Chapter I: She is Back
“Itu kan Jung Yong-gi? Apa yang dia lakukan disini?”
“Sstt, lebih baik kau tak usah ikut campur. Lihat saja!”
Ketenangan yang seharusnya didapati pada pagi hari ini harus kandas ketika seseorang melangkah masuk dengan langkah elegan. Mata elangnya menatap ke depan tanpa menampakkan ekspresi apapun. Jalannya anggun namun pasti, sepasang earphone melekat di kedua telingannya. Yong-gi berhenti melangkah, kepalanya ia tolehkan ke kanan ke arah dua orang gadis yang menatapnya dengan raut takut.
“Minggir,” katanya dengan suara sedikit berat. Kedua perempuan itu menatap Yong-gi dengan tatapan grogi. Yong-gi berdecak. “Kalian menghalangi jalan masuknya.” Kedua gadis itu pun mengerti dan memberi akses jalan pada gadis bermata elang tersebut.
Salah seorang berambut ikal menatap teman di sampingnya dengan pandangan tidak percaya. “God kenapa dia muncul lagi?” Sedangkan teman sebelahnya menghela nafas kemudian menggeleng pelan tanda tak tahu.
**
Di lain tempat, seorang gadis berambut pirang sedang mengoles bibir tipisnya dengan lipgloss. Namun, kegiatannya harus terhenti ketika seseorang menabraknya dari belakang. Hasilnya lipgloss itu pun terjatuh.
“Omo... Apa yang kalian lakukan??? Pagi-pagi begini sudah ribut. Lipglossku jadi terjatuh nihh,” ucapnya sambil mengerucutkan bibir merah mudanya.
Pelaku penabrakan memutar bola matanya kesal. “Please, itu hanya lipgloss. Aku berani bertaruh setelah mendengar berita ini, kau tidak akan memikirkan lipgloss itu lagi!”
Gadis itu tertawa pelan sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya.“Mana ada hal yang lebih penting dari lipglossku.”
Seseorang memutar matanya jengkel sembari menjawab dengan malas, “Yeah... Bahkan kembalinya seorang Jung Yong-gi tidak lebih penting dari lipglossmu itu.”
Tawa Kyung Mi berhenti dan setelah jeda beberapa detik digantikan dengan teriakan nyaring hingga semua orang di dalam kelas itu terpaksa menutup telinga mereka. Kyung Mi mengguncang bahu Sara kencang hingga membuat Sara pening.
“Dimana dia Sara-ya? Eoddiga?”
Dengan sekuat tenaga Sara menyebut ruang kepala sekolah. Kyung Mi bersiap untuk berlari namun dicegat oleh Sara seraya berkata, “Hei, jangan terburu-buru nanti toh dia kesini juga.”
Kyung Mi menggigit bibirnya resah walau ia tidak paham perkataan Sara yang terakhir, dia tetap patuh duduk kembali ke kursinya.
Ruang kepala sekolah.
Yong-gi menatap datar ke arah pria berkepala botak di depannya. Pemiliknya yang tidak lain merupakan kepala sekolah SMA Jungi itu tersenyum tipis ke arah Yong-gi sembari secara sekilas review masa sekolahnya sebelum kembali ke SMA ini.
“Nah sekarang kamu bisa langsung mulai pembelajaran hari ini,” kata Kepala Sekolah lalu menatap pria yang baru datang ke ruangan. “Lalu Choi seonsaeng sekaligus wali kelasmu yang akan mengantarmu ke kelas.”
Tidak ada yang dikatakan gadis berambut panjang lurus itu kepada pria itu. Ia menganggumk sedikit setelah itu beranjak dan berjalan mengikuti Choi saem dalam diam.
“Nah, Jung Yong-gi sekarang kau telah menjadi anak didikku. Ku harap kau melakukan yang terbaik, nde,” ucap Choi saem sambil tersenyum tipis. Perkataan itu tidak didengarkan Yong-gi, ia sibuk mengetikkan sesuatu di ponsel bercover perak itu dengan serius.
