Kak Nadya dan Kak Steven berbincang dan bercanda ria, seolah tidak pernah terjadi apa- apa. Kak Nadya memang sosok wanita yang mengerikan. Bisa-bisanya dia baru saja bersetubuh dengan Kak William, dan dia langsung bersikap santai seolah tidak merasa bersalah.
Kak Steven yang kala itu melihatku duduk di meja makan. Dia langsung menghampiriku dan memberikan makanan yang aku pesan. “Dek, ini makanan yang tadi kamu pesen ke Kakak. Ini sate kambing dan kebab turkinya, Kakak beli di tempat yang dikenal enak.”
“Waahh, makasih banyak Kak udah dibeliin. Aku makan sekarang yaa.” Aku bergegas menuju ke dapur dan mengambil peralatan makan. Setelah makan, aku langsung kembali menuju ke kamar. Dan aku mendekam di dalam kamar seorang diri sampai papa pulang.
Malam itu, papa pulang sangat larut. Dia terlihat pulang dalam keadaan mabuk, dia naik ke lantai dua sambil digendong oleh seorang supir dan seorang satpam di rumah. “Mbak Felisa, ini Bapak pulang dalam keadaan mabuk. Tolong bukain pintu kamarnya.”
Papa yang saat itu dalam keadaan setengah sadar, dia menolak untuk dibawa ke kamar. “Ta—Taruh saya di sofa saja. So—Soalnya kamarnya saya kunci, dan saya lupa naru kuncinya di mana.” Satpam dan supir pun pada akhirnya menuruti perkataan papa Alex.
Mereka menaruh tubuh papa bersandar di sofa yang berada di lantai dua. “Mbak Felisa, ini Bapak saya taruh sini yaa. Diawasin aja khawatir kalo ada apa-apa. Saya soalnya masih harus berjaga di depan. Kalo ada apa-apa tekan bell di kamar Mbak Felisa saja.”
“Iyaa, Pak. Nanti saya yang urusin Bapak setelah ini. Kalian kembali saja ke aktivitas kalian masing-masing,” jawabku yang mempersilahkan mereka berdua untuk pergi. Mereka berdua pun turun menuju ke lantai satu. Aku saat itu memperhatikan papa yang sedang mabuk.
Aku bersimpuh di hadapan papa yang sedang duduk lemas bersandar di sofa. “Papa kenapa sampai minum lagi? Kemarin katanya Papa janji gak akan mabuk lagi. Papa kepikiran akan almarhum Mama kah? Masih ada aku di sini, Pa.”
“Papa gak bisa menahan rasa sedih Papa. Papa gak kuat, sudah dua kali ditinggal istri meninggal. Sudahlah, Papa sudah gak mau menikah lagi. Papa sudah lelah dan cape,” jawabnya yang ternyata masih bisa merespon perkataanku. Papa terlihat sangat menderita kala itu.
Aku tak kuasa menahan air mataku, seketika air mataku menetes mengalir begitu saja sampai ke pipiku. “Papa gak perlu menikah lagi, Felisa yang akan membahagiakan Papa. Felisa yang akan memenuhi seluruh kebutuhan Papa. Papa bisa bawa Felisa kemana pun Papa mau.”3223Please respect copyright.PENANAsUuIaThPlM
3223Please respect copyright.PENANA4bioBtzyc1
Aku saat itu langsung memeluk Papa Alex, ternyata dia juga sangat terpukul akan kematian ibuku. Meskipun usia pernikahan mereka baru berjalan hampir 3 tahun, tapi cinta Papa kepada ibuku sangatlah besar. Dia sampai sangat menderita seperti ini.
“Papa aku senengin yaa? Kita ngentot berdua di sini, biar Papa senang dan bahagia lagi. Sekarang sudah jam 12 malam, gak akan ketauan juga kita ngentot di sini.” Aku menawarkan papa Alex untuk melakukan hubungan badan. Dan dia dengan cepat langsung mengangguk.
Aku yang saat itu menggunakan pakaian tidur, berupa tanktop warna hitam dan celana pendek warna putih. Aku seketika langsung menurunkan kedua tali tanktopku. Aku yang tidak menggunakan bra kala itu, membuat kedua toketku langsung mencuat keluar.
Ketika aku menurunkan kedua tali tanktopku ini. Aku kemudian naik ke atas pangkuan papa Alex. Dan menyodorkan toket sebelah kananku kepadanya. “Ini, Pa. Hisaplah dan emut toket aku ini. Anggap aku sebagai istri baru Papa, aku akan melayani Papa sampai puas.”
Namun papa Alex saat itu terlihat gak ada tenaga, saat aku menyodorkan payudaraku ke depan mulutnya. Aku memutuskan untuk menyanggah kepalanya agar sedikit tegak. Dan menaruh puting toketku menempel tepat di bibirnya.
Dalam kondisi seperti ini, akhirnya papa bisa menjilati toketku. Meskipun jilatannya sangatlah pelan dan sama sekali tidak terasa. Memang biasanya orang mabuk itu tubuhnya lemas. Dan terkadang bisa mengantuk berat hingga tidak sadarkan diri.
