Tanpa sadar, aku mulai menggoyangkan pantatku ke depan dan ke belakang. Dengan tujuan agar aku merasakan kenikmatan yang lebih besar lagi. Aku sudah terhanyut dalam suasana dengan seorang pria yang berumur.
Dimana gadis berusia 15 tahun, vaginanya dijliati oleh pria berusia 41 tahun. Rasanya begitu luar biasa, kenikmatan seksual memang sepertinya tidak memandang usia. Apalagi aku baru 2 tahun mengenal papa Alex. Rasa penasaranku seketika semakin meningkat.
Hingga akhirnya aku merasa ada cairan yang ingin keluar, “Paaah… A-Akuuh! Aku rasanya kaya mau pipis gitu Paah… Aku harus gimana? Papa megangin pinggang dan pantat aku, aku gak bisa bangun Paah… Aaahh… Aaahh…”
Papa tidak menjawab pertanyaanku, dia terus saja menjilati dan menghisap vaginaku. Bahkan sekarang permainan lidahnya semakin cepat, hisapan bibirnya pun terasa semakin kuat. Aku sudah tidak tahan lagi, aku benar-benar sudah tidak tahan.
“Pa—Paaah… Ma—Maafin akuuhh… Aku pipis di mulut Papaaah… Aaaaahhh… Aku gak tahaaaan…” Tubuhku seketika menggelinjang begitu hebat, kulepaskan semua cairan yang rasanya ingin keluar dari vaginaku.
Aku lepaskan begitu saja, hingga vaginaku mengeluarkan cairan berwarna putih begitu banyak. “Ma—Maafin aku Paah... Aku gak bisa nahan lagiih. Maafin aku yang pipis di mulut Papaah. Aku bener-bener gak bisa tahan Paaahh.”
Aku seketika merasa panik, dimana sopan santunku? Aku saat ini pipis tepat di atas papa angkatku sendiri. Meskipun aku merasa ada banyak keanehan, aku merasa cairan yang keluar rasanya begitu geli. Tidak seperti ketika pipis yang tidak hanya terasa kebelet dan lega.
Yang aku rasakan saat ini adalah rasa geli gak tertahankan, dan juga begitu nikmat. Cairan yang aku keluarkan barusan, juga membuat tubuhku seketika terasa lemas. Dan papa Alex, dia terlihat begitu menikmati cairan yang aku keluarkan.
Dia seolah sama sekali tidak merasa jijik, meskipun aku sendiri masih ragu, apakah benar ini cairan pipis atau bukan. Karena rasanya benar-benar berbeda dengan pipis pada umumnya. Begitu juga papa Alex yang sangat menikmati cairan yang aku keluarkan.
Dia mengangkat tubuhku, mendudukkan tubuhku di atas kasur. Tubuhku rasanya sudah kehilangan tenaga, hanya karena mengeluarkan cairan putih bening yang begitu banyak. Tidak seharusnya pipis sampai membuatku lemas seperti ini.4551Please respect copyright.PENANA5G3eQrEMi4
4551Please respect copyright.PENANA2YBrlGlRtx
Papa tiba-tiba memasukkan jari tengahnya ke dalam vaginaku, “Pa—Paah… Papa mau apain Felisa lagi? Kenapa Papa masukin jari Papa ke kemaluan Felisa? Felisa udah lemes banget Paahh.”
Namun papa Alex tidak mendengarkan aku, dia langsung mengocok vaginaku dengan begitu cepat. Dia mengarahkan jarinya ke sisi dinding atas vaginaku, dia kembali menyentuh titik sensitif itu lagi. Yang sebelumnya dia sentuh dengan lidahnya, sekarang dia sentuh dengan jarinya.
Dikocoknya dengan begitu cepat, hingga membuat aku mengangkat pantatku ke atas. “Paaah… Paaahh… Paaah aku mohon hentikan Paahh… Papa jangan jahat banget sama Felisa! Felisa mau jadi anaka Papa yang penurut. Tapi ini rasanya geli bangeet Paah.”
Papa tidak memperdulikan perkataanku, dia terus saja mengocok vaginaku dengan cepatnya. Hingga rasa geli tak tertahankan kembali aku rasakan, desahanku pun tidak bisa lagi aku tahan. Aku melengkingkan suara dengan sangat keras.
“Aaaaahhhh…. Paaaaahh….” Tubuhku menggelinjang lagi untuk yang kedua kalinya. Hingga aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, keluar cairan putih susu dari vaginaku. Warna cairan yang berbeda dengan cairan sebelumnya.
