Karena merasa gak nyaman, aku akhirnya bangun dan masuk ke dalam kamar. Aku sengaja meninggalkan papa Alex kala itu. Sebenarnya hal ini aku lakukan dengan tujuan sedikit memberikan perlawanan. Bahwa sebenarnya aku kurang nyaman.
Papa Alex membiarkan aku pergi begitu saja, seolah tidak masalah baginya aku meninggalkannya. Ketika di dalam kamar, aku langsung melepaskan seragam SMA yang aku kenakan. Aku cuci tangan, kaki, dan berganti pakaian.
Aku tidur dengan menggunakan tanktop warna putih tanpa menggunakan bra. Aku sudah diajarkan oleh mama, jika tidur lebih baik bra dilepas saja. Aku tidak menggunakan celana, hanya menggunakan celana dalam warna merah yang menyelimuti vaginaku.
Aku menutup pintu dan menyalakan AC, setelahnya aku bergegas tidur di kasur. Hanya saja aku saat itu melakukan sebuah kesalahan. Mungkin karena terlalu cape dan banyak pikiran, aku lupa mengunci pintu kamarku.
Aku langsung bablas tidur begitu saja, tanpa memeriksa apakah pintu sudah dikunci atau belum. Aku menikmati tidurku yang terasa sangat nyenyak itu, sampai akhirnya aku terbangun karena merasakan ada sesuatu hal yang aneh.
Aku merasakan geli yang gak tertahankan di vaginaku, ada sebuah benda kecil, basah, bergerak begitu lincah di vaginaku. Aku mencoba membuka kedua mataku, aku melihat ada kepala seseorang yang berada di antara selangkanganku.
“Slrrrrrppp….”
“Aaahhh… ,” desahku yang merasa begitu geli karena sebuah hisapan yang terasa begitu kuat di vaginaku.
“Pa—Papa? Papa kok begini sih sama aku? Papa ngapain aku Pa? Papa kok vagina aku dijilatin dan dihisap kaya gini sih?” protesku yang melihat ada papa Alex di sana.
Namun bukannya menghentikan apa yang dia lakukan, dia malah terus saja melancarkan serangannya. Aku merasa lidahnya mulai masuk ke dalam vaginaku, dimana sebelumnya dia hanya menjilati klitorisku saja.
“Slrrrrpp…. Slrrrrpp… Slrrrrppp…”
Hisapannya malah semakin ganas, rasa gelinya bener-bener gak bisa aku tahan. Aku sampai memejamkan mataku, kedua tanganku menjambak rambutnya yang pendek itu. Tanpa sadar kedua tanganku menarik kepalanya, agar semakin menempel ke vaginaku.4893Please respect copyright.PENANA2S10IEbsHj
4893Please respect copyright.PENANA7CA1gS7K0r
Padahal awalnya aku berniat untuk mendorong kepalanya itu. Ini pertama kalinya bagiku, vaginaku dijilati dan dihisap seperti ini. Papa terlihat seperti orang yang sudah berpengalaman. Dia menaklukan dan menikmati tubuhku dengan mudahnya.
Wanita mana yang tidak takluk merasakan kenikmatan seperti ini di vaginanya? Ini benar-benar hal yang sangat gila. Dia langsung menyerang ke organ sensitif wanita, dimana di sinilah salah satu kelemahan terbesar seorang perempuan.
Gairah dan hasratku mengalami peningkatan yang tak terbendung lagi. Pikiranku sudah tidak bisa memikirkan apapun, selain menikmati rasa nikmat yang terjadi di vaginaku ini. Tubuhku perlahan semakin terasa lemas, tidak mungkin lagi bagiku untuk melawannya.
Papa tiba-tiba melepaskan hisapannya, dia memperhatikan wajahku yang saat itu nafasnya sedang tersengal-sengal. Seolah aku baru saja berlari berkilo-kilo jauhnya, padahal ini hanya hisapan di organ intimku yang dia lakukan baru sekitar 7 menit.
“Enak, sayang? Dengan cara inilah Papa menaklukan mama kamu. Papa sudah berbulan- bulan tidak melakukan hubungan seksual. Karena mama sedang sakit parah,” ujarnya yang menjelaskan kenapa dia melakukan hal ini kepadaku.
Aku rasanya hampir menangis, ingin menangis karena rasa takut dan kebingungan. Namu, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Aku begitu menikmati apa yang dia lakukan kepadaku, ini adalah pengalaman pertama bagiku.
“Aku belum pernah pacaran Pa. Aku belum pernah melakukan hubungan seksual, aku mohon Papa jangan khilaf seperti ini. Papa jangan khianati Mama,” jawabku yang mulai berderai air mata. Pikiranku mulai kembali bisa berpikir saat itu.
