbW0wycfE
3 Bulan kemudian...
Pada suatu malam, aku sedang asyik menonton tv sambil merokok. Karena Norman dan Samsul mau berangkat ke proyeknya di kota, maka sebelum dia berangkat, aku minta jatah dulu.. karena kalau sekarang aku nggak di ewe, pasti aku akan bingung dan gelisah, sebab tidak ada yang bisa memuaskan birahiku, mengingat sampai sekarang ini, Mas Hendra sudah nggak pernah aku gubris karena dia sama sekali tidak berdaya di atas ranjang. Saat itu, aku hanya memakai daster tipisku yang tembus pandang. Aku nggak pakai beha dan kancut. Bahkan aku belum sempat cebok, jadi lobang senggamaku ini masih basah dan lembab. Samsul baru saja pulang, tapi si Abang lagi di kamar mandi. Dia lagi bersih-bersih dan siap-siap mau berangkat..
“Tok… tok… tok…,” terdengar ketukan pintu yang sepertinya diketuk dengan terburu-buru. “Res… buka pintunya, dongg!”
Ternyata Mas Hendra. “Iya. Tunggu dulu.” jawabku dengan malas.
“Aku dapat kabar baik!” seru Mas Hendra, sementara aku sedang membuka kunci pintu.
“Apa?” tanyaku tak gairah ketika sudah membuka pintu. Mas Hendra hanya tersenyum mendengar pertanyaanku. Setelah menutup pintu, kemudian ia mulai bercerita.
“Aku naik jabatan, Res!” sahut Mas Hendra.
“Oh ya?” tanyaku, dengan wajah nyaris datar. “Gaji naik, dong!”
“Iya! Dan berita baiknya lagi, aku akan bertugas di kantor pusat. Dan itu berarti kita akan pindah dari sini! Aku dapat rumah dinas. Lusa kita sudah harus pindah, sebab Senin aku sudah mulai bekerja di sana. Kamu pasti senang, kan?”
Seharusnya aku senang, sebab itu berarti aku bisa punya rumah sendiri. Ya, seharusnya aku senang. Tapi, entah kenapa aku seperti tidak rela. Entah kenapa aku seperti tidak sanggup membayangkan hidup tanpa Norman. Apakah aku telah jatuh cinta kepada preman itu? Atau sekedar khawatir karena takut nggak bisa di ewe lagi oleh kontolnya yang besar?
“Res? Kamu kenapa?” ucapan Mas Hendra membuyarkan lamunanku.
“Oh, nggak apa-apa, Mas. Jadi lusa rencanamu untuk pindah?”
“Iya, Sayang! Yaah… kita akan memulai hidup baru di sana!” seru Mas Hendra, girang. “Aku sudah telepon jasa angkutan untuk memindahkan barang-barang kita. Lusa mereka akan datang, dan kemudian kita langsung pindah. Rumah ini akan kita jual..”
“Hmm... ” aku bergumam bingung.
Tapi tak berapa lama kemudian, Mas Hendra sepertinya baru tersadar dengan penampilanku. “Kok kamu pakai baju begini dan nggak pakai daleman, kamu lagi ngapain?”
Namun belum sempat aku menjawab, Bang Norman tiba-tiba keluar dari kamar mandi. Dia berjalan santai dengan masih bertelanjang bulat sambil handukkan. Otomatis kontol besarnya bergoyang-goyang gagah seraya dia berjalan. “Ngomongin apaan lo, nyet sama pacar gue?” tanyanya dengan nada menantang.
1280Please respect copyright.PENANAL8gvUuoIq9
1280Please respect copyright.PENANAxytFUON3cg
Aku tersenyum melihat dan mendengar dia begitu rupa. “Nggak apa-apa Abangkuuu.. sana pake baju dulu.. nanti adek ceritain.. yaa..” Lalu aku menggenggam dan mengocok lembut batang zakarnya seraya berkata. “Ini umpetin dulu pentungannya. Nanti ada yang minder lho.. hahahah…”
1280Please respect copyright.PENANAHSrrnIiVJo
Sambil tertawa, Bang Norman masuk ke kamarku untuk berpakaian. Sudah malam.. dia harus segera berangkat ke kota. Aku sengaja memancing Hendra untuk mengulang perkataannya tadi. Aku mau lihat reaksi Bang Norman.. dan benar saja..
Dia kembali masuk ke ruang tamu. Dia sudah rapih dan wangi. “Heh.. Monyet!” hardiknya ke Mas Hendra. “Gue denger omongan lo.. lo mau ajak si Resti pindah rumah?”
“Ii.. ii.. iya Mas Norman..” jawab suamiku yang langsung pucat dan tergagap-gagap.
