Sudah hampir 1 ½ tahun ini aku menjalani hidup dengan Bang Haris. Aku dinikahi secara siri oleh Si Abang, ketika kehamilanku berusia 7 bulan. Senang sekali dia saat itu, mengetahui bahwa sebentar lagi dia akan punya anak. Dan sekarang, anak perempuan kami, baru saja berulang tahun yang pertama. Dia kami beri nama Nabila Kurniasari. Sementara anakku Syafina sudah berusia 3 ½ tahun. Aku sudah tidak tinggal lagi di rumah yang di kampung. Rumah itu sudah aku jual. Bahkan rumah dan tanah milik si Norman juga sudah aku jual.. Lho kok bisa? Hehehe.. Begini ceritanya..
Jadi beberapa hari setelah kejadian terakhir aku melihat si Hendra, Bang Haris memberi kabar kalau sertifikat tanah dan rumah milik ibunya si Norman sudah dia pegang, dan bahkan sudah dia balik nama menjadi milikku. Dan aku hanya bisa tersenyum lega ketika Haris memberitahuku kalau Ibunya Norman juga sudah ‘diproses’ dengan baik.. jadi tidak akan ada tuntutan apa-apa di kemudian hari. Dan sekitar 2 bulanan setelah itu, akupun menjualnya. Jadi aku punya tabungan yang cukup buatku dan Syafina.
548Please respect copyright.PENANAlEMsZvrL0c
Sekarang aku tinggal di kota. Aku dibelikan rumah baru yang besar sekali oleh Bang Haris. Rumah dimana kami tinggal itu berlantai 2, dengan kolam renang di bagian belakang rumah. Aku juga dikasih 2 orang pembantu untuk mengurusi rumah, juga 1 supir yang selalu siap mengantarkanku kemana saja. Bang Haris juga sedang mencari cara untuk menceraikan istri sahnya. Dia memang masih berstatus menikah dengan istrinya yang lumpuh itu, bukannya dia nggak berani menceraikannya, tapi Bang Haris sedang berusaha mengambil alih dulu semua perusahaan mertuanya. Berhubung istrinya itu adalah anak tunggal, otomatis tidak akan ada seteru yang bisa mengganggu Bang Haris. Makanya, setelah dia bisa pegang semua perusahaan mertuanya itu, baru dia akan menceraikan istrinya.
Namun demikian, aku pernah beberapa kali diajak ke rumah keluarga besarnya si Abang. Aku diperkenalkan sebagai istri siri Bang Haris. Tentu saja keberadaanku membuat kaget semua orang. Tapi karena sifatku yang sederhana dan menyenangkan 😊 pihak keluarga si Abang dengan cepatnya dapat menerima keberadaanku, bahkan sudah dapat menganggap kalau aku adalah istri sah dari Bang Haris. Bahkan, 5 pembantu yang bekerja di rumah itu, senang bila aku datang bermain. Mereka sudah bisa memperlakukanku sebagai nyonya rumah, dan juga sudah memperlakukan Syafina dan Nabila sebagai anak-anak Bang Haris.
Dan yang gak aku duga, ibunya si Abang, bahkan keluarga besarnya tidak mewajibkan aku untuk berhijab. Dan mereka gak bermasalah dengan dandananku yang sekarang super seksi dan tambah bahenol ini. Hihihihi…. Bahkan mereka juga gak punya masalah dengan pilihanku dalam berpakaian. Mulai dari baju-baju ketat, sampai baju-baju yang bagian dadanya rendah. Jadi mereka oke-oke saja melihatku memakai baju-baju yang memperlihatkan belahan dadaku, bahkan sampai baju-baju yang memamerkan setiap lekuk tubuhku.
