Sebuah fiksi yang dirancang oleh penulis itu sendiri. Alur yang dituangkan didalam cerita murni ide penulis. Jika ada kesamaan dalam nama, tempat hanyalah kebetulan. Dilarang keras untuk membawa perasaan terhadap kejadian yang tidak masuk akal. Selamat membaca. –M
Kansa sudah mendapatkan bahan kain pilihannya untuk di jadikan sebuah pakaian prom night. Setelah melakukan pengukuran seluruh tubuh, Kansa menghampiri Dimas yang sedang terduduk memperhatikan televisi.
Anak lelaki itu menikmati berita dengan seksama.
Kansa tidak mengerti mengapa Dimas sangat suka menonton berita padahal menurutnya berita itu menyeramkan dan bisa membuatnya mual. Tidak ada alasan khusus, yang pasti siaran berita sangatlah membosankan.
Ia bergabung di sebelah Dimas yang masih saja dengan fokus mendengarkan seorang presenter berbicara.
'Terjadinya penjarahan di wilayah pusat perbelanjaan terbesar yang berada di Kota Belia. Tiga orang pelaku sudah di ringkus sementara enam orang lagi menjadi buron. Hal ini disebabkan oleh lapangan pekerjaan yang semakin rendah di Kota Belia belum lagi jumlah migrasi dari Kota lain semakin bertambah. Beruntungnya tidak ada korban jiwa dari kejadian......'
Hingga akhirnya Kansa mendengarkan berita tersebut.
"Apa yang bakal lu lakuin di saat Kota Belia mulai gak stabil?" Pertanyaan mendadak Dimas membuat Kansa terdiam cukup lama.
Ia memiringkan kepalanya. "Mungkin... mungkin gue bakal pindah ke Ibu Kota. Keadaan disana jauh lebih di perhatikan oleh pemerintah." Jawabnya dan Dimas menyetujui ucapan Kansa.
Mungkin saja pada akhirnya para penghuni asli Kota Belia juga akan berpindah tempat ke Kota yang lebih menjamin masa depan namun hal tersebut juga bisa saja tidak terjadi jika Wali Kota dan Gubernur yang baru bisa menangani ketegangan yang terjadi di Kota Belia.
Berita kembali memberikan laporan mengenai beberapa massa yang sudah menyiapkan diri untuk melakukan protes mengenai hukuman mati yang di tetapkan untuk Denand Candera. Pada akhirnya para massa yang sudah di bantu Denand membuka mulut, mengatakan jika Denand tidak sepatutnya di hukum mati. Apa yang dilakukannya untuk para rakyat miskin bukanlah suatu kejahatan walaupun sebenarnya dia menghasilkan uang dari cara yang salah.
Mulai senin depan mereka akan melakukan aksi protes di depan Gedung Biru. Saat ini para massa sedang mengumpulkan seluruh masyarakat yang akan ikut berpartisipasi.
Dimas semakin di buat merasa bersalah ketika dia menggunakan perasaannya saat mendengarkan berita yang baru saja di infomasikan.
Apa yang sudah dilakukan ayahnya Monica memang tidak lah sepenuhnya salah, dia hanya mencoba untuk membantu para manusia yang kelaparan diluar sana. Bahkan hal tersebut bukanlah tanggung jawab Denand Candera sebagai warga sipil biasa.
Awalnya para rakyat bungkam karena takut terseret dan masuk ke dalam sel tahanan tetapi mereka berpikir jika Denand tidak akan mungkin di beri hukuman mati. Mereka tetap menaruh harapan pada Denand jika suatu saat pria itu keluar dari penjara. Nyatanya hakim memilih memberi hukuman mati untuk kasus Denand yang memiliki tindak criminal berlapis.
Sebagian masyarakat yang di bantu oleh Denand adalah orang-orang yang memberi voting untuk Kresna. Mereka juga menaruh sebuah harapan pada adiknya Denand tersebut, mereka mempercayai Kresna karena di dasari oleh kebaikan sang kakak terhadap para orang miskin. Mereka percaya jika Kresna akan membantu ekonomi rakyat menengah bawah tapi sayang lagi-lagi mereka kehilangan harapan.
Hingga akhirnya mereka akan turun tangan untuk melindungi pahlawannya. Mereka akan memohon kepada Presiden untuk mempertimbangkan hukuman bagi Denand.
Dan hal tersebut menjadi sebuah masalah bagi para anggota pemerintah.
Presiden Wilona Brown Davis mendengarkan berita tersebut di dalam mobil.
"Selama para massa melakukan aksi protes lebih baik anda beristirahat di pondok Bernhil." Ujar Paspampres.
"Bersihkan pondoknya." Perintah Presiden, Wilona memasang kacamatanya lalu mencoba untuk tidur sejenak.
Pemerintah di negara Evhanko menjadi berita mancanegara untuk saat ini pasalnya pemerintahan di negara tersebut diberitakan memiliki sistem yang buruk. Mereka di cap sebagai negara yang tidak becus mengurusi rakyatnya sendiri. Bahkan mereka membiarkan Kota Jengga terbengkalai tanpa melakukan pengelolaan ulang, hanya karena sebuah gunung berapi, Kota Jengga menjadi kota yang mati.