Choi saem bersikap seolah tidak memperhatikan ketidaksopanan Jung Yong-gi sebab ia masih tetap mempertahankan senyumnya itu.
Kelas yang biasanya ribut mendadak diam. Kelas A sedari tadi menunggu kedatangan seseorang yang sejak kedatangannya mendatangkan angin ribut ke sepenjuru sekolah. Choi seonsangnim menatap heran ketika merasakan atmosfer yang aneh dan saat melirik sekilah Yong-gi di sebelahnya, ia berdehem pelan.
“Yeorobun mulai hari ini kalian kedatangan teman baru. Bapak harap kalian rukun dengannya. Arrasseo? Nah perkenalkan dirimu, Nak.”
Yong-gi tidak langsung membuka mulutnya malahan dia mengerutkan keningnya sebentar seolah merasakan ketidaknyamanan. Kelas itu masih dalam keheningan entah terlalu antusias atau takut, tidak ada yang berani membuka mulut.
“Tidak perlu basa-basi, aku yakin semuanya sudah mengenalku cukup baik,” kata Yong-gi dengan volume suara rendah. Kalimat tersebut seharusnya saat diucapkan terdengar cukup baik namun terhadap sikap dan cara bicara yang angkuh seperti itu membuatnya terkesan buruk. Hanya saja sepertinya tidak ada yang berani untuk mencemooh atau protes. Kedatangannya saja sudah menjadi mimpi buruk jadi mereka tidak akan gila untuk menyinggung perasaan gadis itu.
Choi ssaem yakin memang ada yang tidak beres tetapi ia tidak tahu penyebabnya apa jadi dia hanya berdehem antusias menegur Jung Yong-gi. “Nak, kamu harusnya memperlihatkan kesan yang baik kepada temanmu. Baiklah semuanya, teman kalian ini Jung Yong-gi telah kembali dari pertukaran pelajar di Canada jadi sepertinya semua sudah mengenalnya, ya. Jadi Yong-gi silahkan duduk di kursi kosong itu.”
Yong-gi mengangguk kaku, enggan membuka mulut. Ia menatap lurus ke depan menghiraukan gadis yang sejak tadi berupaya mendapat perhatiannya. Gadis itu bahkan menunjuk-nunjuk kursi di sampingnya antusias lalu tersenyum lebar ketika Yong-gi duduk di tempat itu. Yah bukannya apa-apa melainkan hanya tempat itu saja yang kosong.
**
Bel pulang berbunyi. Semua siswa bergegas merapikan barangnya tak terkecuali Yong-gi. Ia mengikat rambutnya dan mengenakan jaket. Tiba-tiba getaran halus pada ponselnya membuat Yong-gi melihat isi pesan tersebut.
From : Millo
Yong-gi-ya. Lama tidak berjumpa. Kau merindukanku? Hehehehe.
Yong-gi menolehkan kepala ke kanan dan dihadiahi cengiran Kyung Mi yang sangat berlebihan tersebut. Tidak lupa gadis berambut pirang itu melambaikan tangannya antusias.
To : Millo
Tidak. Apa kau yang mengganti nama kontakmu di ponselku????
SMS itu terkirim selanjutnya seketika ada sebuah tangan berkulit sedikit coklat mengambil ponsel Yong-gi dan menyimpannya di saku roknya. Kyung Mi memasang wajah tak bersalah saat mendapati raut kesal Yong-gi.
“Seharusnya ucapkan kata ‘halo’ pada sahabatmu ini Yong-gi-ya.”
“Hm.”
Kyung Mi mendesis, “Ya Jung Yong-gi, kau menyebalkan!”
Mereka berdua berjalan beriringan dan Kyung Mi mengoceh sepanjang jalan tentang kerinduannya terhadap Yong-gi dan dihiraukan Yong-gi. Kyung Mi bercerita tentang ia yang kesepian tidak ada Yong-gi, tidak ada teman main, atau blah blah blah. Tidak sanggup mendengar ocehan gadis centil pirang itu Yong-gi memilih menutup telinganya dengan earphone.
