Mereka berdua berjumpa dengan Citra yang tentu aja dikenal oleh mereka berdua. Keributan di koridor hotel dimulai. Saling bentak antara ibu dan anak gadisnya berlangsung sengit. Citra menuduh Budi dan ibu nya main gila karena bau sabun mandi tercium begitu jelas oleh Citra dan bu Yanti sementara itu menuduh anaknya mau main gila dengan kekasihnya. Budi mau tidak mau turun tangan menghentikan mereka berdua. Alhasil Budi yang tentu aja perasaannya kacau pergi bersama Bu Yanti. Citra sementara itu masuk ke kamar hotel itu berjumpa dengan kekasihnya. Alih alih ingin bercinta dengan kekasihnya dengan suasana romantis, malah berakhir tragis karena Citra sudah kehilangan gairah nya alias sudah gak mood lagi. Alhasil Citra berjumpa dengan Adi. Sedikit info tentang dia, Adi memang anak orang kaya tapi muka dia tidak terlalu tampan dan gendut ditambah penis nya jauh lebih kecil dari Budi sehingga sangat jarang bisa memuaskan Citra. Lebih menjijikan lagi karena Adi belum disunat karena takut. Mereka bercumbu mesra dan Citra yang sudah tidak mood ditambah perasaannya kacau itu tentu saja tidak bisa menikmati hubungan suami istri tersebut. Kondisi memburuk karena Adi sampai saat ini belum bisa mengarahkan penis nya ke lubang yang benar. Citra selalu saja bertanya, “udah masuk belum?”. Mood Citra semakin kacau melihat performa Adi sangat buruk. Citra berang dan marah karena hanya tak sampai 1 menit aja, Adi sudah orgasme. Belum lagi dia melihat betapa kecilnya penis Adi. Gawatnya, Adi malah tertawa tawa seolah dia bangga dengan penis nya itu dan dia mampu membuat Citra puas. Citra menangis kesal dan Adi diam saja. Kesal, Citra kembali berpakaian dan saat itu juga dia memutuskan Adi. Lelaki malang itu sedih dan menangis seperti anak kecil. Citra tak peduli dan dia pergi meninggalkan kamar itu. Citra yang sudah ketagihan burung nya Budi tentu saja kecewa dengan (mantan)kekasihnya. Citra sendiri bahkan rela dijadikan istri muda Budi. Di hati dan pikirannya hanyalah Budi seorang saja. Citra yang masih kesal itu kembali ke rumah dan untungnya tidak berjumpa dengan ibu nya yang sedang istirahat karena lelah setelah dinikmati Budi. Citra berjumpa dengan Sari dan Sari melihat Citra yang kecewa juga sedih, menjadi penasaran dan Sari bertanya ke Citra kenapa ia terlihat murung dan sedih alias sedang bete. Citra sambil menahan air matanya menggandeng tangan Sari ke kamar dan di dalam kamar itu, Citra tak lagi kuasa menahan tangis nya. Citra menceritakan semua yang dia lihat dan alami hari ini. Sari menghibur dan memeluk Citra sambil mencium pipi nya. Mereka berdua akhirnya mengambil kesimpulan bahwa ibu mereka telah berselingkuh dengan Budi. Mereka berdua berencana akan melakukan interogasi ke ibu mereka berdua besok pagi. Alhasil mereka berdua tidur karna sudah lelah. Air mata Citra membasahi bantal kepalanya. Sari memeluk Citra dengan erat dan hangat. Esok paginya, pihak yang bersangkutan alias ibu mereka sudah pergi di pagi hari dan mereka bertanya ke pembantunya. Bu Intan mengatakan kalau nyonya sudah berangkat ke kantor. Tanpa basa basi lagi, mereka berdua menuju kantor untuk menangkap basah Budi. Dengan kecepatan tinggi, mereka berdua tiba di kantor. Mereka mencari ibu mereka seperti anak hilang di seluruh gedung dan ruangan dan akhirnya mereka memutuskan ke ruangan rahasia mereka. Dengan pelan, mereka mengintip dan kaget karena saat itu, Budi sedang bercumbu mesra dengan ibu mereka berdua. Mereka yang menghargai ibu nya, memutuskan untuk mengetuk pintu itu. 2 insan yang sedang mengaduk semen itu kaget dan langsung berpakaian. Budi keluar dengan santai. Kedua selir nya tidak suka Budi menikmati ibu kandung mereka, meski demikian, kedua selir Budi tetap mencintai Budi. Beberapa