-------------------------------------------------------
Created by : ArthuZeus Nalakarta
-------------------------------------------------------
Genre : School, Action, Fantasy, Comedy, Romance, Ecchi, Adventure, Isekai, Thriller
-------------------------------------------------------
Ch 25 on going, dan itu part ke 2nya
-------------------------------------------------------338Please respect copyright.PENANApoEUNhLd6j
21 Juli 1578, Kota Alexsandrius, Kota Pelabuhan Negara Kekaisaran Leonaproxa, Siang Hari
Daftar Bahan dan tempat yang dituju :
- 6 biji Batu Mutiara Kehidupan | Gua Kota Crosstina ✅
- 6 biji Batu Mutiara Penyembuhan | Sungai Kota Alexsandrius ✅
- 8 Pasang Kaki Rubah Abadi | Kabut Mistis Desa Ignatirias
- 6 Toples Lendir Smile Beracun | Danau Beracun Kota Alpharoxa
- 6 Toples Madu Alami Lebah Mematikan | Hutan Keramat Kota Daemonelix
Sebelum beranjak pergi dari kota, mereka berempat mengucapkan banyak terima kasih kepada Pasukan Leonaproxa sekaligus ke Tuan Forza dan Tuan Roberto yang telah berhasil menumpaskan semua Pasukan Alpharoxa yang ada di tepi Sungai Hydrouleus. Jika mereka tidak sempat datang menolong Akira dan kawan-kawan, mungkin saja mereka langsung ditangkap dan di tahan di kastil Raja Iblis Lucilfer.
“Makasih banyak Tuan Forza, Tuan Roberto dan semuanya di tepi sungai kemarin, kami tidak bisa balas apa-apa buat kalian” kata Zusukane ke mereka.
Tuan Forza menjawab, “sama-sama nak Zusukane, soal balasan tidak usah dipikirkan, pekerjaan kami iklas kok demi kalian menyelesaikan sebuah tugas”
“Sudah lama juga saya tidak bertemu musuh-musuh tangguh seperti mereka, setiap hari selalu saja nganggur di pos keamanan kota” tutur Tuan Roberto.
“Otot-ototnya jarang dilatih ya, tuan? hihihihihi” ungkap Tomori sambil ketawa.
Tuan Roberto ketawa mendengarkan perkataan Tomori, “hahahaha, iya benar.. otot-otot saya kemungkinan kurang asupan jadi makanya loyo gini”
“Sudah saatnya kami akan melanjutkan perjalanan kami, Tuan-tuanku sekalian” ungkap Akira sambil tersenyum.
Tuan Forza mendoakan mereka berempat, “Nak Akira, Nak Kotori, Nak Tomori dan Nak Zusukane, semoga dewa Elfraim menyertai perjalanan kalian dengan selamat dan sampai di tujuan. Doa dewa Elfraim akan selalu terdengar untuk kalian semua”
“Terima kasih banyak tuan, semoga Kota Alexsandrius tidak akan diserang musuh lagi” ucap Kotori.
Mereka berempat melanjutkan perjalanan ke Desa Ignatirias, desa yang berdekatan langsung dengan wilayah utara Leonaproxa dan selatan Luxeventus. Untuk pergi ke desa ini, mereka cukup memakai sepeda dengan memakan perjalanan waktu sekitar 7 - 8 jam, kalau menggunakan kuda perlu memakan waktu 12 jam atau 14 jam.
Ignatirias merupakan desa terpencil yang penuh dengan misteri yang belum bisa dipecahkan, ada yang menyebutkan desa mati karena penduduknya mendadak hilang dari situ, dan ada yang menyebutkan desa ini dihuni ribuan monster mistis yang entah dari mana datang nya sehingga banyak penduduknya pindah ke tempat lain.
Setelah mereka bersepeda kurang lebih 7 jam, mereka sampai di desa yang terpencil itu untuk mencari seekor rubah yang katanya bisa hidup abadi tanpa terluka. Saat masuk ke desa tersebut, tiba-tiba saja kabut datang dengan sendirinya padahal cuaca hari ini masih siang dan cerah berawan.
“Lah kok ada kabut di siang hari? Aneh-aneh saja nih desa” ucap Zusukane.
