Karena vaginaku sudah sangat basah, aku merasa vaginaku sudah sangat melebar. Meskipun belum ada satu pria pun yang memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Meskipun aku belum pernah melakukan hubungan badan.
Namun vaginaku sudah mengalami orgasme puluhan kali selama 1 bulan ini. Rasanya aku sudah tidak tahan lagi, aku ingin mendapatkan kepuasan yang lebih dari ini. Lidah papa memang terasa nikmat, begitu pula dengan kocokannya.
Namun aku sangat yakin, penis papa Alex pastinya terasa lebih nikmat ketimbang jari dan lidahnya. Aku sudah layaknya seorang wanita liar, yang memohon kepada bapak-bapak usia 40 tahun-an untuk disetubuhi.
Papa Alex menurunkan resleting celananya, dia menurunkan celana beserta celana dalamnya hingga ke kedua lututnya. Ini pertama kalinya untuk gadis berusia 15 tahun, melihat kemaluan seorang pria dewasa.
Untuk aku yang baru pertama kali melihat kemaluan pria, ukuran penis papa bisa aku katakan sangat besar. Meskipun selama perjalanan hidupku, aku pernah berhubungan badan dengan banyak laki-laki yang penisnya lebih besar dari papa.
Aku mengatakan kemaluannya besar, karena belum ada perbandingan sama sekali. “Pa—Papa penisnya gede banget. Emangnya penis sebesar ini bisa masuk ke vagina perempuan? Kayanya lubang aku kecil deh, apa iyaa bisa masuk?”
Papa tersenyum kecil, dia mengangkat kedua pantatku sedikit ke atas. “Iyaa pastinya bisa masuk dong, kan penis Papa udah masuk ke dua perempuan yang berbeda. Sebentar lagi akan ada perempuan ketiga yang nikmatin penis Papa.”
Dan apa yang dia katakan benar, papa berhasil memasukkan ujung penisnya. Lalu dia menggesek-gesekan ujung penisnya itu di vaginaku. Entah kenapa aku gak merasakan sakit sama sekali, mungkin karena bagian penis yang masuk masih ujungnya saja.
Papa menggesekkan penisnya ke depan dan ke belakang menggunakan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya menahan pantatku agar tidak jatuh ke pangkuannya. Tangan papa cukup besar dan kuat, sehingga satu tangannya bisa menopang pantatku ini.
“Aahh… Paaah… gelii bangeeet,” desahku pelan saat penis papa terus digesek-gesekan ke vaginaku. Aku merasa kemaluanku mulai becek kembali, bahkan sangat basah. Gairah seksualku semakin meningkat, seakan aku tak bisa menahan diriku lagi.
“Aaahhh… Aaahh… Aaahhh…”4308Please respect copyright.PENANAjfAPwQxmsh
4308Please respect copyright.PENANANsSwe2hO6G
“Paaah… Paaah… Papaaah…” Papa mulai semakin membenamkan penisnya ke dalam vaginaku. Dia berhasil memasukkan setengah kemaluannya itu, ke lubang kenikmatanku yang terasa sangat sempit.
Meskipun baru setengah, aku merasa kemaluan papa sudah hampir memenuhi vaginaku. Seolah penisnya tidak bisa masuk lebih dalam lagi. Mataku terus memperhatikan cara papa mengambil keperawananku.
Ini pertama kalinya kemaluan seorang pria masuk ke dalam vaginaku. Dan ini terjadi saat aku berusia 15 tahun, dimana aku disetubuhi pertama kali oleh papaku sendiri. Papa tiba-tiba mengarahkan jari telunjuknya menyentuh klitorisku.
“Tahaan yaa sayang. Sebentar lagi penis Papa semuanya masuk ke vagina kamu, ini rasa sakitnya cuma sebentar aja kok. Iyaa?” ucapnya yang memintaku menahan rasa sakit, meskipun sebenarnya saat itu aku sama sekali gak merasakan sakit.
Papa benar-benar sudah sangat mahir mengambil keperawanan seorang wanita. Aku bahkan ragu, bahwa aku adalah wanita ketiga yang dia perawanin. Dari caranya memperlakukan aku, seolah dia sudah merebut tahta suci puluhan wanita.
Papa menggesek-gesekan jari telunjuknya di klitorisku, sementara penisnya perlahan mulai bergerak maju mundur. Papa terlihat berusaha memasukkan seluruh penisnya ke dalam lubang intimku ini. Dan di sinilah aku mulai merasakan sedikit perih.
Namun rasa perihnya hanya sedikit, tidak terlalu menyakitkan seperti yang aku dengar dari orang-orang. Menjebol keperawanan sakit atau tidaknya, sepertinya tergantung dari kemampuan pria yang menyetubuhi kita.