Norman lalu membakar rokok. “Terserah kalo lo mau pindah.. kasih tau alamat rumah baru lo. Gue sama temen-temen gue tetep mau terus ketemu sama Resti... paham lo?” kata si Abang sambil berjalan ke teras depan. “Res.. urusin dulu tuh si monyet. Nanti susul aku ke depan..!” lanjutnya sambil merengkuh pinggangku dan meremas pantatku, dan sedikit mengulum bibirku.
Aku tersenyum sambil mengangguk, “Siap Ayang eh.. Abaang... hihihi.. Tunggu sebentar ya...” Mas Hendra gemeteran, ketakutan mendengar kata-kata si Abang. Sementara aku, yang juga membakar rokok, cuma berkata singkat namun ketus, “Denger omongan Abang gue?”
“Iya.. iya...” jawabnya dengan suara bergetar.
“Bagus! Mandi sana! Si Abang udah mau berangkat. Aku mau ngomong dulu sama dia.” kataku ikut-ikutan memberikan perintah. Untunglah Mas Hendra tidak berlama-lama mencerna kata-kataku. Ia langsung pergi dari ruang tamu untuk menuju kamar mandi. Sementara aku beringsut ke teras untuk menyusul Bang Norman, dan melepas keberangkatan Bang Norman ke kota dengan pelukan dan ciuman yang cukup lama di teras.
1280Please respect copyright.PENANAxh1UiBHYcD
2 Hari kemudian..
Truk yang akan mengangkut barang-barang kami sudah datang. Sebelumnya, suamiku sudah sempat mengepak sebagian barang ke dalam kardus. Para kuli angkut pun satu per satu sudah mulai memindahkan barang-barang dari dalam rumah ke atas truk. Aku duduk di sudut ruangan sambil menatap aktvitas mereka. Aku benar-benar tidak ingin pindah dari sini. Tapi bagaimana cara melakukannya? Kemudian aku mulai misuh-misuh nggak jelas.. akting sihh..
“Lho, Res… kamu kenapa?” tanya Mas Hendra saat melihatku uring-uringan. Ia langsung menghampiriku dan bertanya lagi. “Kamu kenapa? Kamu kenapa begini?”
“Mas, aku minta maaf….” ujarku dengan nada tegas.
“Lho, minta maaf kenapa?”
“Aku nggak bisa pindah dari sini…. Aku masih pengen tetap di sini….” kataku lagi.
“Lho… lho… kenapa?” tanya Mas Hendra. “Bukannya dulu kamu pernah bilang pengen pindah dari sini?”
“Iya, Mas… itu dulu…. Sekarang aku benar-benar nggak pengen pindah… aku sudah akrab dengan lingkungan sini.” kataku, kali ini dengan nada lebih datar.
“Tapi….” Mas Hendra tidak meneruskan ucapannya. Ia terlihat sangat terkejut.
“Mas ngerti kan?” tanyaku sambil menyulut sebatang rokok.
“Tapi aku nggak mungkin membatalkan kepindahanku ke kantor baru….”
“Yaa.. Kalau emang kamu harus pindah kantor, ya pindah aja. Mendingan kamu yang pindah, aku tetap di sini. Kamu bisa pulang seminggu sekali, misalnya.” kataku memberi ide.
Mas Hendra sedikit menjauh dariku, dan kemudian terduduk lemas sambil memijat-mijat keningnya. Aku kemudian menghampirinya dan berdiri dihadapannya seraya menyilangkan tangan di dada. “Heh! Gimana?” tanyaku ketus sambil mengepulkan asap rokok, “Mau nggak?”
Akhirnya Mas Hendra mulai bicara. Ia meminta alasan yang logis kenapa aku tidak ingin pindah. Aku bilang bahwa aku sudah sangat betah di kampung ini. Mas Hendra tampak sulit menerima alasanku. Lalu dia bertanya lagi, “Apakah Norman.......”
Aku memotongnya dengan ketus, “Heh.. Stop!” kataku, “Kalau sampai Mas Hendra bawa-bawa nama si Abang, aku bener-bener gak akan pernah mau pindah...”
Setelah menutupi keterkejutannya akan perkataanku, Mas Hendra mengangguk-angguk sambil menarik nafas panjang. Akhirnya Dia menyetujui ideku, bahwa hanya dia saja yang pindah, sementara aku tetap di sini. Ia pun langsung meminta para kuli angkut untuk menurunkan kembali beberapa barang yang sudah masuk ke truk.
1280Please respect copyright.PENANAjP953uE7UW
Sekitar jam 12an, Mas Hendra akhirnya berangkat ke rumah baru kami di kota, bersama truk barang. Tak terkatakan bagaimana girangnya hatiku menyadari, bahwa aku dan Bang Norman sebentar lagi akan bisa sebebasnya ngewe di rumah, tanpa harus di ganggu sama si kunyuk... eehh... suamiku yang pengecut itu. Hahahahaa....
