"Setelah black phone ketemu, gue mau cabut dari Remora."
Ucapan Reza bagaikan sambaran petir bagi Jo. Pasalnya tidak pernah terpikirkan oleh Jo jika Reza memilih mundur dari pada mengeluarkan dirinya.
"Lu lebih baik keluarin gue bang. Gue gak apa-apa kok kalo gue harus keluar dari Remora. Dari pada...."
"Orang-orang The Kings sama Plvtinum bisa ngincer lu kalo gue keluarin lu."
Jo menggelengkan kepalanya. "Enggak! Udah pasti orang-orang The Kings juga bakal ngincer lu, bang."
Sejujurnya Jo memiliki ketakutan yang di katakan oleh Reza. Bahwa dirinya menyadari jika komplotan The Kings pasti akan mengincarnya setelah Reza mengeluarkan dirinya dari Remora.
Jo tahu bahwasannya para unit pembunuh bayaran tidak akan membiarkan Jo meninggalkan organisasi tanpa pertanggung jawaban apapun. Untuk keluar dari kehidupan yang gelap tidak mudah karena para ketua dari masing-masing kelompok tahu jika kemungkinan terbesarnya adalah mereka akan menyebarkan informasi pada aparat atau bisa saja membuat kelompok baru dan melakukan pengkhianatan.
Pengkhianatan sering terjadi di kelompok mafia bahkan mengakibatkan pembantaian.
Jo semakin dalam menundukkan kepalanya. Dia tidak punya siapapun di dunia ini, maka tidak akan ada yang merasa kehilangan dirinya jika dia di incar oleh para pembunuh Plvtinum.
Reza menyentuh bahunya dan mengatakan. "Gue janji, kita bisa nemuin black phone minggu ini."
Jo terlempar pada masa-masa saat dirinya menjadi gelandangan setelah ibunya di perkosa oleh para preman pasar.
Ibunya adalah seorang kupu-kupu malam terkenal di daerah pemukiman kumuh yang berada di dekat Istana Kepresidenan. Sangat tergambar jelas perbedaannya.
Daerah kumuh Yujha yang menjadi pusat tempat tinggal orang miskin di Kota Belia. Yujha menjadi daerah yang selalu di janjikan akan di perbaiki oleh pencalon Presiden namun pada akhirnya di abaikan juga.
Hanya sebuah janji agar para rakyat yang hidup di sana memilih mereka yang memiliki janji.
Bahkan hingga akhirnya orang-orang di sana tidak lagi berharap kepada Pemerintah.
Mereka menjadi lebih berharap pada orang-orang yang berbaik hati yang setiap bulan memberi mereka pasokan makan. Sebelum akhirnya orang tersebut di tahan polisi dan di nyatakan bersalah karena melakukan korupsi. Bahkan pahlawan bagi orang miskin itu akan di hukum mati.
Saat usianya 14 tahun. Jo berlari setelah mencuri sandwich pria kantoran yang dengan ceroboh meletakkan kantung makannya di keranjang sepeda.
Anak itu sudah tidak makan selama 3 hari. Sebelumnya Jo memakan makan sisa yang di buang ke tong sampah dan juga meminum air hujan. Tubuhnya kurus dan lusuh, bahkan aroma tubuhnya tidak sedap karena sudah tidak mandi selama lebih dari 3 bulan setelah ibunya meninggal dunia.
Jo berlari sembari memakan sandwich tersebut. Tidak apa-apa jika dirinya tertangkap setidaknya dia sudah memakan sandwich curiannya. Sedikitnya dia akan punya tenaga untuk menahan diri saat pria itu memukulinya nanti.
Namun Sandwich nya terjatuh ketika tubuh kecilnya menabrak tubuh seorang lelaki.
Jo langsung menengadah dan terdiam ketika matanya menatap bola mata merah yang melihatnya dengan tajam.
Dia adalah Reza.
Jas cokelatnya dikotori oleh krim sandwich.
Jo tidak mengatakan apapun karena takut oleh tatapan lelaki dihadapannya. Dia memutar otaknya dengan cepat. Anak itu berlindung di punggung si lelaki bermata merah. Meminta bantuannya agar seseorang yang mengejarnya berhenti mengejar.
Pria itu menyadari jika bocah yang dikejar olehnya berada di belakang tubuh Reza.
