Semua siswa bersikeras memahami mata pelajaran ujian besok. Monica duduk di meja belajarnya di temani secangkir teh hangat dan sandwich yang ia bawa dari rumah tantenya.
Ngomong-ngomong mengenai tante dan juga om Monica. Gadis itu masih memikirkannya sampai sekarang. Kunjungan terakhir kalinya membawa Monica sadar bahwa mungkin Kresna tidak bisa menyalamatkan ayahnya dari eksekusi mati.
Tantenya bercerita bahwa keadaannya sangat buruk saat ini. Mereka mengalami krisis keuangan karena suaminya yang mencalonkan diri sebagai Wali Kota Belia.
Beliau sudah meminta Kresna untuk berhenti namun suaminya tersebut memilih meminjam uang kesana-kemari agar promosinya membuahkan hasil.
Hingga tiba waktunya Kresna kalah telak. Ia berada diurutan ke tiga dengan suara pemilihan paling rendah.
Sepulang melaksanakan ujian Monica bergegas pergi ke kediaman Kresna. Ia harus mengecek keadaan tante juga om nya.
Tampak jelas dengan keadaan rumahnya yang berantakan. Tidak lupa spanduk-spanduk kebencian masih terus terpasang di gerbang menjadi hiasan terburuk di rumah tersebut.
Kresna mengamuk tidak menerima kekalahannya. Pria itu mencekik Monica dengan tatapan yang bengis.
"Semuanya karena Denand! Karena Denand gue gagal!" Kresna bergumam sembari mencekik Monica dengan lebih kencang lagi.
Anak itu terpojok di lantai, tangan kecilnya mencoba melepas cekikan yang diberikan Kresna namun tidak bisa karena tenaganya tidak sekuat pamannya.
Mata Monica berubah menjadi merah, perlahan wajahnya pun memerah sedikit kebiruan. Gadis itu mulai kesulitan untuk bernapas.
Monica tidak bisa melakukan apapun kecuali melihat tatapan Kresna yang bersemangat untuk membunuh dirinya.
Benar! Semuanya karena ayahnya. Seandainya nama Denand tidak tercoreng maka Kresna bisa menjadi Wali Kota Belia. Promosinya tidak akan menjadi sia-sia.
'Bunuh aku! Bunuh aku sekarang juga.'
Pandangannya kabur, Monica mencoba tetap sadar namun tubuhnya sudah terasa sangat lemas tidak bisa digerakkan. Gendang telinganya mulai tidak bisa mendengar dengan jelas. Monica tidak akan berontak lagi.
'Pada akhirnya ayah akan di eksekusi. Maka dari itu aku akan pergi terlebih dahulu.'
Sampai akhirnya semuanya menjadi gelap.
ooOoo
Sarah bersama dengan Viola berjalan mendekati Reza yang sedang bersama dengan Teo di koridor.
Kedua lelaki itu sedang berkumpul dengan anak-anak yang lain membahas acara prom. Mereka berencana untuk membuat permainan, siapa yang gagal maka mereka harus menggunakan kostum dinosaurus di acara prom night nanti.
"Za." Sarah memanggil dengan sedikit berteriak.
Sekumpulan lelaki itu menoleh ke sumber suara.
Reza berpamitan terlebih dahulu sebelum akhirnya menghampiri Sarah.
"Monica gak masuk kelas padahal masih ujian." Katanya memberitahu Reza.
Reza hendak menelpon namun Sarah mencegahnya.
"Percuma Za. Ponselnya gak nyala."
Dengan kebetulan Dimas melewati mereka membuat Reza berpikir bahwa anak tersebut mungkin melihat Monica.
"Oi!" Panggil Reza dengan kasar.
Dimas menghentikan langkahnya. Dia menoleh tanpa mengatakan apapun.
"Lu liat Monica gak di Apartemen?"
Sontak Sarah kebingungan.
"Gue gak liat tuh." Jawabnya malas lalu kembali berjalan meninggalkan sekumpulan orang yang mencari Monica.
Tiba-tiba saja Reza teringat sesuatu, ia ingat bahwa pemilihan Wali Kota sudah berakhir. Reza ingin segera meninggalkan sekolah namun tidak bisa karena ujiannya belum selesai.
Anak itu langsung mengerjakan lembar kerja ujian ketika guru baru saja meletakkan kertas tersebut di mejanya. Tidak ada waktu lagi, Reza sudah menyimpulkan bahwa pasti sesuatu yang buruk terjadi pada Monica.
Ketika siswa yang lain kesulitan mengerjakan ujiannya, Reza dengan mudah mengerjakannya tanpa harus membaca ulang soal ujian. Reza sudah paham dengan pertanyaannya sehingga mudah baginya untuk memilih jawaban. Lagi pula selama ini dia tidak pernah merasa kekurangan waktu bahkan sering kali kelebihan. Membuat Reza jenuh karena mengapa orang-orang lama sekali mengerjakan soal yang sangat mudah menurutnya.