1280Please respect copyright.PENANAhgBbNeKYWK
1280Please respect copyright.PENANA74v1Zg3RLS
1280Please respect copyright.PENANAuxyWbQYXzu
1280Please respect copyright.PENANAFmUPLUUyCx
1280Please respect copyright.PENANAVITf9uDOps
1280Please respect copyright.PENANADkkBK5cx8L
Singkat cerita..
Sudah 5 bulan berjalan ini, aku tinggal berjauhan dengan Mas Hendra. Pada 2 bulan awal kepindahannya, suamiku pulang seminggu sekali. Tapi aku, dengan kebesaran hatiku, pernah menginap beberapa hari di rumah baru itu. Rumah kecil yang apik dan bagus sebenarnya. Tapi kiri-kanan kami sudah banyak tetangga. Aku nggak cocok dengan lingkungan itu. Dan dengan alasan demi menghemat pengeluaran, aku menyuruh suamiku untuk pulang dua bulan sekali aja. Dan dengan kesadaran itu, ia menyepakati.
Dan dengan keadaan ini, Aku semakin leluasa bertemu dengan Bang Norman. Bahkan sekarang aku dan Bang Norman tinggal bersama dirumahku. Tentunya tidak saat Mas Hendra di rumah, aku sekarang mencoba bermain cantik. Dan Bang Norman pun menyetujuinya.
Kami benar-benar sudah seperti sepasang suami istri. Kami tidur berdua dalam satu ranjang. Dan bercinta dengan panas di setiap ada kesempatan. Sampai puas. Ketika aku bangun tidur, kadang aku mendapati Norman masih tertidur pulas di sampingku sambil memelukku, masih sama-sama dalam keadaan telanjang. Hal yang tidak pernah aku lakukan dengan Mas Hendra sama sekali. Kemudian, setelah mandi pagi, aku membuatkannya sarapan, dan kemudian kami sarapan bersama-sama. Karena dia sudah kuanggap sebagai suamiku sendiri, kadang setelah sarapan, aku membolehkannya untuk mempertemukan dua alat kencing kami, untuk berperang di atas meja makan.. hihihihi..
Bahkan tak sekali dua kali, Azis dan Samsul datang ke rumah di saat Bang Norman sedang di luar kota. Tentu saja tanpa sepengetahuan Abang. Mereka mengakui kalau mereka sudah ketagihan memek dan boolku. Bahkan pernah beberapa kali, Azis datang ke rumah bersama Nabila, dan kami ngewe di depan anaknya itu.. hahahaha….
Aku tidak menyangka bahwa ternyata hubunganku dengan Norman bakalan seperti ini. Padahal, dulu aku teramat membencinya. Tapi kini dialah orang yang selalu bisa memberiku kehangatan dan memuaskan hasrat birahiku yang tinggi ini.
Aku pun kini menjadi perempuan yang sangat bebas. Aku mulai berani merokok di luar rumah, bahkan mulai sering memakai pakaian yang seksi bila aku sedang pergi. Saat ke pasar, sering kali aku hanya mengenakan celana pendek dan tanktop tanpa memakai daleman atau kadang memakai legging ketat.
Semua pakaian itu memperlihatkan setiap lekuk tubuhku dengan jelas, seperti belahan dada, dan kedua pahaku. Sering aku nekat untuk tidak mengenakan pakaian dalam. Bahkan sekarang, aku sudah tidak ikut lagi pengajian di wilayah rumah. Dan tetangga-tetanggaku semua sudah tahu kalau Norman sekarang tinggal di rumahku. Mereka sering melihat aku jalan berdua dengan Norman sambil gandengan atau membonceng motornya. Namun tidak ada satu pun tetangga yang berani mengganggu, memprotes atau melaporkanku ke RT atau ke suamiku. Itu semua karena mereka takut dengan Norman.
1280Please respect copyright.PENANAgUyXq2r7vX
Setiap aku dan si Abang bersilaturahmi alat kelamin, dia memang selalu buang dalem. Dulu, aku pernah memintanya untuk mengeluarkannya di luar, tapi dia tidak mau. Dia ingin menghamiliku, katanya. Dan hal yang aku harap-harapkan itu pada akhirnya terjadi. Aku hamil. Dan usia kandunganku sudah jalan dua bulan. Beruntung satu bulan sebelumnya aku sempat ngasih jatah Mas Hendra ketika dia pulang.
Lalu aku membuat kesepakatan dan perjanjian dengan Norman. Bahwa janin yang ada didalam kandunganku, akan aku anggap sebagai anak dari Mas Hendra. Karena biar bagaimanapun, kami belum bercerai. Dan aku nggak mau ribet. Bang Norman menyetujuinya dengan syarat, setelah anak ini lahir, aku harus menceraikan Mas Hendra untuk dia nikahi.
