Sari dan Dina yang “selamat” itu kini kembali berpakaian dan mereka memutuskan untuk membuat kopi sembari berbincang bincang. Dina memang menjadi nyonya mereka tapi itu khusus di saat sesi bercinta aja. Setelah itu, Dina tetap bersikap sopan dan penuh hormat terhadap mereka. Budi juga memperlakukan hal yang sama ke kedua gadis itu. Sekarang situasinya mau sama mau dan sama sama butuh. Apalagi yang Budi dan istrinya mau? Bukankah itu semua sudah lebih dari cukup? Mana mungkin mereka berani kurang ajar di luar sana? Ok. Kembali lagi ke kamar hotel mewah. Dina dan Sari memutuskan untuk berbincang bincang dan tirai di ranjang mewah itu ditutup agar tidak saling ganggu. Dina dan Sari sedang duduk bersebelahan. Sari membaringkan kepalanya di bahu Dina. Mereka berdua sudah seperti kakak adik. Kedua tangan mereka juga saling menggenggam. Sesama wanita, gak masalah. Sementara itu Citra sedang “dipermak” oleh Budi tapi dia akan memperlakukan Citra dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Budi kini memegang pinggang Citra dengan kedua tangannya dan menatap dalam dalam kedua mata gadis itu. Kedua tangan Citra kini merangkul leher Budi. Mereka berdua saling tatap selayaknya sepasang suami istri yang mesra. Budi mendekatkan wajahnya ke Citra dan Citra menyambutnya dengan penuh kemesraan juga cinta kasih, bukti bahwa Budi bukan dan tidak sejenak sebelumnya. Bibir mereka sekarang saling berciuman dan mereka memejamkan kedua mata mereka sambil menikmati tiap kecupan mesra 1 sama lainnya. 2 insan beda kasta ini terlihat seperti tuan putri yang rela dicumbu oleh budak nya sendiri. Beda warna kulit dan kasta tidak membuat Citra malu tapi dia malah semakin bergairah. Budi kini menciumi leher indah Citra dengan kecupan kecupan mesra. Citra hanya mendesah kecil dan erotis tanpa membuat banyak suara. Kedua tangan gadis cantik itu membelai rambut Budi dengan mesra. Seperti muda mudi dimabuk cinta, foreplay mereka begitu mulus dan sempurna dalam tempo lambat. Citra melihat ke bawah dan Budi sekarang menatap kedua payudara nya yang putih dan indah itu. Dengan pelan, Budi membaringkan gadis itu di atas kasur mewah tersebut. Kedua angan Citra direntangkan ke atas olehnya seolah dia mempersilahkan Budi menikmati seluruh tubuhnya dan sudah mempersembahkan kedua payudara nya yang indah itu. Budi dengan penuh kasih sayang dan kelembutan memainkan dan menyusu di kedua payudara itu. Citra terlihat begitu sangat menikmati perlakuan halus dan lembut Budi yang penuh kasih sayang. Kedua mata Citra terpejam merelakan kedua payudara nya yang putih itu dinikmati Budi dan dijamah sesuka hati. Budi sudah puas menikmati kedua gunung kembar yang simetris itu, kini kembali mengecup bibir manis Citra dan dia membisikkan beberapa kata cinta serta pujian betapa indah dan cantik dirinya yang membuat Citra tersenyum malu sehingga wajahnya yang cantik itu memerah. Citra memberanikan diri memuji Budi. Lelaki itu tersenyum dan senyuman itu memancarkan aura yang membuat Citra meneteskan air mata menyadarkan dirinya bahwa ia adalah gadis yang sangat beruntung bisa dicumbu dan dinikmati oleh lelaki seperti Budi. Citra kini mencium bibir Budi dengan mesra dan Budi menyambutnya dengan penuh kasih sayang. Setelah itu Budi tersenyum dan dia mendaratkan bibirnya di vagina gadis cantik itu. Dikecup