Di pusat kota Belia turun hujan gemercik membuat jalanan trotoar sedikit licin untuk di pijak.
Monica berjalan menyeberangi jalanan bersama dengan sekumpulan orang lain. Ia dan Reza berencana untuk makan malam bersama sehingga mereka akan bertemu di restoran yang sudah Reza pesan.
Reza bilang Monica akan bertemu dengan temannya disana sehingga gadis itu tidak akan kesepian menunggu.
Perjalanan Reza cukup jauh sehingga anak itu akan tiba terlambat.
Monica duduk dikursi dengan canggung. Dirinya tidak menyangka jika teman yang dimaksud Reza adalah sekumpulan anak lelaki dan perempuan. Ia pikir hanya ada satu orang teman saja.
Monica berbisik pada gadis berambut pirang. "Apa hari ini ada acara khusus?" tanyanya polos.
Gadis itu memiringkan kepalanya. "Kamu gak tau ya?"
"Apa?" Tanyanya lagi.
"Minggu lalu kak Rezan ulang tahun dan hari ini dia traktir kita makan." Jelasnya menyesap rokok elektrik.
Monica terdiam. Bagaimana ini? Mengapa Reza tidak mengatakan padanya jika minggu lalu ia ulang tahun. Tahu begitu Monica akan menyiapkan sebuah kado untuknya, jika sudah begini Monica menjadi tidak bersemangat dan merasa kesal.
Setelah kehadiran Reza, semula yang tadinya meja panjang itu sangat berisik berubah menjadi sunyi. Mereka semua menyambut kehadiran Reza.
Anak itu tersenyum pada Monica, menghampirinya lalu mengecup pipi gadis tersebut membuat jantungnya berdebar karena terkejut.
Tidak ada reaksi aneh dalam raut wajah teman-temannya ketika dia mengecup mesra Monica dihadapan mereka. Hanya Monica yang merasa malu.
Restoran yang biasa dikunjungi oleh orang-orang dewasa di sewa satu lantai oleh Papinya agar teman-temannya bisa menikmati hidangan ulang tahun.
Tuan Atma berencana membuat pesta seperti ketika usia Reza 17 tahun namun anak itu menolak habis-habisan. Dia memilih acara makan bersama dari pada harus menggelar sebuah pesta yang berisik dan gaduh.
Maya setuju dengan usulan anaknya tersebut sehingga Adiatma menyewa restoran untuk Reza dan teman-temannya menikmati makan malam yang romantis.
Di luar masih hujan bahkan menjadi lebih deras. Monica merasa berada di dunia yang asing. Ia tidak pernah membayangkan jika Reza memperkenalkan dirinya kepada teman-temannya yang unik.
Teman-temannya memiliki perawakan yang sangat berantakan dan lusuh. Mereka melakukan tato dan juga memasang piercing di tubuhnya. Bahkan para perempuannya pun sama, mereka berpenampilan layaknya seorang punk.
Monica menatap Reza yang sedang berbincang dengan temannya.
Bagaimana bisa anak yang terlahir dari keluarga kaya raya seperti Reza berteman dengan anak-anak yang berbanding terbalik dengan kehidupan Reza. Dia bahkan tampak melebur tanpa terlihat ada tembok kasta. Bahkan teman-temannya tanpa canggung bercanda dengan Reza secara lepas.
Didikan seperti apa yang dilakukan ke dua orang tuanya terhadap Reza. Mengapa lelaki itu sangat baik dan rendah hati.
Monica seperti melihat Reza yang lain. Padahal di sekolah anak itu berandalan luar biasa. Sering berkelahi dan tidak memiliki rasa sabar sama sekali. Tapi disini, bersama dengan teman-temannya yang unik Reza sangat nyaman dan calm.
Matanya teralihkan pada panggung kecil yang diisi oleh teman-teman Reza yang sedang bernyanyi. Awalnya mereka naik untuk memberi persembahan special sebagai hadiah ulang tahun Reza. Namun setelah penampilan itu selesai mereka tidak turun dan melanjutkan penampilannya dengan lagu-lagu yang mereka pilih sendiri.