Namun, untuk yang ini, aku belum sepenuhnya menyetujui. Tapi, supaya si Abang tidak mengamuk, aku hanya mengiyakan saja.
Diluar dari apapun, aku memang ingin menceraikan Mas Hendra. Tapi, kalau langsung di kawinin sama si Norman, secara finansial dia bahkan belum bisa mencukupi kebutuhannya sendiri, apalagi untuk menanggung beban hidup aku dan si jabang bayi. Maka itu, aku cuma bilang, “Bang.. tanpa kita harus menikahpun, kita sudah bisa tinggal serumah, dan Abang bisa ewe memek adek sepuasnya.. Kapanpun Abang mau.. Ya kan? Menurutku, untuk soal menikah, secepatnya aku melahirkan, kita atur strategi lagi... setuju ya Bang sama rencana Adek?” Alhamdulilah, Bang Norman menyetujuinya.
“Benarkah?? Aaaaah!! Akhirnya aku menjadi seorang, Ayah!” jerit Mas Hendra ketika aku mengabarkan kehamilanku lewat telepon di sore itu. “Sayang, kamu nggak boleh beraktivitas terlalu banyak. Setelah ini aku akan menambah uang kiriman untuk beli susu kehamilan. Kamu harus banyak-banyak minum susu supaya pertumbuhan anak kita berlangsung dengan baik.”
Timbul sedikit rasa kasihan sama Mas Hendra. Ia percaya bahwa anak dalam kandunganku ini adalah anaknya. Padahal, saat kami bercinta malam itu, tidak ada satupun saraf tubuhku yang terangsang, bahkan spermanya terlalu lemah untuk masuk sampai masuk ke rahimku.. sebab penisnya tidak bisa berdiri lama. Namun, untuk melancarkan rencanaku, aku hanya meng-iyakan saja semua permintaannya. Paling tidak sampai aku melahirkan.
1280Please respect copyright.PENANAZ5lrNC8MBB
Setiap malam, aku menanti kedatangan Bang Norman. Sudah seminggu lebih ini ia belum pulang. Nomor hpnya juga tidak aktif. Aku merasa kangen. Aku gelisah menanti kepulangannya. Meskipun sedang hamil, gairahku tetap tinggi. Setiap malam aku memakai lingerie yang sangat seksi. Jadi kalau Norman pulang, kami bisa langsung bercinta. Setiap mulai tumbuh, aku selalu mencukur bulu jembutku, menjaganya selalu bersih dan mulus. Tapi karena aku sedang hamil, Aku dan Norman mengatur jadwal kita ngewe, dan sepakat untuk membuang pejunya kedalam mulutku atau paling tidak, memanfaatkan bool ku aja.. hahahahaha...
Pernah juga Samsul datang dan nginap beberapa hari di rumah, dengan alasan pengen nyobain memeknya perempuan yang sedang hamil. Yaa.. mumpung si Abang lagi nggak ada, kasih ajalah, pikirku.. hahaha… nikmatin ajaaa….
1280Please respect copyright.PENANAV8IJyf3x89
Singkat cerita...
Setelah melalui proses kehamilan selama 9 bulan, dan persalinan normal yang lancar tanpa kendala, akupun akhirnya melahirkan seorang anak perempuan yang cantik, sehat dan lucu. Alhamdulilah, paras anak ini seperti aku; putih dan pipinya gembil. Dalam hati, aku bersyukur bahwa anak ini tidak mengambil gen ayah kandungnya. Cuma rambutnya saja yang ikal.. hitamnya nggak diambil.. hehehehehe....
Mas Hendra memberi nama anak perempuan ini, Syafina Nurlaksmi Pratikno. Dia bersyukur sekali dan terlihat sangat bahagia.
Akhirnya impiannya menjadi ayah benar-benar terjadi. Norman yang aku beritahu tentang kelahiran anak kami pun juga merasa senang. Dia minta maaf karena dalam waktu yang cukup lama, sekitar setahunan, dia belum bisa pulang. Proyeknya mengharuskannya pergi ke Pulau Jawa dan Kalimantan. Ya sudah.. tidak apa-apa.
1280Please respect copyright.PENANApMQXEzeekr
Waktu berjalan...
Anakku sekarang berusia setahun. Aku merasa sudah cukup. Aku harus menghentikan semua kepura-puran dan sandiwaraku sebagai istri yang berbakti untuk Mas Hendra. Ya, memang, soal keuangan, kami sekarang agak bisa bernafas lega. Dan kami pun sekarang punya tabungan yang cukup. Tapi untuk urusan batin, aku tidak akan pernah bisa lagi untuk menganggap Mas Hendra mampu sebagai suami yang ‘sempurna’.