Kyung Mi berhenti mau tak mau Yong-gi juga berhenti. Dengan senyuman memikatnya, Kyung Mi memanggil seseorang yang sedang bermain basket tak jauh dari tempat mereka sekarang. Yong-gi yang penasaran menatap seseorang laki-laki yang juga melambaikan tangannya pada Kyung Mi. Seketika Yong-gi melebarkan matanya tidak percaya. Reaksi yang dibilang cukup langka ketika itu menyangkut Yong-gi.
Ketika laki-laki itu telah sampai di depan mereka, Yong-gi semakin yakin kalau penglihatannya tidak salah. “Yong-gi-ya, kau ingat kan Kai? Sekarang dia resmi jadi pacarku,” ucap Kyung Mi riang seraya memeluk lengan kekar Kai yang juga tersenyum simpul ke arah Yong-gi. Oh iya, Yong-gi ingat, dulu sahabatnya ini sangat tergila-gila pada lelaki coklat di depan mereka. Hingga beberapa perjuangan pun tidak elak Kyung Mi lakukan. Konyol tentunya.
Yong-gi berdecak, “Ya ya, aku tidak peduli.”
Kyung Mi protes dengan apa yang diucapkan Yong-gi sedangkan Kai hanya terkekeh pelan. Kemudian Kai pamit untuk berlatih basket kembali. Kyung Mi tersenyum senang hingga matanya menyipit. Siapapun akan bahagia jika mempunyai pacar sebaik dan setampan Kai. Menurut Kyung Mi.
“Apa-apaan wajah jelekmu itu. Ayo pulang.”
“Ahh mianhae Yong-gi-ya, kau pulang duluan saja. Aku latihan cheers dulu,” kata Kyung Mi dengan raut penuh sesal.
“Sekarang kau juga ikut cheerleader?!” spontan Yong-gi menatap Kyung Mi tidak percaya.
“Yap! Biar bisa terus deketan sama Kai,” jawab Kyung Mi dengan kekehan itu terdengar menyebalkan bagi Yong-gi.
“Ya sudah. Aku duluan.”
Kyung Mi melambaikan tangannya ke arah Yong-gi yang berjalan memunggunginya. “Hati-hati nde Yong-gi-ya.”
Sepanjang jalan semua siswa masih memandang Yong-gi dengan tatapan beraneka ragam. Ada yang takut, tak percaya, kesal, dan masih banyak lagi. Tapi apa gunanya bagi Yong-gi? Gadis itu masih bersikap cuek seakan tidak menyadari keragaman ekspresi mereka.
Ponsel di sakunya bergetar. Yong-gi merogoh saku untuk mengambil ponselnya. Ia berhenti dan menunduk namun tidak ada angin atau hujan seseorang menabrak bahunya hingga ponsel yang telah digenggam Yong-gi terjatuh. Bunyi jatuhnya membuat Yong-gi marah. Orang ini setelah menabraknya tetap berjalan tanpa menolah sehingga Yong-gi tidak menerimanya, ia berbalik dan memaki orang tersebut.
“Fuck. Kau yang disana. Dimana sialnya kau letakkan matamu?” panggil Yong-gi dengan suara lantang.
Di depannya terlihat punggung seorang laki-laki. Dilihat dari cara berpakaiannya, ia mungkin bukan siswa SMA Jungi. Cowok itu memakai kaos yang dilapisi jaket kulit berwarna coklat dan kakinya dibaluti celana jeans. Pelaku penabrakan berhenti dan berbalik, ia kemudian melepas kacamata hitamnya dengan sangat elegan. Siswi-siswi yang ada disana langsung memekik seketika.
“Sorry, aku terburu-buru.”
Yong-gi berjalan pelan menuju lelaki itu, semua orang yang menyaksikan kejadian itu menahan nafas berdoa agar lelaki itu selamat dari cengkaraman Yong-gi. Lelaki yang lebih tinggi darinya itu berambut coklat ikal, tubuhnya tinggi dan tegap, wajahnya sangat tampan sehingga membuat orang berpikir apakah dia adalah manusia. Saat Yong-gi tidak merespon ucapannya dan malah berjalan ke arahnya dalam diam, ia menatap Yong-gi dengan sebelah alis yang sedikit dinaikkan.
