Chapter 2 : Chocolate Ice Cream and Green Tea latte
Yong-gi bukannya tidak mengenal daerah ini, hanya saja merasa asing. Setelah 6 bulan lamanya ia meninggalkan negara ini memang tidak mungkin ia tidak merasa begitu. Atau emang karena ia tidak peduli?
Setelah berjalan cukup jauh, ia berhenti di depan sebuah kafe yang cukup unik. Yong-gi pun melangkah masuk ke dalam, bunyi lonceng terdengar saat ia membuka pintu kafe tersebut. Aroma manis yang kental menggelitik hidung kecilnya itu. Saat ia sudah sampai di depan kasir, seorang gadis menyambutnya dengan senyum cerah.
“Selamat siang, Nona. Di siang yang panas ini, Anda mau memesan apa?”
Sejenak tidak ada suara, Yong-gi memusatkan penglihatannya pada daftar menu yang tergantung di atap. “Satu green tea latte.”
Gadis itu secepat kilat mengetik pesanannya. “Apa ada lagi Nona?”
“Nope.”
“Harap tunggu di meja Nona, pesanan anda akan segera kami antar,” ucap gadis kasir itu setelah Yong-gi membayar pesanannya. Gadis itu hanya mengangguk pelan.
Yong-gi berjalan menuju meja yang kosong sambil sesekali melihat ke layar ponselnya. Tetapi tiba-tiba gadis berambut hitam itu tersandung. Ia pun jatuh dengan lutut menyentuh lantai. Yong-gi meringis pelan. Kesal karena ada seseorang yang sengaja melakukan itu, ia mendongak. Matanya menyipit tajam. Segerombolan gadis sedang tersenyum meremehkan kepadanya.
“Ups. Aku tidak melihat kau ada disana, sorry. Sini kubantu.” Tangan itu terjulur dihadapannya, dibandingkan meraih tangan tersebut Yong-gi malah berdiri dengan angkuh.
Gadis yang di tengah yang berpura-pura bersikap tidak tahu itu masih tersenyum miring. Ah... Yong-gi sadar, ternyata gadis itu juga bersekolah di sekolah yang sama dengannya.
“Apa maumu?” kata Yong-gi basa-basi.
Gadis berambut coklat yang berdiri di kanan itu berucap dengan kasar. “Jaga ucapanmu ya, anak baru. Makanya kalau jalan itu liat-liat.”
“Terus?”
Gadis yang lain, yang menggunakan parfum yang menyengat menimpali. “Apa kau bodoh? Kami ini seniormu, kau harusnya menyapa kami. Sial.”
Yong-gi menghela napas, lalu mengusap tengkuknya malas. “Apa kalian sedang tidur?” Ketiga gadis itu menatap Yong-gi bingung. “Jangan bermimpi.” Suara yang tiba-tiba memberat itu membuat ketiga gadis itu bergidik takut. Yong-gi kemudian berlalu meninggalkan gadis itu dalam keterpakuan.
Gadis yang ditengah geram, pesanan yang belum ia sentuh sedikitpun ia ambil lalu bersiap-siap menuangkan ke kepala Yong-gi. Tetapi sebelum isinya benar-benar tumpah, tangannya telah terlebih dahulu dicengkram oleh seseorang.
“Gadis manis. Coklat itu buatku saja.”
Suara berat itu membuat mata senior itu membulat, sedangkan gadis lainnya memekik kagum. Wajah yang tampan dengan seringaian yang mampu membuat gadis-gadis lumpuh seketika. Ketika yang lain sibuk mengagumi paras lelaki itu, Yong-gi hanya berdecak kesal. Tanpa mengucapkan terima kasih, gadis berambut hitam itu berlalu begitu saja.
Yong-gi duduk manis di meja bundar kecil, kemudian pesanannya pun datang. Tetapi lelaki yang tadi tanpa permisi duduk di depannya sambil memakan es krim coklat yang diambilnya dari senior tadi?
“Apa kau tidak mengucapkan terima kasih, Nona?”
“...”