Anak-anak itu terampil dalam alat musik.
Menyadari perempuan disebelahnya sedang bengong. Reza menjadi fokus pada Monica.
"Lagi ada yang dipikirin?" Tanyanya membuat Monica tersadar.
'Ada.' Jawabnya dalam hati.
Monica menggelengkan kepalanya. "Gak ada. Aku lagi nikmatin jamurnya. Enak banget." Jawabnya tersenyum gemas membuat Reza ingin membungkus gadis tersebut dan menciumnya sebrutal mungkin yang ia inginkan.
Ah seandainya saja tidak ada teman-temannya disini mungkin saja Reza sudah mencium Monica. Tidak peduli mereka berada di tempat umum yang pasti hanya ada mereka berdua saja, maka Reza akan dengan senang hati menempelkan bibirnya ke bibir Monica.
"Kok kamu gak bilang sama aku kalo kamu ulang tahun?"
Reza menelan air minumnya lalu menoleh pada Monica.
"Ulang tahunnya udah kelewat, kok." Ujarnya santai.
Monica menyerah, ia menghembuskan napasnya. "Mau hadiah apa dari aku?" Tanyanya lagi.
Otaknya sudah rusak, Reza hendak meminta sesuatu yang mungkin akan sulit didapatkan olehnya jika Monica sendiri tidak memberinya.
"Gak perlu. Aku baik-baik aja kok." Anak itu menolak. Membuat Monica cemberut.
Dan ya, otaknya memang sudah rusak. Saraf di dalam tubuhnya bergerak begitu saja.
Reza mencium bibir Monica di hadapan teman-temannya.
Sontak Monica langsung menjauh, lagi-lagi dia terkejut.
'Ah, kenapa selalu di tempat umum.' Pekik nya dalam hati.
Reza tertawa kecil melihat reaksi Monica yang selalu menggemaskan baginya.
Ah! Sepertinya Reza benar-benar jatuh terlalu dalam terhadap Monica. Ia benar-benar ingin memiliki hak sepenuhnya atas tubuh dan kehidupan Monica.
Haruskah? Apakah Monica tidak keberatan dengan keinginan Reza tersebut?
ooOoo
Dibawah gemercik hujan Dimas berada di kolam sedalam 2 meter.
Ia terus melatih tubuhnya untuk mengikuti Akademi Kepolisian seperti yang diinginkan oleh sang papa.
Walaupun dirinya tengah bermasalah dengan Kenta. Dimas tidak merubah rencana masa depannya. Sedari kecil ia sudah berusaha untuk menjadi polisi bahkan hingga detik ini.
Pernapasannya sangat kuat sebab dia tidak pernah merokok juga dekat-dekat dengan perokok aktif.
Dimas bisa menahan napasnya di dalam air selama lebih dari 7 menit. Dulu dia sering melakukannya ketika sedang cuci muka. Dimas akan merendam wajahnya di dalam air sekuat yang dia bisa.
Semakin malam hujan semakin deras dan itu cukup mengganggu latihannya. Dimas menyembulkan kepala ke permukaan lalu disambut dengan air hujan yang turun. Ia cepat-cepat keluar dari kolam renang.
Dimas membasuh tubuhnya dengan air hangat yang dikeluarkan shower. Mengusap seluruh tubuhnya dengan busa sabun sembari sedikit melamun memikirkan ucapan Kansa.
"Dim. Monica murni khawatirin lu.....
"Lu harus makasih sama dia,
Kata-kata tersebut terus terngiang-ngiang dikepalanya.
Haruskah dirinya memberikan sesuatu sebagai tanda terima kasih karena Monica sudah menolongnya?
Perlukah?
'Nggak! Ngapain juga gue kasih sesuatu buat dia.' Pekiknya cepat-cepat membersihkan diri lalu pergi beristirahat.
ooOoo
Saat keluar dari restoran Monica tidak percaya jika Reza mengendarai sebuah mobil. Gadis itu memicingkan matanya dan Reza menyadari apa maksud Monica.
Lelaki itu mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya.
"Aku masih ikutin peraturan kok." Ujarnya tersenyum bangga.