548Please respect copyright.PENANAwgAQ7J4Bhw
Namun, pertama kali aku diajak ke rumah pribadinya Bang Haris, adalah untuk bertemu dengan istrinya yang cuma bisa tergolek lemah ditempat tidur. Saat itu Bang Haris sengaja mengenalkanku yang sedang hamil besar, pada istrinya. Setelah proses perkenalan singkat, aku diminta Bang Haris untuk membuat sepatah dua patah kata. Anggap saja ini sebagai niatku berkenalan, katanya. Saat itu aku bilang; “Kak.. namaku Resti. Aku baru saja menjadi istri siri suami kakak. Tapi aku akan berusaha sekuat tenaga untuk dapat menggantikan posisi kakak yang sudah gak bisa apa-apa ini. Maksudku, akulah yang sekarang akan mengurusi hidup Bang Haris, Yaa.. paling tidak, memberikan dia kebutuhan jasmani yang sudah tidak bisa kakak berikan.. kakak paham kan tentang maksudku yang ini? Hihihi.. bahkan alhamdulilah, aku sekarang sedang mengandung anaknya Abang.. Kakak kan gak bisa hamil.. hehehehe.. Jadi Kakak harus bisa bersyukur sama Awloh akan kehadiran diriku ya Kak. Inshaallah, hubunganku dan Bang Haris semakin mantap, hingga akhirnya, kelak aku akan dapat menggantikan posisi kakak sebagai istri sah Bang Haris. Inshaallah dalam waktu dekat..”
Lalu aku duduk di pinggiran tempat tidurnya, persis disamping dia berbaring. “Dan mengingat kakak sudah gak bisa apa-apa lagi, lebih baik kakak berfikir matang-matang untuk bisa pasrah dan menerima keadaan kakak, kalau seandainya kakak diceraikan oleh Bang Haris. Ya? Maksudku, biarlah kakak berfokus pada kesembuhan kakak yang aku rasa.. sudah tidak mungkin lagi ya kak.. tapi nggak apapa, Semangat! Kakak usaha terus yaa.. dan gak usah memikirkan Bang Haris. Biarlah urusan sebagai istri Abang, aku yang akan menggantikannya. Aku itu sudah seperti.. mhh.. apa ya kak namanya.. seperti.. anjingnya si Abang lah kak.. jadi kalau kakak berani melawan apapun keputusan si Abang, yaaa… sebelum aku gigit, kakak pasti akan aku gonggongin terus.. GUK.. GUK.. GUK.. begituu.. sampai kakak merasa menyesal dan menyerah… Hahahaha..”
Tentu saja dia menangis sejadi-jadinya dengan kata-kataku itu. Namun kata-kata balasan yang keluar dari mulutnya tidak jelas terdengar. Kejadian itu malah menjadi lucu, sehingga membuat aku dan Bang Haris tersenyum dan tertawa. Lalu Bang Haris malah ikut duduk di belakangku, seraya memeluk dan menciumi leher belakangku di hadapan istrinya itu, sambil berkata; “Kamu nggak usah khawatir sama aku, aku akan baik-baik aja.. aku sudah ada yang mengurusi. Bahkan Resti ini jauh lebih muda, lebih seksi dan lebih berisi..” katanya sambil meremas kedua buah dadaku dengan erat dan mesra. “Resti jauh lebih cantik dari kamu.. bahkan.. ssttt… ini rahasia kita aja ya..” ujarnya dengan berbisik, “..Res.. ceritain ke dia tentang ini mu..” katanya kepadaku sambil tangannya merogoh selangkanganku.
Aku yang segera paham dengan maksud Bang Haris segera berbisik lagi kepada istrinya yang semakin menjadi-jadi tangisannya. “Kak.. memek aku lebih sempit dan lebih enak dari punya kakak. Daann… gak ada bulunya lhoo.. Kata Bang Haris, memekku benar-benar memek yang selalu dia impikan dan dia idam-idamkan.. hihihhi… kalo punya kakak, ini kata Bang Haris lho yaa… punya kakak fungsinya kayak lobang pantat doang, cuma tempat ngeluarin kotoran.. Hahahahaha… Padahal, si Abang doyan banget masukin kontolnya ke bo’olku Kak..” aku dan Bang Haris tertawa berbarengan, seiring tangisan istrinya yang makin tak terdengar.