"Saya harus membawanya ke kepolisian. Dia mencuri makanan saya." Katanya dengan napas yang terengah-engah.
Reza memperhatikan menampilan pria di hadapannya. Sepertinya pria tersebut hanya ingin mendisiplinkan anak di belakangnya, dia tidak peduli dengan makanannya yang di curi.
"Ya, anda bisa membawanya." Jawab Reza menggeser tubuhnya agar pria tersebut bisa membawa Jo.
Jo akan pergi untuk kabur lagi namun Reza menarik kerah belakangnya.
"Hei. Kamu harus menerima hukumannya. Aku akan menebusmu di kepolisian nanti." Ucapnya mendorong tubuh Jo kepada lelaki tersebut.
Dan benar, Reza menepati ucapannya jika dia akan menebus Jo.
Reza datang bersama dengan Simon membawa Jo pergi setelah menyelesaikan hukuman selama satu minggu.
Simon menawarinya untuk bergabung dengan kelompok yang baru saja di buat oleh Reza. Pria gondrong itu menjamin jika kehidupan Jo akan membaik setelah bergabung dengan Reza. Dan Jo mengangguk, setidaknya dia tidak akan kelaparan lagi.
Matanya menatap kedua tangannya yang di balut oleh perban. Jo tersenyum kecil, bahkan sampai sekarang dirinya belum bisa membalas kebaikan Reza. Dia hanya menjadi beban untuk lelaki yang sudah menyelamatkan hidupnya. Hingga masalah sekarang pun, Reza berusaha untuk melindungi dirinya lagi.
ooOoo
Setelah membersihkan diri, Reza duduk di kursi kecil yang ia tarik dari pojok ke dekat Hospital Bed. Reza menyentuh tangan Monica lalu menggenggamnya.
Dia termenung memikirkan ucapan paman Dom.
"Sebelum terlalu jauh lagi. Lebih baik keluar....
"Jika tidak bisa menglindunginya maka aku melepasnya. Setidaknya dia bisa berbahagia dengan lelaki yang jauh lebih baik dari diriku."
Dia masih tidak bisa melepaskan Monica. Reza juga tidak mau jika Monica harus berbahagia dengan pria lain.
Monica akan menjadi sebatang kara, sehingga Reza memutuskan bahwa dirinya sudah mantap untuk keluar dari organisasi gelap yang selama ini ia ikuti. Setelah ponsel malapetaka itu ditemukan Reza akan melepas posisinya sebagai Ketua Remora.
Dia akan mendengarkan ucapan paman Dom. Reza akan menjadi anak yang berbakti dan juga menjadi suami yang baik untuk Monica. Dia berjanji akan melindungi gadis tersebut dan tak memperbolehkan siapapun menyentuh apalagi menyakiti Monica.
Reza menoleh pada gerakan tangan seorang wanita di jendela. Itu adalah Maya, ibunya.
Beliau berkunjung bersama sang suami setelah mendengar dari pelayan jika Reza memerintahkan pelayan tersebut untuk membawa pakaian ke rumah sakit.
Reza melepaskan genggamannya. Remaja itu keluar dari ruangan menghampiri kedua orang tuanya. Reza menceritakan semua kejadian yang terjadi hari ini pada Monica.
Tuan Atma memperhatikan mata anaknya yang sayu kelelahan.
"Anak yang malang." Gumam Maya sembari melihat Monica yang terbaring bagaikan putri tidur. Rambutnya terurai rapih. Tubuhnya lebih pucat dari kulit aslinya. Di tangan kirinya terdapat jarum dengan selang panjang mengarah ke labu infus.
"Rezan mau melanjutkan ujian kelulusan bersama Monica." Pernyataannya membuat Maya sedikit terkejut.
"Rezan!" Tegurnya pelan namun Adiatma mengangguk.
"Papih akan berbicara dengan pihak sekolah."
Dan Maya tidak bisa melakukan apapun jika suaminya sudah menyetujui keinginan sang anak. Maya tidak masalah jika Rezan akan sepenuhnya melakukan effort untuk Monica hanya saja dia sedikit tidak setuju jika Reza menunda ujian kelulusannya. Karena bagaimana pun itu berpengaruh untuk masa depannya.
Maya kembali menatap jendela yang tembus pandang. Wanita itu kembali memperhatikan Monica. Dia tidak menyangka jika anaknya akan sangat menyukai Monica sedalam itu.