Inilah saat yang tepat bagiku untuk memenuhi janjiku pada Bang Norman. Aku harus segera bercerai dari Mas Hendra. Lalu, aku mulai membuat ulah. Diawali dari Mas Hendra yang secara tidak sengaja, melihat videoku di hape sedang ber-masturbasi. Di dalam video itu, aku memang masih menggunakan jilbab, karena aku baru saja pulang pengajian, yang kalau tidak salah ingat, itu adalah pengajianku terakhir bersama ibu-ibu RT. Pas Mas Hendra bertanya, aku menjawab dengan santai saja, “Udah males ngaji! Dan males sholat juga.. buang-buang waktu!”
Bahkan dia juga sempat melihat foto Azis yang sedang menggarap memekku, sementara disampingku ada Nabila anaknya Azis yang sedang terbengong-bengong melihat bapaknya.. tentu saja suamiku tidak tahu itu mukanya siapa…
1280Please respect copyright.PENANAyCg5xLciT7
Aku dengan keras, menolak tinggal di rumah baru kami di kota. Lalu dengan berbagai macam alasan, aku mulai menolak diajak bersetubuh. Aku juga tidak lagi meladeninya setiap dia pulang ke rumah kami yang di kampung. Aku selalu bisa menemukan segala cara untuk memarahinya dengan persoalan yang nggak jelas dan sengaja aku buat-buat. Aku mulai menuntutnya dengan minta dibeliin ini itu. Intinya, apa saja aku jadikan masalah. Sampai 3 bulanan kami selalu berantem begini.
1280Please respect copyright.PENANAINNlPh3J0C
Dan puncaknya adalah hari ini. Dengan mata kepala sendiri, Mas Hendra melihat aku dan Bang Norman baru saja selesai bersenggama. Sebenernya ini sudah aku rencanakan. Aku tahu, hari ini suamiku akan pulang. Maka aku meminta si Abang untuk pulang sebentar dan menginap dirumahku untuk beberapa hari ini. Benar saja. Mas Hendra masuk ke rumah dengan leluasa, karena pintu depan dan belakang sengaja tidak aku kunci. Dan dia langsung menuju kamar tidur..
Memang dia tidak melihat kami ngewe. Dia hanya melihat ketika aku dan Bang Norman sedang foto-foto, walaupun tubuhku masih telanjang saat dia masuk ke dalam kamar.
Namun sebelum Bang Norman mulai bertindak, aku menghampiri suamiku yang masih terpaku di depan pintu kamar. Dengan menghardiknya, aku minta diceraikan. Awalnya dia menolak memberikan talak dengan alasan dia masih cinta kepadaku. “Nah.. sekarang kamu sudah lihat kan apa yang aku dan si Abang lakukan?” kataku. “Aku sama dia habis ngewe!! Denger?? Kontolnya yang gede ituuuu...” ujarku sambil menunjuk kontol Bang Norman, “..habis keluar-masuk ke dalam memekku! Paham? Aku minta kamu ceraikan aku hari ini juga!!” kataku. Aku lihat dia gemetar hebat. Sementara Bang Norman tertawa terbahak-bahak sambil mengocok pelan kontolnya. Dia menggendong Syafina.
“Aku nggak bisa Res.. aku masih..”
“Diam!!” potongku. “GUE minta LO nyerein GUE sekarang.. Ngerti nggak lo??” bentakku sambil menenggak bir kaleng yg ada diatas meja rias. Mas Hendra tampak terpukul sekali dengan kejadian ini. Menyadari hal itu, aku malah makin menjadi-jadi.. lalu aku lirik Bang Norman seraya memberi perintah, “Kamu beresin deh Bang ini monyet... habisin disini aja!”
1280Please respect copyright.PENANAhMALG9U36K
Tanpa berlama-lama, Bang Norman segera memberikan Syafina untuk aku gendong. Dan sebelum Mas Hendra bisa menghindar, Bang Norman menariknya hingga jatuh. Di depan mataku, Bang Norman yang masih telanjang bulat, menghajar Mas Hendra dengan beringas. Pukulan, tendangan, gamparan.. semua bertubi-tubi mendarat dengan sempurna di tubuh dan wajah Mas Hendra. Tak bisa ku dengar lagi tangisan dan permohonannya untuk menghentikan siksaan itu. Selain aku juga nggak perduli, mulut suamiku itu sudah bengkak dan lebam.. hingga semua kata-katanya nggak jelas.