548Please respect copyright.PENANAJ39VCHj8bt
Dan semenjak kejadian itu, kondisi istrinya si Abang semakin memburuk. Tapi entah dapat kekuatan darimana, dia tak kunjung mati juga.. hahahaha… ya sudahlah.. kata Abang, anggap aja ini ujian buatku. Sampai sejauh mana aku bisa bertahan. Hihihihi… Kata Bang Haris, aku mendingan fokus aja terus sama diriku sendiri.. bikin senang hatimu terus.. begitu katanya.
Dan mungkin karena aku sekarang punya banyak uang kali ya, sehingga akupun mulai melakukan perawatan serius akan wajah dan tubuhku, sehingga banyak orang yang memuji penampilanku. Kalo kata Ibunya Bang Haris, ‘Emang sudah dasarnya cantik, terus perawatan, yaa.. jadi tambah cantik..’ hihihihi.. makin tersanjungnyalah aku. Bahkan ibunya Bang Haris sudah mulai bisa menerimaku sebagai mantunya. Kami sering jalan berdua dan tentu saja, belanja bareng. Bahkan aku selalu di belanjakan barang-barang mewah dan mahal. ‘Biar makin pantas kamu jadi istrinya si Haris’, katanya.
Tapi jujur saja, dengan segala fasilitas dan kenyamanan ini, aku merasa agak bosan. Bukan bosan dengan hidupku.. Maksudku, mengingat statusku yang masih sebagai istri siri, aku merasa masih ada yang kurang dengan hubungan rumah tanggaku, aku belom merasa benar-benar sah jadi istrinya si Abang. Tapi untungnya, di usiaku yang baru saja menginjak angka 25 tahun ini, aku merasa masih punya kekuatan untuk sabar menunggu keputusan cerai Bang Haris atas istrinya.
Nah.. berawal dari sinilah, aku malah jadi punya pengalaman baru.
548Please respect copyright.PENANAeEk3HVbesj
Bang Haris sebenarnya adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Adiknya juga laki-laki, namanya Rusman, usianya hampir sama denganku, hanya beda 2 tahun lebih tua dariku. Dia sekarang berusia 27 tahun. Dia juga sudah menikah, istrinya bernama Nur Anissa, biasa dipanggil Nisa. Usianya baru 23 tahun. Mereka sudah 3 tahun menikah tapi belum juga dikaruniai anak. Bang Haris pernah bilang, si Nisa itu punya usaha on line yang cukup maju. Daripada aku gak ada kerjaan, mendingan aku juga ikut berbisnis sama dia. Awalnya aku males, tapi karena memang aku dan Nisa sudah akrab, jadi aku nekat juga berbicara bisnis dengan dia. Akhirnya terjadi kesepakatan antara aku dan Nisa. Aku akan masuk ke dalam bisnisnya sebagai pemodal, biar produksi dan penjualan tetap Nisa yang pegang. Lumayan juga ternyata, dalam beberapa bulan ini, kami sudah mendapat untung yang cukup besar, pokoknya di luar perkiraanku deh..
3 minggu ini, Bang Haris sedang berada di Jakarta, dan lanjut 3 minggu lagi ke Makasar. Dia memang sedang getol-getolnya bekerja, sekalian cari investor supaya dia segera dapat membeli perusahaan-perusahaan mertuanya. Jadi selama sekian waktu itu, aku akan sendiri di rumah. Untungnya bisnisku dan Nisa sedang mantap-mantapnya, sehingga akupun merasa gapapa ditinggal sama Bang Haris.
548Please respect copyright.PENANAVnzf4zPdQo
Sampai suatu ketika…
Hari ini Nisa akan ke rumahku untuk menyelesaikan pembayaran pesanan baju-baju jualan kami ke agen besar. Jadi hari ini, kami mau itung-itungan. Nisa bilang dia akan datang ke rumah sekitar jam 2an, sekarang baru jam 11. Untuk mengisi waktu, aku mau berenang aja di rumah sama Syafina. Nabila kebetulan lagi di rumah neneknya, di rumah ibunya Bang Haris. Bahkan aku dan Syafina sampai makan siang di pinggir kolam saking senangnya dia main air.