Tomori menjawab, “jangan berpikir yang aneh, disini kita hanya mencari seekor rubah mistis lalu kita bunuh dia”
“Wah, agak susah melihat nih peta kalau di dalam kabut begini” kata Kotori sambil pegang peta.
Akira menunjuk rumah kosong yang ada di ujung, “kita masuk dalam rumah itu, disitu kita bisa bahas apa saja dalam rumah itu”
“Baiklah, Akira! Yok kita kesana” kata Kotori
Mereka pun pergi kerumah kosong tersebut dan menjadikannya base pertahanan sementara. Walau rasa nya kurang nyaman, setidaknya Kotori bisa melihat isi peta dengan jelas.
“Oke terlihat jelas juga akhirnya, jadi untuk mencari rubah abadi itu kita harus memecahkan beberapa misteri dalam desa ini. Kalau semua misteri telah diselesaikan, maka kabut ini akan hilang dan makhluk-makhluk mistis itu akan muncul dengan sendirinya.” Kata Kotori menjelaskan.
“wah minta diajak main teka-teki nih desa, terus letak teka-teki itu dimana?” kata Tomori.
Kotori menjawab perkataan Tomori, “itu... kita harus cari sendiri, karena letaknya random sekali, petunjuknya itu berupa batu kelap-kelip yang ada di sekitar desa ini.
Tomori kaget mendengarkan perkataan Kotori, “Ancrit, percuma dong kalau begitu.. chance nya pasti kecil buat menemukan batu seperti itu”
“Sesekali ngasah otak lah, ya kan, Akira?” Tanya Zusukane.
“Iya, setidaknya kita bisa menyelesaikan beberapa teka-teki yang dipasang dalam hutan yang ada di desa ini” pungkas Akira.
Setelah itu pun, mereka berkeliling ke setiap rumah-rumah, mengecek selokan air, mengecek sekitar pohon yang ada di hutan, dan di setiap ladang pertanian. Namun pencarian mereka tidak membuahkan hasil.
“kok susah ya cari batu gede yang ada kelap-kelipnya itu” kata Tomori.
“Teruslah mencari, jangan langsung nyerah gitu saja, Tomori” ucap Zusukane mengecek di rumah sebelah.
Tak lama kemudian, batu yang mereka cari akhirnya ketemu di belakang rumah yang ada sumur nya. Batu tersebut memancarkan sinar kelap-kelip yang sedikit redup.
“wehh semuanya, akhirnya ketemu juga nih batu sialan” ungkap Akira sambil mengecek di belakang.
“wahhh, apa teka-teki dari batu tersebut?” tanya Zusukane.
“kubacakan ya.... benda itu sangat panjang, di ujung benda tersebut memiliki serpihan batu yang sangat unik, batu tersebut memiliki goresan kecil di tengahnya, berat benda itu tidak terlalu berat dan ringan. Jika anda pemilik benda yang mengkilap tersebut, bunuh lah 4 laba-laba mistis tepat di batu ini” kata Kotori.
“benda yang panjang, ada batu unik sedikit goresan... apa ya... hmm.. astaga, itukan tongkat sihirmu, Zusukane” kata Tomori menunjuk tongkat sihir Zusukane.
Zusukane kaget, “Haaahh... kok bisa batu ini tahu tongkat sihirku?”
Muncullah 4 laba-laba mistis didepan mereka, seketika itu juga muncul palang misterius yang memisahkan Zusukane dengan teman-temannya itu. Batu kelap-kelip itu rupanya ingin menguji seberapa kekuatan mereka yang mereka miliki.
“Ancrit dah, tiba-tiba muncul gitu saja.. ya sudahlah... Nerther Blast!!” ucap Zusukane.
Laba-laba itu menghindari serangannya Zusukane dan menyerang balik Zusukane dengan jaring-jaring yang mereka miliki.
*woossshhh* suara jaring dilontarkan
Zusukane menghindar serangan, “Wah, berani juga ya menghindar seranganku yang sangat pedih itu, saatnya pembalasan, Great Sorrowful of Wind!”