“Hei, Lain kali perhatikan arah langkah kakimu mungkin saja lain kali kau menyesal tidak mampu berjalan lagi,” kata Yong-gi mencondongkan badan ke arahnya dan berbisik di telinga lelaki itu. Terlanjur kesal, Yong-gi tidak membuang kata-kata lagi dan meninggalkan tempat itu perlahan-lahan.
Sedikit heran, lelaki itu menyeringai namun tidak terlalu memusingkannya. Ia memasang kacamatanya dan melanjutkan perjalanan.
**
Kyung Mi sedang meminum air mineral ketika Kai mendudukkan diri di sampingnya. Lalu Kai merebut begitu saja minuman Kyung Mi dan meminumnya sampai habis. Kyung Mi yang tidak siap, memerah terhadap kelakuan Kai. Secara tidak langsung mereka telah berciuman, kan?
“Dia...” Kai memulai obrolan, Kyung Mi menyimak. “Dia itu Yong-gi yang ‘itu’ kan?”
Kyung Mi tertawa kecil. “Apa maksudmu dengan ‘yang itu’, pabbo-ya? Memangnya ada dua Jung Yong-gi di sekolah ini.”
Kai mendekatkan wajahnya ke arah Kyung Mi, Kyung Mi pun membesarkan matanya. “Kenapa dia ada disini?”
“Yakkk.” Kyung Mi memukul Kai keras di bahunya. “Tentu saja bersekolah, masa pertukaran pelajarnya sudah habis.”
Kai meringis seraya memegang bahunya, ia mencubit hidung Kyung Mi dengan gemas. “Hey siapa bilang yang ia lakukan sekedar pertukaran pelajar. Bukankah ia pergi karena sekolah tidak mampu berbuat apa-apa terhadap kejahatannya.”
“Kejahatan apaan? Berhenti berbicara tidak betul lagipula jika Yong-gi ingin kembali siapa yang berani untuk menghalanginya. Jadi, tutup mulutmu Kim Jong In dan kembali latihan sana!”
Kai hanya meringis pelan ketika mendapati telinganya berdengung mendengar teriakan pacarnya itu dan segera berlari meninggalkan gadis itu menuju lapangan basket. Kai sedikit tidak berdaya ketika Kyung Mi membabi buta mempercayai gadis itu. Kai akui gadis bermarga Jung itu sedikit menakutkan belum lagi tidak ada yang tahu bagaimana kehidupan Jung Yong-gi yang misterius itu.
**
Tujuh bulan yang lalu.
Ada sebuah peristiwa yang menggemparkan seluruh masyarakat SMA Jungi. Kehebohannya bahkan membuat kepala sekolah harus turun tangan. Sampai-sampai mengkhawatirkan tidak hanya siswa tetapi juga para orang tua. Sekolah elit yang didominasi oleh anak kalangan atas itu cukup shock. Mengapa tidak, salah seorang siswi mereka membuat ribut dengan arogansinya memukul lebih dari sepuluh orang siswa sampai babak belur hanya dengan tinjunya.
Pelaku tidak terduga dan menjadi bahan sesumbar itu ialah Jung Yong-gi yang baru menginjak tahun pertama di SMA. Awalnya tidak semua orang percaya dan menganggap cerita itu dilebih-lebihkan bahkan ada yang mencibir siswa-siswa korban babak belur berbohong untuk menutupi kepengecutan mereka karena mereka cukup terkenal dengan tindakan bullying. Hingga ketika orang tua siswa-siswa itu yang cukup memegang posisi bergengsi mengadukan hal ini kepada kepala sekolah dan mengancam jika SMA Jungi tidak menghukum Jung Yong-gi. Semua orang pun tercengang dan meraung ngeri dalam hati seolah melihat hantu bangkit dari neraka.