Tak terasa sudah jam 2 lewat seprapat ketika pembantuku memberi tahu soal kedatangan Nisa. Karena Syafina nggak mau ditinggal, akhirnya aku menyuruh pembantuku meminta Nisa langsung aja menuju ke kolam renang.
Ketika akhirnya Nisa datang, aku agak terkejut juga melihat penampilan adik iparku ini. Nisa yang biasanya memakai jilbab dan baju panjang, hari ini terlihat mempesona sekali. Dia hanya memakai kaos jenis body fit dan celana pendek ketat. Uuh.. aku yang perempuan aja mengakui kemolekan dan keindahan tubuh si Nisa ini. Dan yang lebih mengagetkanku, dia datang bersama laki-laki ganteng, yang jelas-jelas bukan Rusman, suaminya.
“Halllooo Syafinaaa… halooo kakakkuuuu…” kata Nisa menyapaku dan Fina.
“Hey Nis..” sahutku membalas sapaan Nisa. “Kok baru dateng?”
“Iyalah Kak.. aku kan janji jam 2.. sekarang baru jam 2 lewat sikit.. gapapa laahhh…” jawabnya dengan nada suara yang digenit-genitkan. “O iya kak..” lanjutnya, “..kenalkan ini temenku. Seorang pemasok juga. Namanya Amran..”
Karena aku sedang pakai baju renang, makanya aku merasa nggak perlu keluar dari dalam kolam. Karena saat ini aku tidak memakai apa-apa di balik baju renangku, aku nggak mau kalau pria yang baru aku kenal ini dapat dengan bebasnya melihat kedua pentil payudara dan belahan selangkanganku yang tercetak sangat jelas ini. Aku hanya menyapanya saja dari dalam kolam renang, “Haloo.. aku Resti.. kakak iparnya Anissa..” kataku.
“Halo Kak.. Saya Amran.” Ujarnya dengan suara yang berat.
Lalu Nisa dan Amran duduk di kursi malas di pinggir kolam sambil merokok. “Nis..’ kataku, “..kalo mau minum tinggal panggil si bibi ya.. sekalian Amran tanyain mau minum apa tuh..”
“Nggak usah kak..” sahut Nisa. “Amran gak lama kok. Dia harus balik ke kantornya. Dan kita kan ada hal yang harus segera kita selesaikan..”
“Oh gitu..” jawabku. “Ya sudah..” Dan di saat inilah aku menyadari ada sesuatu yang janggal. Aku curiga, kalau Amran ini sebenarnya adalah selingkuhannya si Nisa. Benar saja.. tak lama setelah aku selesai berbicara, Amran pamitan dengan Nisa sambil berbisik-bisik dan tersenyum-senyum penuh arti. Lalu Amran menggenggam tangan Nisa seraya mengecup pipi kiri dan kanan Nisa. Hal biasa mungkin, tapi selanjutnyalah yang aku tak menduga..
Nisa memberi kode kepada Amran dengan menyentuhkan bibirnya sendiri dengan jarinya, kemudian dengan gerakan cepat, Amran mengecup bibir Anissa seraya merengkuh pinggangnya. Dan tak lama setelah dia pamit kepadaku, Amran beranjak keluar rumah dengan diantar Anissa. Aku merasa butuh penjelasan dari Anissa. Makanya aku segera naik dari kolam renang untuk berbicara dengan dirinya. Tapi sepertinya, adik iparku ini lebih sigap.
“Kakak nggak usah naik.. aku aja yang turun. Aku mau cerita sama kakak. Tapi di dalam kolam aja, sekalian aku mau berendam.. gerah..” katanya. Lalu dia memanggil pembantuku untuk minta dibuatkan segelas jus jeruk segar
“Lho.. kamu emang bawa baju renang?” tanyaku.