Dimana cairan ini ketika keluar, rasanya jauh lebih geli ketimbang cairan bening tadi. Kedua kakiku seketika gemetar begitu hebat, ini pertama kalinya kakiku bergetar sampai sehebat ini. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Tapi apa yang baru saja papa Alex lakukan kepadaku, ini menjadi sebuah awal mula hubungan terlarang kami. Seketika sprei kasurku basah karena dua cairanku itu. Cairan putih bening dan cairan putih susu, yang keduanya keluar dari vaginaku.
Papa seketika tersenyum manis, dia kemudian bangkit dari tempat tidurku. “Udah, yuk kamu siap-siap. Sekarang sudah jam 5 sore, sebentar lagi kita harus berangkat. Papa tunggu di bawah yaa sayang.”
Papa seketika keluar dari kamar begitu saja, raut wajahnya seolah menunjukkan tidak pernah terjadi apapun di antara kami. Mataku masih terbelalak melihat segala hal yang awalnya aku rasa mengerikan. Namun tubuhku menganggap ini sebagai sebuah hal yang indah.
Aku merasa vaginaku masih kedutan beberapa kali, ikut kembang kempis seiring dengan nafasku yang masih memburu. Rasanya, luar biasa membingungkan. Papa justru langsung pergi begitu saja, yang awalnya aku pikir dia akan merenggut keperawananku.
Setelahnya aku langsung mandi dan menggunakan baju yang rapi. Sebelum berangkat, aku berpesan kepada salah satu Mbok di rumah. “Mbok, nanti sprei tempat tidurku tolong diganti yaa. Aku barusan tidur, terus aku ngompol hehehe.”4551Please respect copyright.PENANAuX5Jqjl6Jv
4551Please respect copyright.PENANAGFEAkfA5Fj
Mbok di rumah seketika kaget, dia langsung tertawa lepas kala itu. “Yaa ampun Neng Felisa, sudah remaja masih saja ngompol. Tumbenan kamu ngompol, padahal kamu sudah 2 tahun tinggal di sini. Tapi sama sekali gak pernah ngompol.”
Aku hanya tersenyum dan tidak menjelaskan apapun. Tidak mungkin juga kan aku menceritakan semua kejadian itu? Aku memutuskan untuk diam saja, menyimpan rahasia ini dalam-dalam. Karena aku tau dampaknya akan seperti apa, jika aku speak up.
Mungkin banyak orang yang akan membantuku, namun aku tidak akan pernah bisa hidup semewah ini lagi. Aku menikmati kehidupan yang banyak uang, bisa membeli apapun, serta bebas seperti ini. Rasanya keperawananku adalah harga yang sepadan.
Untuk ditukar dengan kualitas hidup yang sebaik ini. Yang dimana, aku mungkin tidak akan mendapatkannya lagi di luar sana. Meskipun saat itu, papa Alex masih belum mengambil keperawananku. Aku saat itu menaiki mobil mewah yang sering digunakan papa.
Selama di perjalanan, tidak ada hal apapun yang terjadi. Papa mengajak aku berbincang seperti biasa, seolah tidak pernah terjadi apapun. Di sini aku merasa psikologisku seolah dipermainkan, mungkin wanita dewasa pun akan kebingungan jika berhadapan dengannya.
Setelah sampai di rumah sakit, aku bertemu dengan ibuku. Dia masih bermain handphone dan terlihat sehat, iyaa jika rasa sakitnya tidak sedang kambuh. Mama terlihat seperti orang sehat, yang tidak ada sakit apapun.
Mama mulai menghabiskan waktunya di rumah sakit, dengan aktivitas yang cukup bermanfaat. Dia mengasah skillnya di dunia ilustrasi, dengan belajar editing foto dan video. Baik menggunakan laptop atau handphone android.
“Gimana kondisi kamu sekarang, sayang?” tanya papa Alex kepada mama dengan begitu lembut. Bibir mereka berdua saling bertemu, mereka berciuman selama beberapa detik di hadapan kami. Ini adalah pemandangan biasa, meskipun sebenarnya cukup mengagetkan.
Karena mama dulu tidak pernah berciuman di depanku sewaktu masih bersama ayah kandungku. Sekarang, mama lebih menunjukkan sisi keintiman hubungannya dengan suami barunya itu. Dan dia terlihat begitu bahagia dengan hal ini.
“Aku sekarang kondisinya cukup membaik. Kamu baru pulang kerja kah? Makasih yaa udah nganterin anak aku jengukin aku. Kamu memang baik dan pengertian banget,” jawab mama sambil mencubit kedua pipi papa Alex.
Papa Alex tertawa kecil, raut wajahnya terlihat begitu sedih. “Iyaa kan kamu yang minta, jadinya aku anterin Felisa ke sini. Kamu sudah sakit cukup parah pun, masih saja bersikap tegar dan sok kuat seperti ini.”4551Please respect copyright.PENANAPerifY9gST
4551Please respect copyright.PENANAXVCBvjNDaT