“Dek? Kamu mau kemana? Kamu mau pergi jalan-jalan keluar?” tanya Kak Steven yang menghampiriku, dia menyentuh pundakku dari belakang.
Aku membalikkan badan dan menoleh ke arahnya. Kemudian aku melemparkan senyuman hangat, “Aahh enggak Kak. Aku cuma pengen berdiam diri di taman rumah aja. Sumpek soalnya kalo di dalam kamar terus-terusan.”
Kak Steven memeluk tubuh dan kepalaku dengan erat, dia memberikan aku semangat dan pengertian. “Maafin Kakak yaa, Kakak gak bisa menghibur kamu di saat kamu lagi sedih. Papa minta ke Kakak untuk memantau kamu, ketika Kakak lagi libur kuliah.”
“Ma—Makasih banyak Kak. Tapi untuk saat ini aku sudah cukup membaik. Hahaha, aku gak bisa terus menerus menangis seperti ini. Makasih Kak Steven udah peduli sama aku,” jawabku yang membalas pelukannya kala itu.
Kak Steven melepaskan pelukannya, dia menawarkan aku makanan. “Kamu mau makan apa Dek? Biar Kakak yang keluar dan beliin makanan yang kamu pengenin. Kamu udah 3 hari loh gak makan, badan kamu jadi kurus dan lemes kaya gini.”
“Hmmm… Boleh, aku mau makan sate kambing hehehe. Dan aku juga mau makan kebab turki, Kakak gak apa-apa keluar dan beliin aku makanan?” tanyaku yang sebenarnya merasa gak enak. Meskipun aku sudah terbiasa diperhatikan oleh Kak Steven.
“Iyaa gak apa-apa, iyaudah Kakak ke kamar dulu ganti baju. Kakak langsung berangkat beli makanan yang kamu pengen yaa. Iyaudah sekarang kamu gak apa-apa kalo mau ke taman. Nanti Kakak panggil kalo udah selesai,” jawabnya yang saat itu juga dia langsung berangkat.
Sementara aku hanya duduk di ayunan sendirian, merasakan terik matahari sore yang tidak terlalu menyengat. Entah kenapa dunia terasa begitu cerah, ketika hatiku sedang terasa sangat gelap seperti ini. Aku melihat Kak Steven masuk ke dalam mobil sendirian.
Lalu dia keluar dari rumah membelikan makanan yang aku inginkan. Setelah kurang lebih 10 menit aku menenangkan diri. Aku mulai merasa sangat haus, aku berjalan menuju ke dapur untuk mengambil air minum.
Untuk menuju ke dapur, aku harus melewati beberapa ruangan. Seperti ruang tamu, ruang keluarga, kamar Kak Steven di sebelah kiri ruang keluarga, dan kamar Kak William di sebelah kanan ruang keluarga.3311Please respect copyright.PENANAT0TG6P5icW
3311Please respect copyright.PENANAyVbDGEGBER
Setelah ruang keluarga, ada 3 kamar untuk supir dan pembantu. Setelahnya sampai lah aku di dapur. Ketika aku sampai di ruang keluarga, aku melihat Kak Nadya sudah tidak berada di sana.
Aku berjalan menuju dapur, lalu memperhatikan taman dan kolam renang yang berada di halaman belakang. Di dapur, ada jendela kecil yang bisa membuat aku mengintip ke arah kolam renang. Tidak ada siapa-siapa di kolam renang kala itu.
Aku mencoba untuk menemui Kak William yang sedang berenang, biasanya dia duduk di kursi pojok. Dimana dari dapur gak akan terlihat di sana. Namun ketika aku baru saja sampai di kolam renang, aku melihat ada Kak Nadya yang sedang bersetubuh dengan Kak William.3311Please respect copyright.PENANAjnIVlqgEXQ
Aku langsung berjalan mundur, lalu mengintip sedikit dari tembok halaman belakang. “Aaahhh… Aaahhh… Bu—Buruan keluarin William! Nanti abang lu keburu pulang! Lu3311Please respect copyright.PENANAAZlEEOLnkM
tumben lama banget ngentotin gue! Giliran lagi quickie aja lu gak klimaks-klimaks,” keluh Kak Nadya yang saat itu sedang menggenjot kemaluan Kak William dari atas.
Aku melihat Kak Nadya duduk di atas pangkuan Kak William. Dia hanya melepas celana jeans pendek yang dia gunakan. Kak William sedang merebahkan tubuhnya di kursi lounger, kursi lounger adalah kursi pantai yang bisa digunakan untuk rebahan juga.
Dari kamarku yang berada di lantai dua, terdapat balkon yang bisa membuat aku melihat langsung ke posisi Kak William. Nanti tadi sebelum keluar dari kamar, aku melihat Kak William sedang berenang sendirian. Aku kembali memperhatikan persetubuhan mereka.