Setelah puas menghajar Mas Hendra, Bang Norman menyulut sebatang rokok dan berdiri mengangkangi suamiku. Aku tersenyum melihat hal itu. Bagaimana tidak? Kontol besarnya si Abang menggantung dengan gagahnya diatas muka Mas Hendra. Dan setelah aku taruh Syafina diatas tempat tidur yang masih penuh dengan peju si Abang, aku berjalan dan ikut berdiri mengangkang diatas tubuh suamiku yang terkapar di lantai, seraya memeluk dan mengulum mulut si Norman.. sambil tak lupa menggenggam batang kontolnya.
Lalu aku membalikkan badan dan membungkuk menghadap Mas Hendra yang terbaring lemah. “Gimana?” bentakku pada Mas Hendra. “Harusnya tadi elo ngeliat gue di ewe. Mau nonton memek istri lo di ewe kontol segede ini?” tanyaku sambil menggenggam kontol si Abang. “Yakin elo bisa menerima keadaan ini?” Aku lihat dia menangis, aku ludahin aja mukanya. Sementara Bang Norman memegang kedua pinggangku dari belakang dan menempelkan kontolnya di pantatku seraya menggoyang-goyangkan pinggulku.
Mas Hendra terlihat pasrah. Namun dia tetap bersikukuh untuk tetap tidak memberikan talaknya. Akhirnya aku keluarkan jurus terakhirku. “Heh! Dengar baik-baik ya, nyet...” kataku. “Makin lama elo bertahan, elo malah akan makin sakit hati.. Tapi karena elo gak ngerti juga, ya sudah.. sekalian aja ya sakit hatinya ditambah. Lelaki ini, abangku ini.. oh, salah.. pa-car-ku ini..” kataku sambil menunjuk Bang Norman, “..sebenarnya adalah lelaki yang berhasil bikin gue HA-MIL...” aku memberi penjelasan. “Elo kan gak bisa tuh.. gak mampu! Jadi sebenarnya, elo bukan ayah kandung Syafina. Syafina berasal dari pejunya Bang Norman. Paham, njing?”
Mas Hendra mulai menangis tersedu-sedu. Makin jijik aku melihat laki-laki ini. Aku lalu berjalan dan duduk di pinggiran tempat tidur sambil membakar rokok. Mas Hendra masih terbaring di lantai sambil terus menangis. Bang Norman yang tertawa melihat kejadian ini, kemudian berkata kepada Mas hendra. “Jadi gini nyet...” katanya dengan nada santai sambil berjongkok di samping suamiku, “..selama lo di kota, Gue sama Resti udah tinggal bareng disini.” ujarnya sambil juga membakar rokok. “Gue udah dianggap suami sama Resti. Karena menurut Resti, lo udah bukan apa-apanya dia lagi sekarang. Paham? LO adalah SAM.. PAH..!!”
1280Please respect copyright.PENANAUKfryVbTGP
1280Please respect copyright.PENANAK65leIwg1L
1280Please respect copyright.PENANAJxeBKIJ9qB
Bang Norman menghembuskan asap rokoknya ke wajah Mas Hendra sebelum dia melanjutkan kata-katanya. “Sekarang terserah lo.. kalo lo pengen liat gue ngentot memek bini lo tiap hari ya terserah. Gue sih nggak masalah. Dan Resti juga nggak akan masalah.. malah kita seneng, karena akhirnya lo bisa liat langsung.”
Lalu Bang Norman meminta aku mendekatinya sambil membawa Syafina. Kami bertiga berdiri di samping mas Hendra. Kemudian aku berkata, “Liat njing...” ujarku. “Gue, Abang dan Syafina, sekarang sudah menjadi keluarga yang lengkap. Mendingan elo pergi dari kehidupan kami. Cerein gue sekarang! Bikin gue jadi Janda.. supaya si Abang bisa ngentot gue sepuasnya!” Aku membentaknya sambil menendang perutnya. Bang Norman tertawa melihat aku.
“Eh Babi..” ujar Bang Norman, “..bini lo udah nganggep lo kaya tai.. Masa lo nggak mau nyerein juga? Gila kali lo? Sakit jiwa ya? Sekarang gue mau nanya sama Resti, biar lo denger!!” Lalu Bang Norman memelukku dari belakang dan merengkuh tubuh telanjangku seraya membuka bibir memekku, “Liat memek bini lo buat yang terakhir!” ujar Bang norman. “Karena memek ini resmi punya Gue!! Res.. Kamu milih aku apa si babi ini?”
Aku tertawa mendengar pertanyannya. Namun tak urung aku menjawab, “Aku milih yang KONTOLnya GEDE dooonngg!! Hahahahahaha...... Hajar lagi Bang babinya... beriiii...!!”
