Mereka semua setelah masuk kamar dan duduk, Yanti dan kedua anaknya saling memandang, sementara Budi masih santai hanya saling melempar senyum kepada Dina yang tak lain adalah istrinya. Kemudian, Citra yang sudah tak kuasa menahan emosi langsung bertanya kepada ibu nya dengan nada keras. “Apa yang kau lakukan disini wanita murahan?!” Sari yang mendengar hal itu hanya bisa geleng geleng kepala sambil mengelus punggung sang kakak. Dina pun cukup kaget mendengar seorang anak yang bertanya seperti itu pada ibu nya tapi dia cukup paham dengan perasaan Citra untuk sesaat dia hanya mengamati yang terjadi dulu kalau situasi kacau barulah dia bertindak. Sementara itu, Yanti yang memang sedari siang menahan emosinya pun tersulut. “Siapa yang murahan hah?? Kamu pikir aku tak tahu kelakuan mu selama ini?? Seberapa sering kamu ke sini untuk berduaan dengan pacarmu bahkan sejak kapan perawan mu hilang yang direnggut mantan mu dulu yang meninggalkan mu karena takut kalau kamu hamil dan untung nya itu tidak terjadi? Mama tahu semuanya, dan asal kamu tahu, nak kenapa sampai kamu tidak hamil, itu semua aku yang telah mencapur obat pelancar menstruasi di minuman mu.” Kata Yanti “Tapi tetap saja mama murahan, karena telah mengkhianati ayah!!” ucap Citra sambil menangis. Yanti pun tertegun diam karena di lubuk hatinya pun dia sadar sudah selingkuh dan wajar saja jika anak membela sang ayahnya. Suasana kemudian hening, tapi tiba tiba Budi bicara. “Sudah bicaranya” dengan nada tegas. Kedua selirnya hanya menatap Budi dengan tajam begitu pun Yanti dan dengan serentak ketiganya berteriak, “Diam Budi!! Ini urusan keluarga!!” Dina yang tak terima suaminya di bentak, tiba tiba berdiri dan menampar kedua selirnya Budi. “Sudah berani membentak tuan kalian? Hah! Apa kalian ingin saya hukum? Saya ini kan nyonya kalian?” Teriak Dina. Yanti yang melihat hal itu pun ikut berang dan ingin melindungi sang anak. Yanti hendak berdiri dan menampar Dina tapi tangan Yanti di tahan Budi, kemudian Yanti berkata, “Apa apaan ini Budi? Apa maksudmu dan siapa wanita ini?” Kata Yanti sambil menunjuk Dina. “Dengar baik baik, ibu Yanti yang terhormat. Yang anda sebut wanita ini adalah….” kata Budi yang kemudian ucapan dia dipotong Dina. “Saya istri sah nya Budi dan juga nyonya dari kedua anak mu”, kata Dina sambil melotot. Dina bertanya pada dua selir Budi. “Siapa saya?” Tanya Budi. Mereka berdua menjawab, “Tuan Budi dan Nyonya Dina adalah tuan dan nyonya kami.” Yanti yang mendengar jawaban itu, langsung lemas, bengong dan tak percaya dengan apa yang dia dengar. Ibu dari kedua anak gadis nya itu tak percaya kalau mereka berdua sudah rela dijadikan selir oleh Budi. Semua hening sejenak, dengan perasaan sedih dan suara yang lirih, Yanti bertanya, “Apa salahku, Budi? Kenapa kedua anakku kau jadikan korban dan budak mu, Bud?” Budi hanya diam dan Dina yang dari awal sudah tahu semua cerita dari Budi bahkan kenapa sampai Yanti meminta dipuaskan oleh Budi mulai bicara. “Dengarkan saya, ibu Yanti yang terhormat. Di luar sana, Budi hanyalah bawahan dari anak anak ibu, tapi di dalam kamar ini, Budi adalah tuan mereka. Kalian berdua jawab saya!” kata Dina sambil bicara pada Sari dan Citra. “Apakah kalian dipaksa suami saya, atau dengan rela karena cinta dan sayang sama suami saya sehingga rela jdi selir nya suami saya?” Tanya Dina penuh wibawa. Mereka menjawab, “Karena kami cinta dan sayang tuan, nyonya Dina”. “Lihat itu, ibu Yanti? jawaban mereka.” Kata Dina. “Lalu kenapa kalian marah kepada ibu kalian?” tanya Dina. Kemudian Sari menjawab, “Maaf nyonya Dina itu… ituuu karena kami sudah terlanjur menyayangi tuan Budi dan sebagai buktinya saya sudah merelakan keperawanan saya buat tuan Budi.” Lalu Citra pun bersuara, “Maaf nyonya Dina, tapi betul saya pun sayang sama tuan. Memang awalnya hanya untuk pelampiasan saja tapi setelah pergumulan terakhir kalinya, saya tahu dari perlakuan tuan Budi yang menyentuh hati saya membuat saya jatuh