Lelaki itu menyeringai lebar, padahal ia tidak diacuhkan oleh gadis di depannya. Entah kenapa ia semakin bersemangat. “Nona manis sepertimu tidak baik cemberut terus.”
Yong-gi memutar matanya jengah. Sambil memegang pesanannya, ia berdiri, meninggalkan orang itu. Tidak peduli. Ia tidak mau berurusan dengan orang bodoh seperti mereka. Merepotkan sekali.
Lelaki tadi, tidak mengejar. Ia terus menyendokkan es krim itu ke mulutnya.
Ponsel bercover silver itu bergetar, panggilan masuk. Yong-gi menatap datar ponsel itu berharap orang di seberang jaringan sadar bahwa gadis itu tidak ingin mendapatkan telpon darinya. Ia menekan tombol merah tetapi sekali lagi ponsel itu terus berbunyi.
“Mau ap-“
“Yong-gi-ku sayang. Kau lama sekali mengangkatnya. Kau tahu kakakmu yang cantik ini mencemaskanmu.”
“Dengar Bibi aku tidak peduli kau mengkhawatirkanku atau tidak.”
Perempuan di seberang telepon itu memekik. “Jangan dijelaskan begitu, honey. Kau tidak ingin merasakan pukulan kakakmu yang tercinta ini,kan?”
Yong-gi tidak menjawab, hanya memutar matanya jengah, perempuan yang memaksa dirinya dipanggil ‘kakak’ itu masih melanjutkan percakapannya. “Jangan berbuat ulah lagi Yong-gi. Perangaimu itu membuatku letih.”
Tiba-tiba saja gadis itu menyeringai. “Aku tidak jamin, Bibi. Mungkin Bibi atur saja untuk tidak membuat Nenek Renta itu tau.”
Sambunganpun diputus. Yong-gi jengkel karena bibinya harus mengusik ketenangan yang baru dirasakan gadis itu sebentar. Getaran ponsel kembali mengenai indra perabanya.
From : Gadis gila.
Yong-gi-ya, kau ingat? Malam ini Han-Sunbae mengundang kita ke partynya malam ini. Pastikan kau datang? Oke?!
PS: Aku akan menyeretmu jika kau tidak datang >.<
Yong-gi hanya bisa menghembuskan nafasnya entah kenapa.
**
Pesta yang meriah tentu saja, dihadiri oleh para remaja yang sedang dalam masa-masa dimana kehidupan seperti ini harus dinikmati. Para gadis berpakaian tidak terlalu mengekpos tetapi saling menunjukkan siapa mereka sebenarnya sedangkan para pria saling menunjukkan pesona masing-masing yang pasti membuatmu mimisan. Tentu saja pesta ini tidak untuk sembarang orang.
“Han Sunbae benar-benar teliti dalam mengundang orang,ya Kai?” Kyung Mi berdecak kesal karena hampir separoh undangan pesta ini adalah senior dan orang-orang menyebalkan dimana gadis itu tidak suka.
Kai terkekeh, memeluk pinggang gadis kecil itu erat. “Terus kenapa kau datang, Sayang?”
Kyung Mi mempoutkan bibirnya sambil memukul tangan Kai yang melingkar erat di pinggangnya. “Han Sunbae itu orang yang aku hormati tau, tidak mungkin aku menolak undangannya.”
“Terus aku tidak begitu?”
“Jangan manja. Kau itu berbeda,” ucap Kyung Mi malu-malu. Lalu mereka bergandengan menuju Han Sunbae.
Cukup lama Kyung Mi dan Han Sunbae berbincang satu sama lain dan juga semakin malam semakin banyak tamu undangan yang datang. Tetapi tiba-tiba saja saat Kyung Mi berbalik hendak mengambil minum, gadis itu memekik erat.
“Kyaaaaaaaa!!!!!”
Semua orang menatap gadis pirang itu bingung tetapi langsung teralih ke objek yang sedang ditatap gadis pirang itu. Yong-gi.
Kyung Mi berlari kecil menghampiri Yong-gi walaupun ia memakai hight-heel setinggi 5cm, tetapi dihiraukannya begitu saja. Sesampainya di hadapan gadis berambut hitam itu Kyung Mi memegang bahunya dan mengguncangkannya tanda frustasi.