“Nggak.. hehehe… aku pinjem bikini kakak dong..”
Lalu aku segera mengajak Anissa ke kamarku untuk meminjam baju renangku. Dan setelah dia mendapatkan yang dia mau, tanpa malu-malu, dia segera melepas kaos body fit dan celana pendeknya untuk ganti dengan bikiniku yang ukurannya pas dengan tubuhnya. Ternyata Anissa hanya memakai bra, namun tapi tidak pakai celana dalam di balik celana pendek yang dia kenakan. Ahhh… secara naluriah, aku merasa bahwa aku akan bisa tambah akrab dengan istri adik ipar siriku ini. Kami ternyata mempunyai kebiasaan yang sama. Lalu setelah itu, kamipun turun lagi ke kolam renang. Kami berendam, selfie-selfie dan ngobrol-ngobrol panjang. Anissa akhirnya bercerita tentang Amran.. tentang hidupnya yang tidak diketahui oleh keluarga besar.
“Aku merasa cuma kakak yang bisa mengerti ceritaku. Aku sudah percaya sama kakak untuk mendengar dan menyimpan rahasiaku ini. Makanya aku berani bercerita tentang Amran sama kakak. Bahkan aku merasa, dengan membawa si Amran kesini, kakak akan tambah mengerti kenapa aku berpacaran lagi dengan lelaki lain.” Kata Anissa sebagai penutup ceritanya.
“Iya aku ngerti..” ujarku. “Aku pernah mengalami hal yang sama kayak kamu, Nis..” lanjutku sambil tersenyum. “Jadi aku juga langsung memahami kondisinya ketika kalian datang tadi..” Lalu aku menyulut sebatang rokok. “Ngomong-ngomong.. seharian ini kalian sudah dapet berapa ronde? Hahahaha….”
“Aaahhhh…. Kakakkkkk…. Hihihihi….” Seru Anissa, tapi tak urung dia mengajukan 4 jarinya ke depanku. Hihihihi….
Jadi rupanya, kisahku dengan Norman terjadi juga dengan Nisa dan Amran. Bedanya adalah, aku dulu diniatkan Norman untuk diperkosa, sebelum akhirnya takdir Awloh menentukan kita sebagai pasangan. Kalau Nisa dan Amran beda. Mereka adalah teman sekolah, Amran adalah sahabat akrab dari mantan pacarnya Nisa dulu waktu SMA.
Waktu berjalan.. Nisa akhirnya dinikahkan oleh keluarganya kepada Rusman waktu Nisa masih berusia 20 tahun, karena keluarganya Nisa berhutang sangat besar kepada Ayahnya Bang Haris. Setelah pergolakan batin yang cukup hebat, akhirnya Nisa mau juga dinikahkan dengan Rusman. Tapi di usia pernikahan mereka yang baru berjalan 2 tahun, Nisa secara tidak sengaja bertemu dengan Amran lagi di sebuah acara reuni sekolahnya. Tanpa banyak basa-basi, Amran cerita ke Nisa kalau dulu dia sempet suka dengan Anissa, namun kesempatan itu direnggut oleh temannya. Dan sekarang, Amran merasa masa itu sudah lewat. Sekarang dia baru berani mengungkapkan perasaannya, dan mengutarakan niatnya untuk bisa dekat dengan Anissa.
Anissa yang memang pada dasarnya tidak ada rasa dengan Rusman, merasa tergoda dengan ajakan Amran untuk mencoba berhubungan. Diluar dari status Nisa yang sudah bersuami, Nisa menyadari bahwa dia belum pernah merasakan nikmatnya berhubungan badan. Karena memang tidak pernah ada keinginan yang sempurna dari dirinya untuk melayani Rusman. Itu sebabnya mereka belum mempunyai anak sampai saat ini. Namun Anissa merasa, malam ini adalah malam yang tepat untuk mencoba membangkitkan naluri bercintanya dengan orang yang bukan suaminya.. tapi sahabat baiknya sendiri. Dan kalaupun dia cuma sekali menemukan apa yang dia cari, Nisa sudah memutuskan, bahwa itu cukup.