nya vagina itu dengan lembut. Tak butuh kegilaan lidah Budi, karena wanita hanya ingin dimengerti (ah taik lah!) Dan diperlakukan dengan lembut penuh kasih sayang. Citra sungguh sangat beruntung dirinya tertangkap oleh Budi pada permainan tadi. Alhasil situasi di dalam ranjang yang ditutupi tirai itu terdeteksi oleh Dina. Sebagai wanita paling senior, dia yang sedang berciuman dan bermesraan dengan Sari mendapatkan ide untuk menyanyi lagu lagu love songs namun Sari menyarankan untuk menggunakan tv saja daripada suara mereka tidak cocok dan membuat mereka yang di dalam sana menjadi lemah syahwat. Tv dinyalakan dan dengan kemajuan teknologi abad 21, lagu lagu cinta zaman perang dunia 2 (Casablanca) sampai mltr dinyalakan membuat 2 insan yang sedang bercinta di dalam ranjang mewah itu semakin bergairah. Kembali ke Budi dan selir nya, vagina Citra sudah basah dan Budi kini berbaring di samping Citra memeluk dan berciuman lagi. Tangan Tangan mereka saling meraba dan Budi bergetar merasakan betapa halus dan lembutnya tangan gadis cantik yang tadi dia siksa itu. Terdapat sedikit penyesalan di hati Budi yang begitu kasar terhadap Citra. Padahal Citra tidak ada niat jahat. Inilah saatnya Budi melakuakan penebusan dosa nya. Budi sekarang berada di atas tubuh putih Citra dan siap memasukan penis nya. Hitam di atas putih tapi kali ini coklat di atas putih seperti es krim sundae McDonald’s. Kalau merah di atas putih itu namanya datang bulan. Penis itu digenggam oleh tangan lembut Citra dan diarahkan untuk masuk ke dalam vagina nya. Hanya sekejab saja, penis itu sepenuhnya masuk ke vagina wanita cantik itu. Desahan erotis Citra bisa didengar oleh 2 perempuan di luar sana yang juga sedang bercumbu dia sambil menikmati musik love song. Selir dan nyonya bercinta. Kejadian cukup langka di abad 21. Kembali ke Budi, dengan pelan seperti memperlakukan seorang perawan suci nan lugu dan polos, Budi memompa vagina itu dengan tempo lambat. Citra sementara itu tetap menikmatinya. Budi memperhatikan ekspresi wajah Citra sekarang dan saat sedang diperlakukan brutal sebelumnya. Budi merasa Citra lebih suka main lembut dan halus. Budi tidak masalah dengan ini, hitung hitung menyimpan tenaga. Pelan tapi pasti, desahan depan pelan dan lembut penuh nuansa erotisme itu keluar dari mulut Citra. Budi yang belum terbiasa dengan “slow motion” itu kini mempercepat tempo permainan nya dan desahan Citra berubah menjadi teriakan. Budi semakin mempercepat gerakannya dan Citra mulai meremas kedua payudara nya yang indah itu. Sesekali dia meraba raba leher nya dan menjambak rambut nya juga. Tak lama kemudian, Citra memperoleh orgasme nya dan Budi sendiri juga sudah di ujung tanduk. Dia tak peduli lagi dan dia juga meraih orgasme nya. Sperma yang tidak tersisa banyak itu keluar di dalam vagina Citra. Mungkin… Mungkin saja cairan sperma Budi itu sekarang sedang berlomba menuju sel telur Citra untuk dibuahi. Anak gadis orang kaya yang seperti tuan putri itu kini sedang dibuahi rahim nya oleh seorang lelaki yang pantas nya menjadi budak. Suatu berkat bagi Budi yang bisa membuahi tahun Gadis itu tapi untunglah Budi dan Citra tak perlu cemas karena kedua selir itu sudah disuruh Dina untuk minum obat anti hamil. Kalau aja benar Citra hamil karena Budi, entah apa yang terjadi. Bukan tak mungkin