Reza membukakan pintu mobil untuk Monica lalu tak lama ia juga masuk ke dalam mobil dan bergegas mengantar Monica pulang.
Namun di perjalanan seseorang menelpon Reza. Suara lelaki yang ada di dalam ponsel tersebut terdengar sangat panik dan parau.
Monica menoleh ingin tahu apa yang sedang terjadi.
"Apa ada sesuatu yang buruk?"
Reza tidak menjawab. Setelah mematikan panggilan, dia langsung memutar setirnya berjalan ke arah sebaliknya.
Monica mencengkram seatbelt sangat kencang. Ia takut setengah mati karena Reza mengendarai mobilnya dengan sangat cepat. Monica tidak sanggup melihat jalanan sehingga ia memejamkan matanya. Bertanya-tanya di dalam hati mengapa Reza menjalankan mobil seperti orang gila.
Dia bisa mendengar suara bising yang dikeluarkan oleh mobil Reza ketika mengebut.
"Astaga! Apa yang dilakukan bajing*n itu." Seorang homeless mengumpat.
Monica komat-kamit berdoa agar Tuhan menyelamatkan mereka berdua. Dia tidak diberi napas oleh Reza karena kali ini Reza melaju lebih kencang lagi seolah sedang di buru oleh polisi.
Bahkan ketika mobilnya secara tiba-tiba berhenti Monica tersentak ke depan. Untung saja ia mengenakan seatbelt dan juga tangan Reza menahan tubuhnya.
Monica membuka matanya lantas langsung menoleh pada Reza dengan tatapan yang marah namun berkaca-kaca. Dia sangat ingin sekali menangis karena ketakutan.
"Jangan keluar!" Pintanya, keluar dari mobil lalu mengunci Monica di dalam.
Gadis itu mengusap air matanya sembari melihat kepergian Reza.
"Reza gila." Untuk pertama kalinya dia mengumpat. Hidungnya terlihat merah karena menangis.
Monica melihat ke sekeliling. Ia tidak tahu berada dimana. Bangunan sekitar tampak gelap dan juga usang. Ada beberapa motor dan mobil terparkir tidak jauh dari mobilnya Reza.
Semerbak bau parfume DK*Y Golden tercium dihidungnya. Reza berlutut dengan ditahan oleh masing-maisng orang di setiap sisinya.
Ia menatap mata perempuan berambut panjang yang menjadi sandera.
"Rezan Adiatma." Pria itu menyebut namanya dengan nada yang penuh arti.
Reza menatap pria yang berjalan mendekatinya.
"Blackphone. Saya dengar ponsel itu menghilang."
Reza sudah tidak bisa menyangkal. Dia melirik Jo yang keadaannya sudah babak belur parah, bahkan sepertinya anak itu sudah kehilangan beberapa jari.
"Apa yang akan kamu lakukan jika seandainya informasi yang ada di ponsel itu bocor?"
"Beri saya waktu sekitar 1 bulan sampai kelulusan, saya akan....
Tiba-tiba saja Jo berteriak karena jarinya yang lain baru saja di potong menggunakan kapak.
"Satu minggu, saya akan mendapatkan ponsel tersebut dalam satu minggu. Jika tidak...
Reza melirik Jo dan juga Raya.
"Anda boleh melakukan apapun kepada saya. Jangan mengganggu teman-teman saya yang lain." Imbuhnya membuat pria di hadapannya tersenyum.
"Rezan.. Saya tidak peduli sebaik apa kamu dalam menghasilkan uang. Saya hanya menginginkan anggota yang tidak telodor dan lalai pada saat menjalankan misi. Kamu adalah ketua dari Remora dan manusia gobl*k yang menghilangkan ponsel tersebut adalah dia." Lelaki itu menunjuk Jo yang sudah hampir kehilangan kesadaran.
"Bukankah seharusnya kamu memberi pelajaran pada anggota yang lalai? Siapa yang memilih dirimu sebagai ketua? Konyol sekali. Bahkan kamu tidak bisa melindungi bisnis dan juga kelompokmu sendiri...