hati walaupun saya sadar saya sudah punya kekasih saat itu dan saya sadar saya sangat tidak pantas berharap tuan membalas perasaan saya karena saya sudah kotor.” Jawab Citra sambil menangis. Budi yang mendengar semuanya hanya manggut manggut saja, lain dengan Dina yang melanjutkan dengan bertanya kembali pada Citra, “Lalu apa yang membuat mu marah sehingga membuat ibu mu sampai terluka hatinya?” tanya Dina dengan lembut sambil mengelus punggung Citra dan menggenggam tangannya. Lalu Citra menceritakan kejadian saat mereka bertemu di hotel ini dan yang membuat Citra takut jika cinta Budi akan terbagi lagi Citra pun bercerita kejadian dengan pacarnya yang sekarang sudah jadi mantan. Mendengar kenyataan ini , tentu saja membuat sedih hati si ibu Yanti di satu sisi tapi di sisi lain dia merasa lega karena Budi bukan orang jahat yang berniat macam macan. Lalu Dina jg bertanya pada ibu Yanti dengan lembut. “Ibu. Bisakah ibu ceritakan pada anak anak ibu kenapa sampai ibu minta suami saya untuk di temani ibu di hotel ini?” Yanti yang kaget dengan perubahan Dina berfikir sejenak bagaimana bisa seorang istri besikap tenang seperti ini, sambil menghembuskan nafas panjang, Yanti akhirnya bercerita semuanya. Awal mula Yanti mendengar nama Budi saat pertama kali anak anak mereka yang memuji Budi dan hasil kerja Budi. Alhasil, Yanti juga penasaran kenapa kedua kakak adik ini bisa akur kalau sudah bicara tentang Budi. Yanti lalu mencari tahu siapa Budi, tiap detail info tentang Budi tidak ada yang jelek, itu juga yang akhirnya membuat Yanti menaikan jabatan Budi melalui tangan suami nya yang menjabat sebagai direktur utama. Sedikit info saja perlu diketahui bahwa pemilik perusahaan tempat Budi bekerja sebetulnya milik ibu Yanti yang diperoleh dari warisan dari orang tuanya (Yanti) dan suami Yanti hanya ikut mengurusnya saja, tapi tetap saja rasa penasaran Yanti makin besar apa lagi setelah mengikuti kedua anak nya yang check in di hotel ini dan memadu kasih dengan Budi. Namun pada saat itu dia melihat sosok Dina yang baru diketahui kalau Dina adalah istri Budi sepulang mengikuti kedua anak nya Yanti yang niat nya ingin menanyakan kepada kedua anaknya tentang kedekatan mereka dengan Budi malah di kagetkan dengan sebuah kiriman video di no WA nya Yanti video yang berisi tentang suami nya yang sedang naik turun di atas seorang gadis muda. Hal itu membuat Yanti makin emosi, ” Kalau di rumah saja aku tak di sentuh… sekalinya disentuh, permainan tak memuaskan”, pikir Yanti. “Budi ya… hhhmm…”, pikir Yanti dan keesokan harinya, terjadilah tragedi itu, walaupun puas ternyata berujung pada kondisi saat ini. “Nah, kalian sudah dengar kan apa alasan ibu kalian seperti ini?” Kata Dina. Sari dan Citra yang mendengar cerita ibunya merasakan kepedihan sang ibu yang memang mereka kenal baik dan sayang keluarga. Alhasil Sari dan Citra berdiri dari tempat duduk mereka dan spontan memeluk ibu mereka sambil berkata dan menangis. “Ibu, maafkan kami berdua. Kami tidak mengerti dan tahu dengan kesedihan ibu. Tolong maafkan mulut ku yang sudah berbicara tidak pantas pada ibu yang melahirkan kami” “Iya nak. Maaf kan ibumu juga yang tak sempurna ini nak” kata Yanti dengan lembut. Mereka masih berpelukan untuk sesaat sebelum Dina berkata, “Nah. Kalau terlihat akur begini kan enak, iya kan mas?” Kata Dina sambil mengedipkan matanya pada Budi. Budi pun hanya mengangguk dan tersenyum. “Nah karena kita sudah saling terbuka, rasanya sudah lega kan? Ibu Yanti, saya rela kok andai ibu minta dipuaskan oleh mas Budi, mas Budi mau kan?” tanya Dina. Budi hanya mengangguk saja. “Kalian berdua, ikut saya yuk. Biarkan si mama menikmati malam indah ini.” Kata Dina kepada kedua gadis itu. Kedua selir Budi langsung berdiri dsb menghampiri nyonya mereka. Dina sambil tersenyum ke suami dan ibu Yanti menutup tirai di ranjang kanopi itu membiarkan mereka berdua menikmati malam indah mereka berdua selayaknya pengantin baru…
ns 15.158.61.51da2