Citra dijadikan istri muda nya oleh Budi. Anak gadis orang kaya dijadikan istri muda oleh seorang pemuda miskin dari desa. Sungguh ironis. Namun itu andai saja.. Bukan nyata seperti kisah ini. Citra tersenyum sambil meneteskan air matanya karena bahagia. Budi yang orgasme kini menjatuhkan dirinya di tubuh indah Citra. Dengan tenaga tersisa, Budi membisikkan kata kata cinta dan manis di telinga gadis itu. Dia juga memberitahu kalau Citra baru saja dibuahi. Citra kaget tapi dia tersenyum saja pura pura tidak tahu. Setelah itu, Budi mencabut penis nya dan Citra melakukan kewajibannya dengan membersihkan semua batang penis itu dengan mulutnya juga lidahnya. Budi menahan geli saat lidah itu menari nari di batang kemaluannya. Setelah penis itu bersih berkilauan, mereka berdua berciuman kembali. Budi menggendong Citra dengan mesra keluar dari tempat peraduan mereka disambut dengan senyuman dari kedua wanita cantik yang sudah menantikan mereka berdua. Budi kini dengan mesra menggendong Citra ke kamar mandi dan mereka berciuman kembali dengan mesra di bawah pancuran air shower itu. Setelah itu, mereka berdua keluar dan berpakaian kembali. Setelah itu, Tuan dan nyonya mereka meninggalkan hotel tersebut. Beberapa bulan kemudian, Ibu Yanti, ya siapa lagi kalau bukan istri bos nya Budi yang masih cantik ini suatu hari ikut tempat kerja suaminya dan pastinya berpapasan dengan Budi. Lelaki yang sudah menikmati kedua anak gadisnya itu menyapa dengan sopan dan senyuman lebar dan karena Budi memiliki aura dewa, nyonya besar itu terkesima. Dia berhenti sejenak. Pikirannya mulai kacau dan tiba tiba gairah seks nya meroket. Tubuh nyonya besar itu mendidih. Kedua selir Budi saat itu sedang sibuk dengan kuliahnya. Bu Yanti tidak pernah tahu kalau tak sedikit lelaki alias para buruh di sana sering membayangkan tubuh indah sang nyonya. Bu Yanti jujur saja tidak terlalu menikmati seks bersama suaminya saat ini karena suaminya sudah bisa dibilang impoten dan tidak perkasa seperti waktu muda. Melihat Budi yang masih muda dan gagah layaknya Christiano Ronaldo (badannya doang ya. Muka mah jauh coy!) Tentu saja menjadi terangsang dan darah itu mengalir deras di tubuhnya seperti kena darah tinggi, punggung nya panas seperti orang kelaparan (seks). Budi tiba tiba dipanggil sang nyonya dan bu Yanti berkilauan mendekati dia. Tiba tiba dia (pura pura) jatuh ke arah Budi (diving kalau main bola). Budi dengan sigap meraih tubuh nyonya besar itu dan memeluknya. Bu Yanti merasakan kehangatan luar biasa secara jasmani dan rohani. Malu malu, nyonya besar itu minta maaf dan berterimakasih karena sudah menyelamatkan dirinya. Bu Yanti mengajak Budi ke ruangan suaminya dan Budi tentu saja ikut nyonya besar itu ke dalam ruangan bos nya yang kebetulan sedang tidak da di tkp alias ke luar kota dengan alasan urusan bisnis meski faktanya mungkin sedang “mengaduk semen” dengan wanita lain. Bu Yanti seperti sedang mewawancarai Budi, bicara tentang pekerjaan dia, kondisi perusahaan, kendala yang dihadapi dsb layaknya wartawan. Budi dengan tangkas menjawab semua pertanyaan itu dengan santai dan percaya diri. Bu Yanti yang mulai kehabisan akal alias bahan pertanyaan mulai bertanya tanya soal pribadi dan nyonya besar itu malah curhat tentang suaminya yang sudah mulai impoten (mungkin karena sudah bosan