Papa tersenyum begitu manis, entah apa maksud dari senyumannya kala itu. Dia mengunci pintu kamarku, lalu menarik tubuhku yang semua tiduran hingga terduduk di kasur. Tubuhku memang terbilang kecil jika dibandingkan papa Alex.
Tinggiku hanya 155 cm, dengan berat badan sekitar 40 kg. Hanya saja aku memang memiliki ukuran payudara yang cukup besar untuk wanita dengan tinggi sepertiku. Ukuran payudaraku sekitar 38D, banyak laki-laki yang sering melirik kedua toketku yang besar ini.
Bahkan papa Alex pun juga sering melakukannya, seolah dia begitu tergiur dengan kedua gunung indah yang menempel di tubuhku ini. Namun, papa Alex kala itu belum membuka tanktop berwarna putihku ini.
Aku merasa kedua putting toketku masih kering, tidak terasa basah atau lengket. Papa kala itu tersenyum dan mengajak aku bernegosiasi, “Begini saja yaa, Papa melakukan ini karena kamu sangat mirip dengan mama kamu. Kamu begitu cantik, seksi, dan manis.”4893Please respect copyright.PENANAgjmM5OC2on
4893Please respect copyright.PENANAVHCRjVL0GY
“Papa akan membawa mama kamu ke rumah sakit luar negeri, agar mendapatkan perawatan yang lebih serius. Dengan syarat, kamu harus jadi anak yang penurut sama Papa yaa?” lanjutnya yang menawarkan aku hal seperti ini.
Aku terasa begitu dilema, papa Alex adalah orang yang bisa menyembuhkan mamaku. Dia orang yang selalu menepati janjinya, dan di sini aku dihadapkan dengan pilihan sulit. Papa Alex membiarkan aku berpikir, dia seolah tau aku akan mengambil pilihan yang mana.
Aku menelan air liurku, berharap bahwa pilihan yang aku tentukan ini sama sekali tidak salah. “Ji—Jika aku menolak? Papa tetap akan memaksa aku kan? Aku tidak punya tempat tinggal lain selain di sini. Semuanya dari makan sampai kelayakan hidup, papa yang berikan.”
“Jika aku menolak, aku mungkin akan kembali hidup seperti dulu lagi. Dimana aku rasanya tidak sanggup hidup susah dan kelaparan. Gak ada pilihan yang lebih baik, selain aku menuruti keinginan Papa,” tambahku yang benar-benar tidak punya pilihan lain.
Papa kemudian tiduran di atas kasurku, dengan lembut dia berkata,” Sini, naik ke atas wajah Papa. Kamu dudukin wajah Papa, letakkan vagina kamu tepat di atas mulut Papa.”
Dengan berat hati aku mengikuti permintaannya, entah kenapa rasanya sangat aneh. Dia meminta aku untuk duduk di atas wajahnya, bukan kah ini tidaklah sopan? Seorang anak menduduki wajah papanya sendiri?
Namun aku hanya terdiam tanpa bisa menyanggah. Papa Alex memiliki kuasa besar untuk mengendalikan kehidupanku. Aku naik ke atas wajahnya, kedua tangannya membantu pantatku untuk memposisikan vaginaku tepat di atas bibirnya.
Baru beberapa detik aku duduk di atas bibirnya, aku langsung merasakan kenikmatan yang lebih gila lagi dari sebelumnya. “Aaaahh… Paaahh… Paaahh…” Papa mulai menjilati dan menghisap vaginaku dengan begitu ganasnya.
“Pa—Papaaahh… Pa—Paaah… Papaah gelii Paaah. Aaahh… Aaahh… Aaahhh….” Lidahnya masuk ke dalam vaginaku, lidahnya menyentuh sebuah titik yang rasanya begitu geli di tubuhku. Dia menyentuh titik itu dengan lidahnya, lalu dia memainkan lidahnya di sana.
Seketika tubuhku merinding luar biasa, rasa geli dan nikmat memenuhi seisi pikiranku. Papa menahan pantatku dengan kedua tangannya, agar aku tidak bisa menjauhkan vaginaku dari bibirnya. Aku mulai merasa vaginaku benar-benar basah, entah apa yang terjadi.
Puting payudaraku seketika mengeras, bulu kudukku seluruhnya berdiri. Aku mulai mendorong pantatku agar vaginaku semakin menempel di mulutnya. Rasa geli dan nikmat yang gak bisa aku jelaskan, baru pertama kalinya aku merasakan hal seperti ini.
ns 15.158.61.8da2