Amran pun sudah beristri sebenarnya.. tapi karena dorongan yang besar dihatinya untuk menumpahkan perasaannya kepada Anissa, makanya dengan begitu mudahnya, dia dapat melupakan keberadaan istri dan anaknya untuk dapat sekedar semalam saja, merasakan kenikmatan tubuh Anissa.. dan menumpakan spermanya ke dalam memek Anissa.. hihihihihi..
Dan tanpa mau berlama-lama, sepulangnya dari acara reunian itu, Amran dan Anissa segera mempertemukan dan mengenalkan kedua alat kelamin mereka untuk yang pertama kali.. mereka melakukannya di kamarnya Anissa, di hotel dimana acara reunian itu berlangsung. Berawal dari sekedar pelampiasan mereka saja, mereka malah menemukan kenyamanan dan kenikmatan bercinta yang tidak mereka dapatkan dari pasangan mereka masing-masing. Kalau pada akhirnya mereka tetap memutuskan untuk meneruskan hubungan gelapnya itu, bukan karena mereka tidak ingin menikah, tapi mereka merasa bahwa hubungan seperti inilah yang dapat memompa nafsu kebinatangan mereka, dan membawanya sampai pada level tertinggi. Toh mereka dapat bertahan dan menyimpannya sampai selama ini, berarti mereka cukup pandai untuk menyembunyikannya.
Tapi sekali lagi.. Sampai pada satu titik, Anissa pasti tidak akan tahan untuk tidak menceritakan pengalamannya ini kepada seseorang, sekedar sebagai ‘pembuktian’ bagi dirinya, bahwa dia masih layak untuk mendapatkan pria yang lebih baik dari suaminya.. pria yang dapat memuaskan nafsu birahinya, lebih tepatnya. Karena Anissa sudah lagi tidak memikirkan materi sebagai pemikiran atau halangan. Dia hanya butuh tantangan. Butuh kenikmatan.. butuh KONTOL, lebih tepatnya.
548Please respect copyright.PENANAbKVUmdKY5C
“Aku sudah menduga sebetulnya ketika tadi kalian datang..” kataku melanjutkan obrolanku dengan Anissa. Anissa tersenyum mendengar kata-kataku. “..tapi aku gak mau asal tebak. Biarin nanti kamu juga pasti akan cerita sendiri.. ternyata aku nggak salah kan? Hihihi..”
“Iya deehhh… kakakku ini emang jagoanlah pokoknya.” Respon Nisa. “Tapi jujur aja ya kak.. aku sempat bingung tadi. Ini si Amran mau aku kenalkan sebagai apa ya biar kakak nggak curiga.. makanya aku bilang aja dia sebagai pemasok.. hahahaha…”
Aku tersenyum mendengar omongan Nisa, tapi tak urung aku godain juga. “Huu.. dasar kamu.. kalau aku tanya Amran pemasok apa.. kira-kira apa jawabanmu? Pemasok kontol buat memekmu? Gitu? Hahahaa…”
“Anissa juga ikut tertawa mendengar omonganku. “Aaahh.. kakakkuuuu… hihihihi…”
Lalu kami sempat terdiam sejenak, sampai akhirnya aku bicara lagi pada Nisa. “Menurutku ya Nis..”. “..lebih baik kalian tetap begini aja.. maksudku, kamu sama Amran tetap menjalani hubungan gelap kalian ini..”
“Kenapa Kak emangnya?” tanya Nisa bingung.
“Yaaa… gini..” lanjutku sambil menyulut sebatang rokok. “..kalo soal uang, Rusman pasti selalu kasih kan.. toh kamu juga punya bisnis yang sudah maju dan mapan. Tapi kalau soal ginian..” kataku sambil menjepitkan jempol tangan kiriku di tengah jari telunjuk dan jari tengah, “..kalo kamu belom bisa menemukan yang lain, pertahankanlah kontol si Amran. Karena semangatmu menjalani hidup pasti akan selalu ada, kalau kebutuhan selangkanganmu dapat selalu terpenuhi dengan baik.. makanya, buat apa berusaha bercerai dari Rusman?”