Hanya kurun waktu 15 menit untuknya mengerjakan ujian. Reza langsung menyerahkan lembar jawabannya lalu pergi meninggalkan kelas padahal gurunya sudah mengomel untuk Reza tidak tergesa-gesa dengan jawabannya. Tapi anak itu sudah yakin bahwa jawabannya benar, bahkan sering kali Reza sengaja memberi jawaban yang salah agar ia tidak terlihat sempurna.
Reza melintasi ruang kelas ujian Monica. Di sana terdapat Kansa yang sedang diam, bersantai sendirian dengan buku novelnya.
Mereka bertatap muka namun tidak saling menegur.
Sepertinya Kansa juga sudah selesai mengerjakan ujiannya hari ini.
Sesampainya di kediaman Kresna. Jantungnya terasa sangat berdebar. Napasnya memburu ketika melihat keadaan rumah yang luar biasa berantakan. Rumah megah itu terlihat seperti sudah dijarah oleh seseorang.
Reza menyentuh gagang pintu lalu mendorongnya, menampakkan keadaan rumah yang jauh lebih parah dari keadaan diluar. Reza bisa mendengar suara berdecit dan juga irama dari kristal imitasi yang saling menabrak.
Kakinya melangkah beberapa langkah mencari keberadaan suara tersebut. Ia berjalan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara.
Hingga ia sampai di ruang utama. Ruang dimana tempat berkumpul keluarga.
Reza sedikit menengadah saat melihat chandelier bergoyang ke kanan dan juga ke kiri. Tampaknya lampu itu ditanam dengan sangat kuat bahkan bisa menopang tubuh seorang pria dewasa yang tergantung disana.
Reza memperhatikan tali yang mengikat leher pria tersebut. Tali itu diikat sangat kuat ke bagian besi lampu. Lalu perlahan matanya jatuh pada tangga lipat yang sudah berbaring di lantai bersama dengan barang-barang lainnya.
Raut wajahnya tidak memperlihatkan ekspresi apapun saat melihat jasad Kresna tergantung.
Tujuannya datang kemari adalah untuk mencari keberadaan Monica. Dia tidak peduli dengan pria yang tergantung di atas lampu tersebut.
Dia kembali melangkah mengikuti bercak darah yang mengarah ke belakang rumah. Bercak itu sampai pada pintu hitam yang terlihat ada bekas pukulan kapak. Sepertinya lelaki itu mencoba membuka paksa pintu tersebut.
Reza mencoba memutar gagang pintu lalu terdengar suara teriakkan.
Suara seorang perempuan yang berteriak memohon untuk tidak di siksa lagi. Suaranya sangat parau bahkan mungkin pita suaranya bisa saja rusak jika gadis itu mencoba untuk berteriak lagi.
Reza meraih kapak tersebut lalu mulai merusak pintu juga gagang pintu tersebut.
Dia yakin bahwa perempuan yang ada di dalam adalah Monica. Dan benar, gadis itu bersimbah darah dengan tubuh yang gemetar hebat. Matanya sembab memerah bahkan terdapat luka sayatan dilehernya.
Gadis itu terdiam saat melihat Reza. Dia lega karena itu bukan Kresna. Namun pusing di kepalanya sudah tidak bisa di tahan lagi. Di kepalanya terdapat serpihan kaca yang menancap.
Saat Reza menyambar tubuhnya, Monica langsung tidak sadarkan diri.
ooOoo
Police line terpasang di kediaman Kresna. Rumah tersebut menjadi sangat ramai setelah Reza menyelamatkan Monica.
Pihak kepolisian langsung tiba siang itu juga.
"Saat ini TKP masih terus di selidiki karena di temukan dua jenazah. Yakni sepasang suami istri. Belum diketahui apa penyebab kematian yang seben....."
Beritanya sudah masuk tv nasional.
Wajah Kresna dan Denand beberapa kali di perlihatkan. Permasalahan antara Kresna dan juga rekan kerjanya pun tidak luput dari media. Beberapa sumber sudah mulai menyimpulkan bahwa mungkin terjadi pembunuhan atau di claim depresi karena gagal mencalon.
Monica sebagai korban yang masih hidup pun menjadi sorotan. Wajah anak tersebut terpampang di berita menjadi berita politik paling panas.
Hanya gadis itu yang memiliki jawaban atas teka-teki yang terjadi di rumah Kresna.
Denand yang mendengar anaknya menjadi korban percobaan pembunuhan meminta keringanan untuk menjenguk sang anak dirumah sakit namun pihak polisi tidak mengizinkan. Sore ini Denand akan menjalani sidang. Maka dari itu ia tidak diizinkan pergi.
Sidang putusan dari majelis Hakim. Denand sudah mengetahui apa keputusan yang akan diberikan Hakim untuknya. Dia akan menerima dengan hati yang ikhlas. Karena mungkin putusan akhir dari persidangan bisa menyelamatkan anaknya yang sudah menderita sendirian di luar sana.
Lampu putih yang menerangi rumah sakit selalu terlihat biru dimatanya. Reza terduduk di kursi tunggu dengan lemas. Ia takut kehilangan Monica. Luka di tangan dan juga kepalanya menjadi luka yang sangat fatal di bandingkan sayatan kecil di lehernya.