"Membiarkan anggota yang sudah melakukan kesalahan dan bahkan dirimu tidak memberi perlindungan pada kekasihmu sendiri. Kamu tidak pantas sama sekali untuk menjadi penerus paman Dom. Bodoh dan labil." Pria itu mencecar Reza.
Reza terdiam. Dia sangat ingin mendebat lelaki dihadapannya namun ini bukan keadaan yang tepat. Reza harus menyelamatkan Jo dan juga Raya saat ini.
"Well. Saya akan menunggu satu minggu lagi. Saya harap kali ini kamu bekerja dengan baik."
Setelah melepaskan Reza, Jo dan Raya. Pria tersebut melenggang pergi bersama dengan anak buahnya.
Raya menyambar wajah Reza namun anak itu mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
"Jo harus dibawa ke rumah sakit." Gumamnya mengangkat tubuh Jo.
Badannya kecil sehingga Reza bisa menggendongnya sendirian.
Raya berjalan tertatih dan Reza mengulurkan tangannya agar perempuan itu tidak terjatuh.
Keadaan diluar hujan deras.
Monica membelalakkan matanya ketika melihat Reza menggendong seorang lelaki. Ia juga merasa jantungnya mencelos ketika melihat perempuan di sebelahnya.
'Siapa dia?'
Mobilnya terbuka.
Reza langsung meletakkan Jo di kursi belakang bersama dengan Raya.
Monica bisa melihat jika di wajah Reza terdapat luka.
Apa yang sudah terjadi? Monica juga melihat banyak orang dengan pakaian serba hitam keluar dari gedung sebelum akhirnya Reza muncul.
Mereka pergi ke rumah sakit agar Jo cepat ditangani. 4 jarinya menghilang membuatnya menjadi cacat.
Reza frustasi luar biasa, ia teringat kejadian Saka dan juga Sean yang bahkan sampai sekarang mereka masih berada dirumah sakit.
"Aku ngerok*k dulu sebentar." Katanya meninggalkan Monica dan juga Raya di ruang tunggu.
Raya masih dalam keadaan basah kuyup. Dia terlihat seperti anjing basah kedinginan.
Monica merasa kasihan. Ia melepas jaketnya lalu memberikannya pada Raya.
"Makasih." Raya meletakkan jaket tersebut di pahanya. Menutupi roknya yang minim.
"Kamu pacarnya Reza, ya?"
Monica tersenyum samar. Ia tahun bahwa perempuan itu pasti akan bertanya demikian.
Dia menggeleng pelan. "Aku cuma deket aja sama Reza."
Perempuan itu mengangguk menerima jawaban Monica.
Sepertinya Monica tahu alasan mengapa perempuan di sebelahnya menanyakan hal tersebut. Itu karena mereka memiliki posisi yang sama. Sejak awal Monica tahu bahwa dirinya bukan satu-satunya perempuan yang dekat dengan Reza, hanya saja ia menjadi lupa diri karena akhir-akhir ini sering bersama dengan lelaki tersebut.
Monica melihat bagaimana cara Reza menatap dan juga berbicara dengan perempuan itu. Tampak sangat sama seperti ketika Reza berinteraksi dengan dirinya.
Hanya saja Monica sudah terlanjur merasa sakit hati sehingga ketika melihat Reza bersama wanita tersebut yang ada di pandangannya, Reza lebih jatuh cinta terhadap perempuan berkulit tan itu.
Sejak pertemuannya dengan perempuan yang bahkan tidak di perkenalkan oleh Reza. Monica mulai berjarak.
Saat Reza mengiriminya pesan akan mampir ke Apartemen. Monica akan beralasan jika ia sedang bersama dengan Sarah.
Berbagai alasan Monica katakan untuk menjauh dari Reza.
ooOoo
"Liat yang ini jauh lebih lucu." Sarah menunjukkan sebuah dress untuk prom pada Monica.
"Kuning? Kamu serius mau pake itu nanti?"
"Iya!" Sarah sedikit berteriak.
Tidak terpikirkan sama sekali oleh Monica jika ternyata Sarah menyukai warna yang mencolok.
Sarah yang melihat Dimas dan Kansa langsung memanggil mereka.