Awalnya pernyataan itu tidak diterima dengan logis oleh para dewan sekolah. Mereka menganggap itu hanyalah alasan klise dari siswa-siswa itu untuk menjadikan Yong-gi sebagai kambing hitam atas perbuatan mereka. Pemikiran mereka pun juga sama dengan respon dari siswa-siswi itu. Dewan sekolah pun mencoba bicara baik-baik dan berkata bahwa ini mungkin ada kesalahpahaman yang perlu diluruskan.
“Aku yang melakukannya,” kata Yong-gi dengan raut tanpa ekspres setelah membuka paksa ruangan rapat dewan sekolah.
Guru-guru terkejut, dan pandangan menuntut ingin meminta penjelasan. Yong-gi tidak merasa goyah karena di sorotan matanya sepintas meremehkan orang-orang di dalam sana. Punggungnya lurus dengan langkah percaya diri memasuki ruangan.
“Anda tidak perlu mencari tahu. Akulah yang berbaik hati membawa mereka ke rumah sakit melalui kepalan tanganku.”
Tidak terbiasa atas kekasaran sikap Yong-gi salah seorang guru berdiri dan menghardiknya, “Tidak tahu malu. Dimana tata kramamu berbicara dengan sopan terhadap orang yang lebih tua, Jung Yong-g.”
Yong-gi diam. Guru itu ingin berbicara lagi tetapi dihentikan melalui tatapan kepala sekolah.
Kepala sekolah yang sebelumnya belum membuka suara itu pun mulai berbicara pelan, “Nak, saya harap saya bisa mendengarkan jawaban rasional dari tindakanmu yang berlebihan itu.”
Wajah Yong-gi berubah masam dan mendengus. “Pengecut tidak tahu malu itu sedang bermain-main dengan seorang gadis. Aku tidak peduli namun mereka bahkan berani menghadang saya di tengah jalan jadi bukan salahku jika mereka yang mencari kematian.”
Guru lainnya menyela, “Tetap saja kekerasan semacam itu tidak ditoleransi.”
Yong-gi menaikkan salah satu alisnya, tidak terima mendapati bahwa dirinya disalahkan dalam hal ini. Ia secara memiringkan bibirnya, “Aku tidak mengerti ucapan Anda. Gigi dibalas gigi, aku hanya mencontoh dengan sangat baik pepatah itu.”
Suasana semakin canggung dan tidak enak. Yong-gi tidak ingin lama-lama di tempat ini karena ia mengerutkan hidungnya seperti mencium aroma busuk dan melangkah ke luar ruangan tanpa permisi.
Yong-gi berhenti di depan pintu tanpa membalikkan tubuhnya, ia berkata setelah mengingat sesuatu, “Oh. Lebih baik Anda bantu menyampaikan ini, seharusnya mereka bersyukur aku telah bersikap lunak lain kali mereka hanya bisa meninggalkan nisan di dunia.”
Setelah menerima guncangan ekstrem di jantung mereka. Semuanya menghela napas berat dan menjatuhkan badan mereka ke punggung kursi.
Han ssaem yang biasanya bertindak sebagai guru kedisiplinan berbicara, “Kepala sekolah, kita tidak bisa merusak reputasi sekolah dengan masalah ini.”
Kepala sekolah membuat keputusan. “Kita tidak mungkin mengeluarkannya. Kita juga tidak bisa membiarkan anak itu dituntut dan menjadi bahan gunjingan. Jangan sampai berita ini terdengar oleh pers. Lalu wakil kepala sekolah, atur persiapan Jung Yong-gi untuk pertukaran pelajar ke Canada.”
Sebulan kemudian, berita mengenai Jung Yong-gi melakukan pertukaran pelajar itu seperti membakar api. Tidak menyangka akan hal ini, mereka kira Jung Yong-gi dikeluarkan dari sekolah mengingat orang-orang yang ia lawan itu mempunyai posisi penting di Korea. Sebaliknya, Yong-gi tidak mempermasalahkan hal itu.
Pedulikah ia tentang bagaimana orang melihatnya seperti apa. Mereka hanya tidak tahu siapa dia dan dia juga tidak ingin mereka tahu siapa dia.
**
ns 15.158.61.20da2