Ia mendengar para pengunjung rumah sakit tengah membicarakan dirinya dan Monica.
"Ah! Benarkah anak itu yang menyelamat gadis di berita?"
"Iya betul! Dia datang sendirian sambil menggendong gadis yang di penuhi darah."
"Ah kasian sekali."
"Seandainya ayahnya tidak melakukan korupsi mungkin adiknya bisa menang sebagai Wali Kota."
"Ya aku rasa juga begitu."
Reza tidak peduli dan bahkan tidak mendengarkan lebih lanjut gunjingan dari pada pengunjung.
Jo menghampiri Reza yang berantakan. Seragam putihnya memiiki banyak bercak merah dari darah milik Monica.
Lelaki itu sudah menginap selama 4 hari di rumah sakit. Dan dokter mengatakan bahwa Jo sudah di perbolehkan untuk pulang.
Jo duduk di sebelah Reza tanpa mengatakan apapun. Mereka hanya terdiam satu sama lain. Niatnya mendatangi Reza hanya untuk menemaninya saja.
Dia tidak pernah melihat Reza selamas dan selesu itu. Seperti dia baru saja kehilangan semangat untuk hidupnya.
Reza baru bergerak dari posisinya ketika melihat Sarah tiba bersama dengan Dimas.
Akhir-akhir ini Sarah sering kali menempel dengan Dimas.
"Operasinya belum selesai?" Tanya Sarah.
Reza mengangguk.
"Bukannya lebih baik lu bersihin diri dulu?" Sarah bertanya walau sebenarnya gadis itu menyuruh agar Reza pulang dan mengganti pakaiannya.
Reza tidak menjawab. Dia menatap Dimas dengan tajam dan Sarah menyadarinya.
"Aduh. Gak usah berantem okay? Gue ajak Dimas karena dia bawa motor soalnya." Jelasnya pada Reza.
Sarah membawa Dimas karena ia melihat anak tersebut membawa sepeda motor. Tumben sekali, karena biasanya Dimas akan menggunakan sepeda ke sekolah. Kebetulan supirnya tidak bisa menjemput sehingga Sarah menggunakan kesempatan tersebut. Bahkan sebelum pergi ke rumah sakit Sarah meminta Dimas untuk berjanji padanya kali ini tidak akan berkelahi dengan Reza. Dan Dimas mengangguk malas mengikuti ucapan sang ketua kelas.
Semuanya menunggu di kursi dengan keadaan cemas.
Sarah menghembuskan napasnya.
"Kalo memang om sama tantenya Monica yang meninggal terus Monica bakal tinggal sama siapa? Kasian banget dia udah gak punya siapa-siapa." Ujar Sarah menatap lampu dengan sayu.
Tidak ada yang menjawab ucapan Sarah. Semuanya pun bingung dan merasa iba.
Gadis itu sudah tidak punya siapapun. Bahkan keputusan majelis Hakim mengenai ayahnya sudah keluar.
Tak lama dokter dan para suster keluar dari ruangan operasi. Mereka mengatakan jika operasi luka dari kepala dan juga tangannya sudah diatasi. Untuk sementara waktu Monica tidak bisa meninggalkan rumah sakit terlebih dahulu.
Sarah menoleh pada Dimas. Dan Dimas paham jika Sarah mengkhawatirkan ujian kelulusan Monica yang sedang berlangsung.
Setelah itu Monica dipindahkan ke ruang recovery.
"Za. Mending lu balik dulu deh. Bersihin dulu badan lu, biar gue yang jagain Monica disini."
Jo setuju, ia juga membujuk Reza namun remaja itu menatap Dimas. Dia tidak mau meninggalkan Monica bersama dengan Sarah dan Dimas.
"Gue udah suruh pelayan dirumah gue buat bawa baju ke sini."
Seharusnya hal seperti itu tidak membuat Sarah terkejut namun gadis itu terkejut juga. Bahkan manusia sekaya Sarah tidak akan memberi perintah seperti yang di lakukan Reza.
Dimas tidak memberi komentar apapun. Lagi pula Reza memang dibesarkan oleh orang kaya, maka dari itu dia bisa berbuat seenak yang dia mau.
"Gue balik ya." Kata Dimas pada Sarah.
"Seharusnya lu balik dari tadi." Gumam Reza pelan.
Dimas sudah berjanji pada Sarah untuk tidak berkelahi dengan Reza sehingga dia tidak menanggapinya.
"Ya udah. Gue juga balik deh kalo gitu. Kasih tau gue ya Za kalo Monica udah siuman."
Reza mengangguk setelahnya dua remaja itu berpamitan.
Jo masih senantiasa menemani abangnya tersebut. Walaupun dia masih tidak mengatakan apapun pada Reza. Jo sedikit canggung karena masalah beberapa hari yang lalu.
"Setelah blackphone ketemu, gue mau cabut dari Remora."
Bersambung.....
71Please respect copyright.PENANA8AJCg46Mpf