Nisa terdiam sambil mengangguk-angguk. Dia sepertinya memahami kata-kata dan nasihatku dengan baik. Lalu dia juga menyulut sebatang rokok. “Jadi menurut Kakak, aku nggak salah kan ya kak? Wajar kan kalau aku lebih memilih kontolnya Amran?”
“Ya Nggak! Sama sekali enggak salah.. dan itu sangat wajar, menurutku..”
“Tapi Kak..” lanjut si Nisa, “..kalo soal anak gimana ya? Si Indung nanyain terus, ‘kapan kalian punya anak?” gitu katanya. Masaknya aku harus bilang, ‘gak ada nafsu dari aku untuk anakmu Ndung’ .. ‘gak maunya memekku di masukkin peju anakmu’… hahahahaha…”
Aku tersedak asap rokok karena tertawa mendengar pertanyaan dan pernyataan konyol si Nisa. Tapi setelah batuk-batukku mereda, aku kembali memberikan perempuan cantik ini inspirasi dari kisahku. “Ini menurutku ya.. kalau kamu memang masih ingin memuaskan hati si Indung, lebih baik, susun rencanamu baik-baik. Kau bilang sama si Amran, kamu minta dihamili. Kalian buat strategi terbaik bagi kalian. Tapi beberapa waktu itu, beri Rusman jatah.. dan setelah kamu bisa hamil dari si Amran, kamu harus segera mengakui kehamilanmu kepada keluarga besar kita, bilang kalau itu adalah anak Rusman. Aku yakin, kalau Amran beneran cinta sama kamu dan mengerti kondisimu, dia pasti menyetujui rencana ini…”
Anissa kembali terdiam. Tapi sepertinya dia sudah bulat akan tekadnya. “Iya kak.. aku akan coba bicara sama Amran. Syukur-syukur dia setuju, segeralah aku bikin anak sama dia… hihihihi…” ujarnya dengan nada genit.
“Kapan kalian akan segera bicara dan melaksanakan hajat kalian itu?”
“Secepatnya Kak… kalau bisa malam ini…”
“Baguslah kalau begitu… dimana?”
“Disini aja ya Kak… aku pinjam rumah Kakak… Hahahahaa…”
“Hahahaha… dasar kamu!”
“Gimana Kak? Kalau Ok, segera aku telfon nih calon ayahnya anakku…”
Aku terdiam sejenak. Tak apalah aku pinjamkan salah satu kamar di lantai atas untuk mereka bercinta. Toh sedang nggak ada Si Abang di rumah. “Ya sudah…” kataku. Ah.. senang sekali si Nisa. Lalu dia segera naik ke pinggir kolam dan menelfon Amran.
548Please respect copyright.PENANAzEyjpZKWFS
Kekasih gelap adik iparku itu baru datang sekitar jam 7 malam. Setelah kami makan malam berempat dengan Syafina, kami bertiga segera ke taman belakang untuk merokok dan mengatur rencana untuk Anisa dan Amran. Sementara Syafina di bawa ke kamarnya oleh pembantuku. Tekad mereka sudah bulat. Amran tidak mempermasalahkan rencanaku itu. Jadi keputusannya adalah, Amran akan segera menghamili Anissa, dan dia tidak akan menuntut apapun akan masa depan anak itu kelak. Bahkan Anissa dan Amran berjanji akan tetap menjalin hubungan mereka. Aah… senang sekali bisa membantu dan memberikan solusi untuk sepasang sejoli yang sedang di mabuk asmara ini.. hehehehe…
Sekitar lepas jam 8 malam lewat sedikit, aku pamit tidur sama Anissa dan Amran. Mereka mau apa selanjutnya, itu urusan mereka.
548Please respect copyright.PENANAk9rX28ZpfM
Lanjut Part 2...
ns 15.158.61.6da2