Perlahan penis papa mulai maju mundur di vaginaku dengan lebih cepat. Hingga akhirnya dia berhasil memasukkan seluruh penisnya ke dalam vaginaku.
“Aaahh… Gi—Gilaaa Paaah… Sakittt tapi juga geli bangeet. Papa cepet banget jebol keperawanan aku. Katanya aku cewe ketiga yang Papa perawanin? Tapi kok Papa keliatan udah jago banget?” tanyaku yang merasa curiga dengan papa.
Saat itu, aku mulai muncul perasaan sayang kepada papa. Namun rasa sayang ini bukanlah rasa sayang kepada orang tua, melainkan rasa sayang kepada kekasih. Vaginaku pun mengeluarkan banyak cairan, ini cairan paling banyak yang pernah keluar dari vaginaku.
Sofa yang kami jadikan tempat untuk melakukan hubungan seksual, sudah basah kuyup karena cairanku yang mengalir ke sana. Padahal ini baru babak awal persetubuhan kami. Kenapa vaginaku sampai sebecek ini? Apa karena kemaluanku sudah terbiasa orgasme?4308Please respect copyright.PENANAur4DHN9sZO
4308Please respect copyright.PENANAcvsLjVCyu4
Dalam posisi di pangku oleh papa, papa mencengkram kedua pantatku dengan kuat. Dia menaikkan pantatku perlahan, lalu menurunkan pantatku lagi. Dia kembali menaikkan pantatku dan menurunkan lagi. Dia terus melakukannya berulang kali.
“Kamu mau goyang sendiri? Apa Papa yang goyang?” tanya papa yang wajah tampannya menunjukkan raut wajah mesum. Meskipun dia menunjukkan raut wajah mesum, namun aku sama sekali tidak terganggu dengan hal ini. Karena wajah papa memang sangat tampan.
“A-Aku yang mau goyang Pa. Aku mau coba goyang sendiri, aku mau belajar Pa. Gak apa-apa kan Pa?” jawabku yang ingin mencoba bergoyang sendiri. Aku dengan perlahan mulai mengangkat dan menurunkan pantatku.
“Iyaa gak apa-apa, tapi rasanya geli banget loh sayang. Kamu naik turunin pantat kamu. Seperti yang Papa lakukan tadi dengan kedua tangan papa,” ujarnya yang mengajariku dengan lembut dan sabar.
“I-Iyaa Paahh… Be—Begini kan Paaah? Mmmhhh… Mmmhhh,,, Aaahhh… Aaahhh… Paaahhh…” Aku mulai menggenjot kemaluan papa dengan perlahan. Rasanya luar biasa nikmat dan geli, padahal tempo genjotanku terbilang masih pelan dan amatir.
Sekarang aku paham, kenapa banyak sahabatku yang menyukai persetubuhan. Ternyata rasanya begitu nikmat, membuat bulu kudukku berdiri hingga ke seluruh tubuh. Pikiranku seketika tidak mampu berpikir jernih, namun rasanya begitu plong.
Mulutku terus menerus meracau, mendesah memanggil papaku. Sementara dia hanya menunjukkan senyuman manisnya, seolah genjotan pantatku belum mampu membuatnya puas. Penis papa rasanya menusuk-nusuk hingga mentok ke dinding rahimku.
Rasanya jauh lebih nikmat, ketimbang permainan jari dan lidah papa. “Paaahhh… Paaahhh… Aku sayaang sama Papa, aku cinta sama Papa. Papa selalu bisa muasin aku setiap hari. Papa membuat aku menjadi wanita liar dan gilaa.”
“Kamu memang liar dan gila seperti mama kamu sayang. Bahkan vaginamu yang becek itu, persis seperti vagina mama kamu. Sangat mudah becek dan mencapai orgasme,” jawab papa yang menyamakan aku dengan mamaku.
“Akuuuhhh… Akuhhh… Aaahhh… Aaahhh… Aku bakal puasin Papa, lebih dari Mama puasin Papa. Papa akan dapetin kepuasan yang lebih dari yang Papa dapatkan dari Mama. Aku sayang banget sama Papaaah.”
Pikiranku memang sudah gila, hasratku untuk merebut papaku dari mamaku bahkan mulai meninggi. Rasanya, aku ingin memiliki papa seutuhnya. Aku ingin menjadi kekasihnya dan terus menjalin persetubuhan seperti ini.4308Please respect copyright.PENANAHN6r4oBa2h
4308Please respect copyright.PENANA6XvIhbfFXs