Sebelum Bang Norman memberikan pukulan telak terakhirnya ke muka Mas Hendra, aku yang masih menggendong Syafina, duduk lagi di atas kursi sambil merokok. “Lihat nak.. ayah lagi olahraga tuuhh... lagi mukulin babi nakal..” bisikku pada Syafina. Dan Akupun tersenyum genit menyaksikan Bang Norman dengan buasnya, kembali menyiksa Mas Hendra. Aku lihat, Hidung dan bibir suamiku itu mengeluarkan darah segar.
1280Please respect copyright.PENANAqXfGABt41F
Kemudian, entah dapat ilham darimana, Bang Norman mengikat suamiku itu di pojokan lemari. “Buat apa Bang?” tanyaku.
“Kesini Res....” Bang Norman memintaku mendekatinya. “Taruh si Fina di tempat tidur..” lanjutnya. Lalu aku menaruh Syafina kembali di tempat tidur dan berjalan ke arah Bang Norman dengan wajah bertanya-tanya. “Nungging Res...” perintah Bang Norman lagi, lantas menampar lembut pantatku. Sesaat, aku langsung memahami maksudnya. Tanpa berlama-lama, aku segera menuruti perintahnya
“Mau diapain aku Bang?” tanyaku berpura-pura, seraya dengan genitnya, menggeol-geolkan pinggulku. Bang Norman segera beringsut ke belakangku dan menempelkan kontolnya di sela-sela bongkahan pantatku.
“Njing...” ujar Bang Norman kepada suamiku. “Lo penasaran kan ngeliat gue ngentot bini lo? Lo gue kasih kesempatan buat liat. Sekali ini aja!!” kata si Abang sambil terkekeh.
Dan dengan gerakan cepat, dia memasukkan kontol raksasanya ke dalam memekku dari belakang, dan mulai memompanya dengan sangat bernafsu. Aku yang berdiri membungkuk merasakan penetrasi yang sangat nikmat. Aku mulai mendesah keenakan. Sekilas aku lihat, Mas Hendra mulai menangis, dia memicingkan matanya supaya tidak melihat adegan erotis ini.
“Eh Bangsat!!” teriakku, “Kenapa merem? Laki gue nyuruh lo liat gue di ewe kan?”
Mas Hendra semakin menjadi-jadi dalam tangisannya. Dan entah kenapa, gairahku semakin meninggi melihat dia menangis tersedu-sedu seperti itu. Lalu aku mulai meremas-remas sendiri kedua buah payudaraku yang menggantung bebas ini.. Aaahhhh.... nikmat sekali entotan-entotan si Abang. Dan aku yakin, dengan melihat hal ini, tak lama lagi aku pasti akan di ceraikan oleh pengecut busuk itu.. hahahaha... menyadari hal ini, aku semakin semangat memutar-mutarkan pinggulku. Sambil berlaku demikian, terbersit ide gila di kepalaku.
“Baang... uuhh... kalo.. aahh.. sudah mau... hmmmff.. ke.. luaarr... aaiihhh.. kasih tau ya bbaangg... aaacchhh....” sahutku kepada Bang Norman.
“Kenapa sayang?” tanyanya.
“Kammuu... sshhhtt... aahh... nurut aja.. aahhh...”
Aku yakin dia akan menurut. Makanya tusukannya semakin cepat. Dan benar saja, tak lama setelah itu, dia mengerang hebat. Semua urat di tubuhnya menegang. “Aku mau keluar, Res....” katanya.
“Aaacchh.... lepas Bang!” aku memberi perintah.
Walaupun aku yakin dia bingung, namun tak urung Bang Norman menuruti permintaanku. Segera dia keluarkan kontolnya dan mengocoknya dengan beringas. Aku segera melipir ke depan suamiku yang masih duduk terikat.. dan masih melihat semua kejadian ini.. lalu aku berlutut seraya memberi kode kepada Bang Norman untuk memuntahkan pejunya ke wajahku.
Aaahhhhhh..... gila! 5 kali si Abang memuntahkan lahar panasnya ke wajahku dan ke dalam mulutku yang terbuka. Dan setelah semua pejunya di muntahkan, aku segera mengulum batang kontol raksasa itu. Tak lama kemudian, Bang Norman terduduk dengan lemas. Sementara aku memutar tubuhku dan kini berhadapan dengan suamiku dengan wajah dan mulut yang penuh dengan peju Bang Norman.
“Nyet...” kataku kepada Hendra. “Semua ini adalah salah lo! Ngerti?” lanjutku sambil menyeka peju yang jatuh di ujung mataku. “Inget dulu waktu Si Abang ngajak gue ke kondangan temennya? Seandainya lo berani ngadepin si Abang, hal ini nggak akan terjadi. Gue pulang agak malem, inget kan?” tanyaku lagi sambil menoyor kepala suamiku. “Itu karena si Abang baru saja mengenalkan kontolnya yang besar itu ke gue buat pertama kali. Iya.. gue emang diperkosa. Tapi bagi gue, itu adalah awal dari semuanya. Sejak saat itu, GUE MEMUTUSKAN UNTUK JADI PEREKNYA BANG NORMAN.. dan nggak lagi mandang elo sebagai suami gue.. PAHAM??”