(Skill : Great Sorrowful of Wind, efek skill : menciptakan angin ribut yang sangat kencang dengan mengurangi Movement Speed sekitar -45% dan jika angin telah reda, melempar musuh ke segala arah dengan tambahan damage 550%)
“Satu lagi biar kapok kalian, Flame of Sorrowful!” kata Zusukane.
Dan seketika itupun, Laba-laba itu langsung tewas seketika terkena serangan api miliknya, peti item beserta uang muncul dihadapan Zusukane dan Palang misterius itu hilang seketika.
“Zusukane, kau tidak apa-apa?” ucap Akira.
“Aku mah tidak apa-apa¸ tetapi hasilnya sangat menguntungkan bagiku” ungkap Zusukane sambil pegang peti item.
“Wow, mayan lah ketimbang gak dapat apa-apa” ucap Tomori.
“Hmm... batu kedua akan muncul di sekitar ladang pertanian, jangan sampai tersesat dalam ladang, batu kedua muncul di pertanian guys” ucap Kotori sambil baca tulisan di batu itu.
“baiklah, mari saatnya ke ladang pertanian semuanya” kata Akira memimpin.
Mereka pergi ke ladang pertanian, kabut-kabut mulai menebalkan diri dan mempersulit pandangan mereka dalam mencari batu teka-teki. Untuk mengakalinya, Akira menggunakan Sepotong kayu yang telah dilumasi minyak yang ia temui di rumah kosong itu, dan menjadikannya obor darurat.
“Makin gila saja nih kabut, bikin minim penglihatan saja” kata Zusukane sambil berpegangan tangan dengan Tomori.
Selama berjalan, mereka mulai merasakan firasat aneh yang ada di desa itu, tetapi mereka menghiraukan dan menggangap bahwa itu hanyalah angin yang lewat simpang siur.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah ladang pertanian. Kabut-kabut itu berangsur-angsur hilang menyisakan sebuah ladang jagung, mereka berempat harus berpencar untuk mencari batu itu di tengah ladang jagung yang sangat luas.
“Luas banget nih, mau gak mau kita harus berpencar buat cari batu tersebut” Ucap Kotori.
“Baiklah, Kotori sama Zusukane kesana, sedangkan aku sama Tomori ke arah yang lain” kata Akira.
Kotori dan Zusukane menelusuri ladang bagian kiri, sedangkan Akira dan Tomori menelusuri ladang bagian yang lain. Mereka terus mencari dan mencari, namun belum menemukan hasil.
“Ketemu lah di bagian situ, Kotori?” kata Zusukane melerai daun di bagian kanan.
“Belum, cari yang betul lah, Zusukane” tutur Kotori melerai daun di bagian kiri.
Ditempat lain, Akira dan Tomori terus melerai seluruh ladang jagung itu, Akira dengan perlahan-lahan melerai jagung itu, dan boomm.... batu kelap-kelip langsung ketemu dihadapan mereka berdua.
“Wah, ketemu lagi nih batu kelap-kelip yang kedua, Akira” kata Tomori dengan nada kegirangan.
“Kubacakan apa isi teka teki di batu ini, isinya... Teruslah melangkah ke depan, sesuatu yang akan mengejutkan kalian di depan sana, dan jangan sekali-kali menengok ke belakang. Jika salah satu diantara kalian ada yang menengok ke belakang, maka kalian gugur dalam teka-teki ini, tempatnya berupa sungai kecil yang berdekatan dengan ladang ini” ucap Akira membacakan isi teka teki di batu tersebut”
“Ada apa? Mengapa kita tidak boleh tengok kebelakang?” tanya Tomori.
“Aku tidak tahu, yang jelas kita ikuti saja isi kata batu ini, kalau kita melanggar apa yang dikatakan teka-teki barusan, maka kita gagal” ungkap Akira dengan nada kebingungan.
Palang misterius muncul kembali dan mengurung mereka berdua persis yang dilakukan oleh Zusukane, mereka maju ke depan tanpa menengok ke arah belakang sesuai yang dikatakan oleh teka-teki itu. Kabut-kabut itu pun kembali muncul menyelimuti daerah itu lagi seperti semula.
BERLANJUT
ns 15.158.61.48da2