“Apa yang kau lakukan?!” ucap Kyung Mi masih terus mengguncang bahu Yong-gi,
Yong-gi pusing, lalu menyentakkan tangan Kyung Mi. Ia mendesis, “Ada apa sih?”
Kyung Mi ternganga, lalu mundur selangkah dan menunjuk gadis itu. “Lihat!” ucapnya sambil melihat atas-bawah. “Apa-apaan dengan jaket hitam dengan dalaman tanktop putih ini? Ini party Yong-gi bukan arena balapan.”
Kyung Mi masih histeris tetapi dihiraukan oleh Yong-gi. Ia memilih untuk melangkah maju lalu menjabati tangan si pemilik pesta. “Nice party, brother. Tapi bukan party seperti ini yang aku harapkan,” ucapnya menyeringai.
Han Sunbae juga menyeringai. “Tentu. Tapi aku harap kau juga menikmati pesta yang satu ini.”
“Oke. Lima belas menit saja.”
Yong-gi menikmati minuman kalengnya di pinggir kolam. Tanpa ia sadari seorang gadis mendekati Yong-gi. Secepat kilat tangan itu mendorong kaleng itu hingga terlepas dari pegangan Yong-gi.
“Apa kau tidak malu? Dasar gadis udik.”
Yong-gi menatap kaleng yang terjatuh itu selama beberapa detik lalu beralih menatap gadis pelaku penyerangan kaleng tak bersalah miliknya dengan mata menyipit. Ia menyapu rambutnya ke belakang sambil menutup mata. Yong-gi berdiri tegap dan bersidekap di hadapan gadis yang memakai setelan dress berenda berwarna biru itu.
Tiba-tiba saja Yong-gi mengernyitkan keningnya. “Kau bukannya pacar cowok yang aku pukul itu ya?”
Hee Mi menatap Yong-gi dengan tangan yang terkepal erat, Yong-gi menyadarinya.
“Ahh... aku tahu, kau melakukannya karena kesal cowokmu tidak bisa membelanjakan kamu lagi,ya? Kasihan sekali.”
“Yakkk!!!!” teriak Hee Mi memekakkan telinga gadis berambut hitam tersebut. “Kau jangan belagu,ya. Apa kau pikir aku tidak bisa membalasnya,huh?”
Yong-gi menjawab dengan postur menantang, “Coba saja kalau bisa.”
Hee Mi tidak tahan lagi, ia melayangkan tamparan ke arah Yong-gi tetapi seperti yang diharapkan dari seorang Jung Yong-gi, ia menepis tamparan tersebut dan mendorong Hee Mi ke arah kolam. Gadis itu tercebur.
Ada yang menganga, tertawa geli, dan ada juga yang menggelengkan kepala mereka. Yong-gi menatap Hee Mi yang menggigil karena dinginnya air kolam.
“Aku tidak bermaksud membuatmu basah, HeeMi-ssi. Tetapi sebaiknya kau tidak mencari masalah denganku. Aku sedikit tidak suka kerusuhan,” ucap Yong-gi sambil tersenyum mengejek.
Yong-gi berbalik badan dan berjalan menuju Han Sunbae. Gadis pucat itu tersenyum manis dihadapan lelaki itu. “Sepertinya aku benar-benar tidak cocok dengan pesta seperti ini, Han Sunbae. So, let’s make a different party for me.”
Han Sunbae tertawa kecil dan mengangguk membalas lambaian Yong-gi yang telah melenggang pergi meninggalkan arena pesta.
Sedangkan Hee Mi menatap gadis itu penuh benci, “Akan kupastikan aku membunuhmu.”
Setelah Yong-gi pergi, seorang lelaki masuk ke arena pesta. Ia pun menyapa Han Bo Gum dengan tatapan mengernyit. “Ada apa?”
“Tidak, kau melewatkan sesuatu.”
“Oh ya?” ucap lelaki itu sambil menatap pintu keluar pesta itu.
ns 15.158.61.51da2