langkah Budi berjalan, dia berhenti karena mendengar keributan besar di dalam ruangan rahasia itu. Budi memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan tersebut dengan harapan bisa menghentikan keributan mereka berdua. Bukan disambut hangat, Budi dibentak oleh 3 wanita yang sudah merasakan kenikmatan burung sakti nya itu. “INI URUSAN KELUARGA!!!” Teriak ketiga wanita itu. Budi kaget dan memutuskan untuk angkat kaki. Budi sebetulnya ingin meninggalkan ruangan itu tapi dia mendengar namanya disebut sebut. Tak tahan, Budi kembali ke ruangan itu dan malah membentak mereka dengan keras. “KALAU MAU RIBUT, DI RUMAH SANA”. Teriak Budi yang sudah tidak memikirkan nasib nya lagi dengan resiko bakal kena pecat. Alhasil Budi pergi dan kembali bekerja. Ketiga wanita itu akhirnya pulang ke rumah. Di dalam kamar nyonya besar, Yanti galau dan kembali merenungkan perkataan anak anaknya yang lebih mirip mengumpat. Sari dan Citra masih menangis dan sama sama saling menghibur. 3 wanita gila itu sudah gila karena sebatang penis. Mereka bertiga tidak saling tegur sapa dan dia seperti tidak saling kenal. Seiring berjalannya waktu, malam akhirnya tiba. Yanti yang hatinya galau dan juga pusing karena kejadian Tak terduga ini akhirnya menelpon Budi. Ada sekitar 5 kali Yanti menghubungi Budi tapi tak dijawab. Yanti kembali mencoba dan akhirnya dijawab oleh Budi.. Penasaran, Budi bertanya tujuan sang nyonya besar menelpon nya di malam hari. Yanti meminta Budi ke hotel karena dia ingin bicara dan butuh teman ngobrol. Budi tidak keberatan. Beberapa menit kemudian, Sari dan Citra menghubungi Budi dan meminta hal yang sama, yaitu ke hotel karena mereka ingin “curhat” ke Budi tanpa sepengetahuan ibu mereka berdua. Dina penasaran dengan apa yang terjadi. Mau tidak mau, Budi akhirnya menceritakan semua nya yang telah terjadi. Alih alih ingin memarahi Budi, Dina malah tersenyum dan senang bahkan tertawa. Dia begitu bangga sang suami bisa menikmati tubuh sang nyonya besar alias istri dari bos nya Budi. Dengan semangat tinggi, Dina meminta untuk ikut. Budi senang dan akhirnya di malam itu juga, mereka berdua menuju hotel. Budi juga meminta mereka bertiga membawa pakaian lingerie seksi dan harus transparan tanpa bra serta celana dalam. Entah kenapa, mereka yang awalnya ingin curhat malah menurut perintah Budi begitu saja. Dina sengaja mau ikut agar bila situasi memburuk, Dina akan menenangkan kedua selir Budi dan Budi akan menjinakkan nyonya besar nya itu. Budi segera menghubungi hotel untuk memesan kamar yang biasa dia pakai untuk mengaduk semen. Yanti dan kedua anaknya tidak tahu kalau mereka akan berjumpa Budi di tempat dan waktu yang hampir berdekatan. Ibu Yanti tiba terlebih dahulu dan menunggu di kamar tapi dia heran Budi tidak ada di dalam ruangan itu. Nyonya besar itu menghubungi Budi dan dia berkata kalau dia sedang dalam perjalanan. Selang beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu diketuk. Dengan semangat dan sepenuh hati, nyonya besar itu membuka pintu dan dia kaget karena bukan Budi yang datang, melainkan kedua anak gadisnya. Mereka berdua saling tatap dan tak bisa berkata apa apa. Beberapa detik kemudian, terdengar langkah kaki di koridor. Mereka bertiga kaget saat melihat Budi dengan Dina, istrinya. Dengan penuh wibawa tak tertandingi, Budi menyuruh mereka masuk. “Ini hotel. Mari masuk. Jangan kaget. Tak usah banyak tanya.” Kata Budi. Mereka gemetar melihat Budi begitu bersahaja dan terlihat penuh wibawa. Mereka semua masuk ke kamar dan konferensi selangkangan akan segera dimulai. Ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi di sini. Paling buruk adalah, Budi dipecat. Paling bagus adalah, Yanti akan dilantik menjadi selir Budi yang baru.
ns 15.158.61.51da2