dan muak melihat wajah istrinya) atau tidak bergairah. Budi berlagak prihatin meski mata nya sudah melakukan “scan” tubuh nyonya besar nya dari atas sampai bawah. Budi berpikir kalau nyonya besar ini sepertinya butuh belaian maut nya seperti kedua anak gadisnya tapi… Apa mungkin dia mampu “menggarap” 4 sawah bersamaan? Apa bisa anak anak gadis nya dibawa? Bisakah sang nyonya ditaklukkan dan menurut begitu saja seperti kedua anak gadis nya? Budi belum berani bicara tentang kedua anak gadisnya yang sudah disikat bersih oleh nya. Wajah nyonya ini tidak terlalu jelek atau bahkan sangat cantik untuk seusianya bahkan bisa dibilang awet muda. Kalau ada 2 anaknya, bisa dikira kakak adik mungkin. Bu Yanti yang tampaknya sudah terbuai dan terkena hipnotis oleh aura Budi itu mulai bicara ngaco seperti wanita di tempat lokalisasi. Budi seperti kucing yang baru menemukan ikan segar di pinggir jalan. Dengan kemampuan speak speak iblis yang dia miliki, Budi memberanikan diri memegang kedua bahu nyonya majikannya dan bu Yanti diam tak bergerak. Wajahnya menunduk malu serta mulai merah. Budi malah semakin nekad dengan membelai rambut indahnya. Budi mengangkat dagu nyonya besar itu dan seperti mempertaruhkan nyawa nya, dia mencium bibir wanita itu. Perjudian Budi sukses. Bu Yanti tidak melawan malah membalas kecupan bibir Budi. Kedua tangan nyonya besar itu sudah merangkul leher Budi seperti dia sudah sangat menikmati berciuman dengan lelaki muda. Daun muda memang lebih segar dan enak. Seperti makan lalapan saja, mana ada sayuran layu dan busuk? Kedua tangan Budi kini merangkul pinggang nyonya besar itu yang masih ramping. Lekuk tubuh indah nyonya itu masih bisa dibilang hampir sama persis dengan kedua anak gadis nya. Wajah memang sudah sedikit menua. Ya siapa yang bisa hidup 1000 tahun dan tidak menua? Vampire? Tapi wajahnya masih cantik. Bu Yanti melepaskan ciuman itu tapi kedua tangannya masih merangkul leher Budi. Dengan wajah tersenyum… Y: budi. Nanti Kamu makan siang sama saya di hotel ya. Temani saya kali ini. Ok? B: baik bu. Budi udah tahu kalau makan siang itu hanya formalitas belaka. Setelah makan siang itulah, “makanan” yang benar benar akan dinikmati oleh Budi. Alhasil, nyonya besar meminta supir nya ke sebuah hotel mewah di kota. Budi? Pakai taksi. Tenang saja, ongkos ditanggung nyonya besar. Uang bukan masalah. Bukan hal bijak membawa Budi 1 mobil ke hotel kecuali supir nya buta dan kalau buta tak bisa jadi supir, jadi itu mustahil. Budi kemudian tiba di hotel dan ke restoran mewah di dalam hotel mewah itu dan nafsu Budi hilang seketika karena hotel yang dituju adalah hotel yang sama saat Dia cuci baut dengan kedua anak gadis nya (dan istrinya). Setelah makan siang, Budi diajak ke kamar oleh sang nyonya dan kemaluan Budi melemah setelah kamar yang dimasuki juga kamar yang sama saat Budi membuat kedua anak gadisnya menjadi selir setia. Budi tetap positive thinking. Kebetulan aja mungkin ini. Gila aja mereka berdua cerita ke ibu nya. Cari mati kali. Apa bisa juga mereka berdua cerita ke ibunya dengan tujuan mempromosikan dirinya ke ibunya? Ah tak mungkin, pikir Budi. Lelaki itu masuk dan tetap tenang meski jantung nya berdebar debar. Setelah pintu tertutup, nyonya besar itu meminta Budi melepas semua pakaiannya sampai telanjang bulat.
ns 15.158.61.12da2