1 jam berlalu setelah ke pergian ke dua orang tua Reza.
Reza berbaring di atas sofa dengan laptop yang menyala. Laptop tersebut menayangkan tayangan berita live mengenai kasus Kresna yang masih berlangsung. Pihak Kepolisian bersama dengan Detektif dan Alhi Forensik menyatakan bahwa kematian dari istri Kresna karena di eksekusi oleh suaminya sendiri. Wanita tersebut sempat di pukuli terlebih dahulu sebelum akhirnya di cekik.
Sidik jarinya terdapat pada jasad sang istri.
Lantas kematian Kresna sendiri masih belum di ketahui penyebabnya karena mereka harus bertanya pada satu-satunya saksi mata. Yaitu Monica.
Seorang polisi perempuan datang ke ruang inap Monica.
Perempuan berseragam itu terkejut karena ada dua pria lelaki bertubuh besar menjaga pintu masuk ruang inap Monica.
Dengan sopan dia memperkenalkan diri dan juga menyampaikan tujuannya.
Reza melihat dari celah jendela kecil yang terdapat di pintu. Dia memperhatikan petugas polisi yang sedang mengobrol dengan penjaganya.
Dugaannnya benar jika polisi pasti akan datang ke rumah sakit.
Tanpa mengeluarkan effort apapun dan sepertinya para penjaga bekerja dengan baik, petugas polisi itu pergi.
Reza keluar dari ruangan dan menanyakan apa yang dilakukan polisi tadi.
Mereka berkata jika kedatangan polisi tersebut untuk mengecek keadaan Monica. Karena jika sudah siuman Monica harus segera pergi ke kepolisian untuk menjalankan interogasi. Mata birunya jatuh pada sebuket bunga Krisan.
"Petugas polisi tadi membawa ini untuk nona Monica." Ujar penjaga.
Reza mengambil bunga tersebut lantas kembali masuk ke dalam ruangan.
Ia mendapati Monica sudah terbangun sembari terduduk di atas ranjang.
Sementara itu di waktu yang sama namun berbeda tempat.
Sorot cahaya matahari masuk dari celas jendela yang tertutup tirai. Ketika cahaya matahari itu menyempit maka akan terlihat debu yang mengapung seperti butiran kristal.
Dimas membuka tirai tersebut membuat cahaya sore masuk sepenuhnya ke dalam ruangan Apartemen.
Ada perasaan gundah di dalam dirinya. Dia tidak pernah menyangka jika Monica mengalami kehilangan yang bertubi-tubi. Dimas merasa bersalah karena sudah menyiksa gadis itu.
Tidak terbayangkan bagaimana keadaan Monica setelah gadis itu terbangun dari tidurnya dan mengetahui bahwa dia akan menjadi sebatang kara di dunia ini. Dimas baru saja berpikir bahwa gangguan yang di torehkan oleh nya membuat Monica semakin terpuruk padahal sampai detik ini Papa nya baik-baik saja. Bahkan karirnya tidak terganggu sama sekali. Lantas mengapa saat itu dirinya sangat marah dan membenci Monica.
Dimas menghembuskan napasnya.
Ia teringat dengan Papanya. Mungkin seharusnya dia berbaikan dengan Kenta. Dimas takut jika dia tidak ada saat kehilangan kedua orang tuanya.
Apalagi dia harus melindungi keluarganya dari parasite seperti Karin.
Dimas meneguk secangkir air putih. Tangannya menggulir layar ponsel. Dimas membaca pesan dari Kansa. Temannya itu membatalkan janji temu dengan Dimas yang akan pergi ke butik untuk membuat tuxedo.
Kansa mengatakan jika Jum'at malam ia harus pergi ke rumah neneknya.
Dan Dimas tidak mempermasalahkan hal tersebut. Dia bisa pergi bersama Rehan.
Besok adalah ujian terakhir dan Dimas sudah mulai memikirkan Akademi Kepolisian yang akan dia ambil setelah lulus sekolah.
Dimas sudah memantapkan diri jika ia akan pulang ke rumahnya besok siang.
Anak itu akan memperbaiki hubungannya dengan sang Papa, Kenta dan mungkin akan memikirkan cara untuk mulai bersikap baik pada Monica.
Bersambung.....
65Please respect copyright.PENANAm25Q0gFbdZ