Aku melihat papa Alex sangat lemas dan mengantuk parah. Sehingga sepertinya percintaan kami tidak akan terjadi malam itu. Jilatan lidahnya pada puting toketku pun semakin lama semakin melemah. Seolah dia tidak ada tenaga untuk menggerakan lidahnya.
“Hisap, Paa. Biar Papa bisa lega dan gak kepikiran mama terus,” pintaku kepadanya. Namun sepertinya perkataanku percuma saja. Karena papa Alex bahkan sekarang mulai mendengkur. Siaal, aku lagi horny dan sange parah. Tapi Papa gak bisa diajak bercinta.
Namun saat aku sedang menempelkan puting payudaraku di mulut papa. Tiba-tiba aku mendengar suara ada seseorang yang naik tangga. Namun karena terlalu fokus ke wajah dan mulut Papa, aku malah menghiraukan suara seseorang yang naik tangga tersebut.
Aku pikir saat itu adalah suara langkah kaki di lantai bawah. Hingga beberapa detik kemudian, tiba-tiba Kak William muncul dan dia melihatku yang sedang nenenin papa Alex di sofa. Kedua matanya terbelalak, ketika dia melihat aku bertelanjang dada di depan papa.
“Fe—Felisa? Kamu ngapain Papa? Apa yang lagi kamu lakuin sama Papa!” tanyanya dengan nada bicara yang tinggi. Dengan perasaan panik, aku langsung bangkit dari pangkuan Papa. Aku berdiri sambil menutup kedua payudaraku menggunakan kedua tanganku.3223Please respect copyright.PENANA8yptzfo1sG
3223Please respect copyright.PENANAbaNLemwqJ5
“Kak William ngapain ke sini! Biasanya Kak William gak pernah naik ke lantai dua kalo malam! Ini ruang privasi Papa, gak seharusnya Kak William naik ke lantai dua!” bentakku yang merasa Kak William sangat kurang ajar. Papa Alex di sini sudah membuat peraturan.
Bahwa tidak ada yang boleh naik ke lantai dua, tanpa seizin papa Alex. Ketika papa Alex sudah pulang dan berada di rumah. Karena khawatir ketika ada yang naik tanpa seizin papa, maka akan mengganggu kebersamaan serta privasi papa dan mama.
“Kenapa Kakak gak boleh naik ke sini? Kan Mama sudah meninggal! Lagian tadi Kakak liat ada satpam dan supir yang turun dari lantai 2! Kenapa kamu ngelarang-ngelarang!” sergahnya balik yang mulai terlihat semakin marah. Aku seketika merasa terpojok saat itu.
Karena aku adalah anak tiri yang seharusnya, tidak memiliki hak melarang Kak William yang merupakan anak kandung papa. Namun dibalik marahnya itu, aku melihat Kak William melototin kedua toketku yang sedang aku tutupi dengan kedua tanganku.
“I-Iyaudah kalo gitu papa aku serahin ke Kak William! Aku mau masuk ke kamar dulu! Aku mau tidur!” Aku segera berjalan cepat masuk ke dalam kamar, sambil kedua tanganku menutup menyilang untuk menutupi kedua payudaraku yang telanjang ini.
Namun saat aku sedang membuka pintu kamar, di mana posisi pintu dalam kondisi sudah terbuka. Kak William mendorongku masuk secara paksa ke dalam kamar. Dan dia juga ikut masuk, lalu mengunci pintu kamarku dengan cepat. Kuncinya dia cabut dan dia simpan di dalam kantong celananya.
“Ka—Kak William mau ngapain! Kenapa Kak William masuk ke dalam kamar aku! Nanti aku teriak dan laporin ke papa! Gak seharusnya Kak William masuk seenaknya ke dalam kamarku!” bentakku yang dengan keras berusaha mengusir Kak William.
Namun Kak William bergerak cepat mendekatiku, dan dia langsung menutup mulutku. “Ternyata kamu ini adalah pelacur! Tubuhmu bisa dipakai oleh papa sesukanya! Aku bisa membongkar hubungan kalian! Dan membuat kamu terkena masalah besar!”
Aku saat itu tidak bisa berkata apapun, karena Kak William mencengkram mulutku dengan sangat keras menggunakan tangan kirinya. Tangan kanannya tiba-tiba saja masuk ke dalam celana pendekku. Melesak masuk lagi ke dalam celana dalamku yang tipis.
“Hahaha, ternyata kamu ini memang binal seperti mama kamu! Kamu tau, dulu sewaktu papa dan mama baru saja menikah! Aku pernah menyetubuhi mama kamu dengan ganasnya! Aku sangat mengingatnya, tubuh mama kamu sangatlah nikmat!”
“Toketnya besar dan kencang, putingnya berwarna merah muda. Vaginanya sangat sempit dan menjepit, meskipun dia sudah pernah melahirkan kamu! Dan sekarang setelah dia meninggal, sudah waktunya kamu yang menggantikan posisinya di rumah ini!”
ns 15.158.61.20da2