“Ahhh memek lu lagi berasa longgar, lu habis main yaa sama abang gua? Udah dientot berapa kali lu hari ini sama si Steven?” jawab Kak William dengan raut wajah yang terlihat agak kesal.
Kak Nadya terlihat menggenjot penis Kak William dengan semakin cepat. Dia terlihat sangat mahir dan sudah berpengalaman. “La—Lah? U-Urusan gue lah mau ngentot berapa kali! Aaahhh… Aaahhh… Aaahhh… Anjiiingg! Kontol lu makin gede aja sih Will. Gelii bangeet ihh!”
“Kan udah gua bilangin, lu harusnya pacaran sama gua aja. Kontol abang gua tuh kecil! Lu bukannya nerima gua jadi cowo lu, malah pacaran sama Steven. Sekarang lu malah minta jatah tiap hari ke gua!” keluh Kak William kepada Kak Nadya.
“Aaahh… Le—Lemes guee, gentian ah lu yang genjot!” Kak Nadya bangkit dari pangkuan Kak William. Sekarang dia gentian yang rebahan di kursi lounger, Kak William kembali memasukkan kemaluannya ke vagina Kak Nadya.3311Please respect copyright.PENANA0VIycK4WwE
3311Please respect copyright.PENANAlVHo7gPkHe
Aku melihat Kak William yang menggenjot vagina Kak Nadya dengan begitu ganas. “Pokoknya gua hari pengen ngecrot di dalam memek lu! Gua gak peduli nanti abang gua marah lah! Lu dulu pernah bolehin gua ngecrot di dalam memek lu!”
“Ja—Jangan Will! Aaahh… Aaahhh… Aahhh gilaa enak bangeeett. Terusss… Terusss… Teruss sayaang… Terus sayaang… Oohhhh… Gimana gue gak tergila-gila sama kontol lu anjing! Kontol lu enak banget Will! Aahhh shiitt! Memek gue becek bangeet!!”
Selama 5 menit aku melihat mereka berdua bersenggama, permainan mereka berakhir dengan Kak William yang mengeluarkan spermanya di dalam vagina Kak Nadya. Kak Nadya terlihat tidak mempermasalahkan, raut wajahnya justru terlihat begitu senang dan puas.
Sementara aku yang merasa shock bukan main, langsung masuk ke dapur dan berjalan menuju ke halaman depan lagi. Aku merasa kaget bukan main, Kak Nadya yang begitu ramah dan lembut. Dia juga terlihat sangat mesra dan mencintai Kak Steven.
Kenapa dia malah melakukan hubungan seksual dengan Kak William. Ditambah Kak Nadya seolah menunjukkan sifat aslinya yang kasar dan pemarah. Seolah sifat dia yang lembut dan ramah itu hanyalah topeng tebalnya saja.
Kak William sendiri juga sudah punya pacar, namanya Kak Indri. Dia juga sering dibawa ke rumah, aku memang sering melihat Kak William berhubungan badan dengan Kak Indri. Biasanya mereka melakukannya di kamar mandi kolam renang.
Kadang juga di dalam kamar Kak William sendiri, atau di ruang keluarga lantai dua. Aku mengetahui hal ini juga karena melihat sendiri. Lantai dua itu sangatlah sepi saat siang hari. Hanya ada aku saja yang biasanya tidur siang di dalam kamar.
Saat malam, biasanya ada mama dan papa yang duduk berdua di sana menonton tv. Itu sebabnya ruang keluarga di lantai dua, sering digunakan oleh Kak William dan Kak Steven menyetubuhi pasangannya masing-masing.
Aku pun juga pernah melihat Kak Steven berhubungan badan dengan Kak Nadya di lantai dua. Hanya saja, aku gak pernah melihat Kak Steven menyetubuhi Kak Indri. Dia justru terlihat begitu sayang dan mengayomi Kak Indri sebagai kekasih dari adiknya.
5 menit kemudian, Kak Steven sudah kembali pulang ke rumah. Dia masuk ke dalam rumah sambil membawa banyak sekali makanan. Aku pun ikut berjalan masuk ke dalam, di ruang keluarga, aku melihat Kak Nadya yang sudah duduk di sofa dengan santainya.
“Kamu udah pulang sayaang? Kamu beli makanan apa saja?” ujar Kak Nadya yang kemudian berciuman bibir dengan Kak Steven. Dia juga memeluk tubuh Kak Steven dengan begitu mesranya. Dan secara bersamaan Kak William masuk ke dalam rumah.3311Please respect copyright.PENANAwmujXZXxWH
3311Please respect copyright.PENANAAK4KTqURzD
Dia masuk dalam kondisi melihat Kak Nadya yang baru saja dia setubuhi, berciuman bibir dengan Kak Steven. Raut wajahnya terlihat sangat kesal, dia langsung masuk ke dalam kamar sambil membanting pintu kamarnya.3311Please respect copyright.PENANA7ZCxpZGju7
3311Please respect copyright.PENANAfUmqNftG9J