"Udah dapet pasangan prom belum?" Tanyanya pada Dimas.
Dimas melirik sedikit pada Monica yang masih sering menghindari kontak mata dengannya.
"Belum, tuh. Gue belum kepikiran." Katanya tiba-tiba saja duduk di sebelah sarah menghadap Monica.
Kansa terkejut melihat Dimas tiba-tiba saja duduk. Dia pikir mereka hanya akan mengobrol sebentar lalu pergi ke meja tempat biasa mereka makan.
Begitupun dengan siswa lain mereka pikir kehadiran Dimas di dekat Monica akan membuat keributan namun ternyata tidak.
"Kenapa? Lagi sariawan pantat? Kok gak duduk?"
Kansa menggaruk keningnya yang tidak gatal lalu bergabung duduk di sebelah Monica.
Dari kejauhan mereka terlihat seperti pasangan yang sedang melakukan double date.
"Lu mau jadi pasangan gue gak nanti di prom?"
"Ujiannya aja baru di mulai." Dimas mengingatkan.
Sarah terlalu terburu-buru, seharusnya saat ini mereka fokus saja terlebih dahulu terhadap ujian.
"Gak masalah dong kalo dipikirin dari sekarang. Mau kan lu jadi pasangan gue nanti?"
"Gue pikirin dulu, deh." Katanya malas.
Dimas menatap Monica yang canggung dan menjadi diam.
"Lu pasti bakal jadi pasangan terbaik sama Reza." Ujar Dimas menendang pelan kaki Monica di balik meja.
Monica tidak menjawab.
"Iya ya. By the way siapa aja yang bakal ada di nominasi nanti."
"Gak usah berharap nama lu bakal disebut."
Sarah mendelik pada Kansa.
Tiba-tiba saja kantin menjadi senyap lagi.
Reza menghampiri Monica yang sedari tadi di tatap oleh Dimas.
"Boleh ngomong sebentar?" Tanyanya pada Monica.
"Ada apa?"
"Kita ngobrol di luar."
Monica mengangguk mengikuti Reza yang sudah melangkah terlebih dahulu.
"Kayak dejavu." Gumam Dimas membuat Kansa tertawa.
Reza menatap Monica membuat anak itu tidak nyaman. Bukankah Reza mau mengatakan sesuatu? Mengapa dia diam saja dan malah menatap dirinya?.
"Kamu mau ngomong apa?" Tanyanya ketus.
"Kenapa akhir-akhir ini ngehindar terus?"
Monica langsung mengalihkan pandangannya.
Reza hendak membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu namun Monica langsung memotong.
"Gak ada yang harus kamu jelasin ke aku?"
Mendadak Monica langsung tertegun. 'Tunggu. Kenapa aku bilang begitu? Seharusnya aku gak bilang itu.' Karena kekesalannya isi hatinya keluar begitu saja.
"Kalo karena Raya. Aku udah gak deket lagi sama dia, sekarang."
'Kalo gitu sebelumnya memang ada hubungan.'
Reza meraih tangan Monica. "Ayolah. Aku gak biasa kayak gini sama kamu." Anak itu merajuk.
Namun Monica masih merasa ada yang mengganjal. Gadis itu melepaskan genggaman Reza.
"Ayo kita fokus sama ujian dulu." Katanya meninggalkan Reza dengan dada yang sesak.
Monica menahan air matanya. Aneh, mengapa ia merasa sangat sakit hati ketika mengingat Raya. Seolah ada sesuatu yang besar antara Reza dan Raya. Pertemuan pertamanya dengan Raya membawa Monica ke persimpangan lampu merah yang dikendalikan oleh Reza.
Kedekatannya dengan Reza kemarin merubah lampunya menjadi kuning. Namun tidak pernah kunjung hijau.
Kali ini Monica sendiri yang mengendalikan lampu tersebut. Mungkin lampu itu memang tidak akan pernah hijau bagi Monica dan Reza.
Ke pergiannya meninggalkan Reza menjadi jawaban bahwa Monica memilih mundur. Lampu itu telah di ubah oleh Monica menjadi merah.
Stuck.
Bersambung....
ns 15.158.61.45da2