Aku lihat dia tak berhenti menangis, maka aku teruskan saja. “Intinya gini... selain kontolnya yang besar dan enak itu, Bang Norman udah ngasih ke gue apa yang LO gak bisa kasih. Gue gak nyesel dengan hal ini. Tapi gue harap lo ngerti. Lo udah gue anggap bukan apa-apa gue lagi.. bagi gue lo adalah SAMPAH! jadi lebih baik Lo pergi dari hidup Gue.. PAHAM NJIING?” bentakku sambil menampar pipinya seraya memeperkan peju Bang Norman yang kuambil dari pipiku ke wajah si Hendra. “Cerein gue sekarang juga!!”
Bang Norman berdiri dan melepaskan ikatan di tangan Hendra, bersamaan dengan aku yang sedang menjilati peju si Abang yang nikmat ini. “Monyet... Cerein si Resti.. sekarang juga!” bentak Bang Norman.
1280Please respect copyright.PENANAcjfmSBvEwX
Selagi kami memborbardir si Hendra, tiba-tiba ibunya si Abang masuk ke dalam kamar. Rupanya dia sudah memperhatikan kami dari tadi. Tanpa banyak bicara, dia segera mengambil dan menggendong Fina. “Nggak baik kalian begini?” ujarnya singkat.
“Maksudnya apa?” tanya Bang Norman.
“Kalian telanjang begini di depan anak kecil.. pakai baju sana!”
Aku dan Bang Norman tersenyum. Lalu segera aku seka wajahku sambil memakai celana dalam. Si Abang juga memakai celana pendeknya. Namun sebelum ibunya Bang Norman beranjak dari kamar, dia ngomong ke Hendra, “Cerein Resti sekarang.. dia sudah jadi milik anakku. Dan ini adalah cucuku.. kalau kamu mau dianggap sebagai laki-laki, relakan Resti hidup bersama Norman..” lalu dia melengos pergi sambil membawa Syafina. Namun sebelum keluar dari kamar dia sempat menengok ke belakang dan bicara lagi pada suamiku.. “Benar yang Resti bilang.. kamu bukan laki-laki sejati. Kamu terlalu pengecut, bahkan gak bisa kasih Resti anak… Norman lah yang bisa. Kamu bukan laki-laki.. kamu Anjing Kurap.. Ceraikan Resti sekarang!” Katanya dengan nada ketus. “Dan kalian..” lanjutnya kepadaku dan Bang Norman, “..kalau masih mau kasih Anjing ini pelajaran lagi, lanjutin aja.. biar Syafina ibu bawa. Dan Norman.. ajarin itu Anjing gimana caranya jadi laki-laki sejati! Resti.. cebok dulu sana.. bersihin memek dan muka kamu, setelah itu, jadilah perek anakku lagi.. Entot dia di depan bekas suamimu ini!!”
Kami cuma tertawa terbahak-bahak sambil kembali melepas celana dalam kami.
Dan setelah menerima semua siksaan, hinaan, cacian dan makian.. pergulatan besar dan perang batin Mas Hendra berakhir. Dengan wajah lebam yang tertunduk, harga diri yang hancur, rasa malu dan takut yang tak terkira, dia dengan terbata-bata, akhirnya memberikan juga talaknya atas diriku. Alhamdullilah….
Proses perceraianku diawali dengan perginya si Hendra dari rumah. Dan setelah proses persidangan selesai, aku akhirnya sukses bercerai dengan Mas Hendra. Soal aku dan si Abang, untuk sementara waktu, kami sepakat untuk kumpul kebo aja dulu. Rumah baru kami tetap Mas Hendra yang menempati, karena itu memang pemberian dari kantornya. Aku memaksanya untuk tetap meninggali rumah yang di kampung ini, biarpun ini adalah peninggalan orang tuanya. Dan dia tidak pernah menghubungi atau bertemu aku lagi.
1280Please respect copyright.PENANAehQGAPR6I3
Namun jujur.. ada 1 pikiran yang melintas di kepalaku. Setelah Hendra pergi dari hidupku, aku mau nggak mau memikirkan juga bagaimana cara aku bertahan hidup.. bukan apa-apa, sekarang aku punya Syafina, kita berdua butuh makan. Aku yakin, Norman pasti akan berusaha untuk memenuhinya, tapi sebesar apa, aku nggak tahu. Di dalam hati aku berdoa, supaya Awloh memberiu jalan keluar yang terbaik untuk masalah ini.1280Please respect copyright.PENANAgGFU6wLjXr