Mereka lebih sibuk memperbaiki Ibu Kota Mcvern, menjadikan Ibu Kota sebagai pusat satu-satunya wajah yang selalu di pamerkan ke negara lain.
Dan saat ini mereka merasa dirugikan oleh seorang warga sipil biasa, seorang warga sipil yang selama ini membantu perekonomian orang-orang miskin yang keberadaannya di abaikan oleh pihak negara.
Diluar rencana Dominic jika masalah Denand rupanya membuat wajah para anggota pemerintah malu ketika di sorot oleh media dan konyolnya mereka di permalukan oleh satu orang yang notabenenya adalah manusia biasa. Tidak seperti mereka yang dianggap sebagai manusia yang berpengaruh yang bisa merubah keadaan negara.
Dominic tersenyum sembari meletakkan cerutunya. Pilihannya menjadikan Denand sebagai tumbal adalah hal yang benar. Denand tidak hanya mengalihkan isu mafia yang ada di Kota Belia tetapi dia juga mengguncang satu negara karena kebaikkannya.
ooOoo
Sepulang dari perbatasan Reza berpisah dengan Ubud di persimpangan jalan. Reza langsung menjemput Jo untuk menyerahkan Black phone sekarang juga.
Sebuah gedung pencakar langit berdiri dengan kokoh bersama dengan gedung-gedung tinggi lainnya. Lampu-lampu yang di gunakan di gedung itu berwarna orange dan merah, seluruh bangunannya terbuat dari kaca. Saat langit mulai gelap gedung itu akan mulai bercahaya dan tampak seperti gedung yang terbakar kobaran api.
Orang-orang menyebutnya Verbrannt yang dalam bahasa Jerman adalah terbakar.
Reza memperlihatkan kartu membernya ketika hendak memasuki basement. Ini adalah kali ketiganya Reza berkunjung ke Verbrannt. Dia adalah salah satu bagian dari VIP yang dimiliki oleh perusahaan.
Di lobi Reza di hampiri oleh seorang wanita yang bertugas untuk menanyakan keperluan setiap pengunjung. Jo langsung mengambil alih agar Reza tidak harus repot mengeluarkan suaranya, lagi pula Reza adalah ketuanya.
"Kunjungan Bisnis?" Tanya wanita tersebut.
"Ya. Kami disini untuk kunjungan bisnis." Jawab Jo tersenyum dengan tatapan yang menggoda.
Wanita itu mengangguk sembari membalas senyuman genit Jo.
Mereka memasuki lift sebelah kanan, petugas itu menekan tombol no 11 yang berwarna keemasan.
Saat lift terbuka Reza bertemu dengan rekan bisnisnya yang hendak pergi.
Jo membungkukkan tubuhnya memberi hormat sementara Reza hanya menganggukkan kepala saja untuk memberi salam.
Reza tidak mengatakan apapun, dia langsung keluar dari lift tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.
"Apa yang dilakukan anak ingusan itu disini?" Tanyanya pada petugas wanita.
"Mohon maaf. Saya tidak bisa memberikan info apapun tuan." Ujarnya menutup lift.
Reza mendaratkan bokongnya di kursi empuk yang berlapiskan kulit premium. Aroma wiski tercium pekat di hidungnya. Reza tidak bisa berbasa-basi lagi. Ia menyerahkan ponsel pada lelaki gondrong yang sebelumnya kita sudah mengetahui siapa dia.
Dia adalah pria berkulit gelap dengan tato di sekujur tubuhnya, ketua dari kelompok criminal Plvtinum yakni Simon Brad.
Reza meletakkan Black phone tersebut di meja kayu mengkilap milik Simon.
"Masih ada waktu 1 hari lagi." Katanya membuka bungkusan ponsel.
"Anda tahu bahwa saya bisa bekerja dengan cepat." Ujar Reza dengan bangga.
"Itu sebabnya saya suka dengan kinerja dari ketua Remora yang selalu memilih untuk turun tangan sendiri ketika anggotanya tidak becus bekerja." Simon menyindir Jo dengan keras.
Setelah berbincang selama 15 menit keduanya keluar dari ruangan dan meninggalkan gedung Verbrannt.
Di dalam mobil Jo merasakan sesuatu yang tidak enak di hatinya. Dia jauh lebih merasa nyawanya sangat terancam ketika sudah meninggalkan gedung merah tersebut. Bocah itu tidak menyangka jika Reza akan melakukan sesuatu hal yang berbahaya.
Simon berteriak sangat kencang bahkan ia melempar semua barang yang bisa di raih oleh tangannya. Emosinya memuncak, Simon meremas kepalanya. Matanya memerah dan urat-urat di sekujur tubuhnya menampakkan diri. Napasnya memburu, saat ini dia tidak bisa berpikir dengan jernih. Dia terlalu takut jika Dominic mengetahui Reza telah melakukan ancaman terhadap pihak kelompok Plvtinum.
Reza menyatakan bahwa dia dan Remora mengundurkan diri dari perusahaan. Kini Remora tidak ada hubungannya lagi dengan The Kings. Dia juga mengatakan jika perusahaan berani mengganggu Remora maka semua salinan yang ada di flashdisknya akan Reza sebarkan, semua bisnis yang terkait pun akan terbongkar seiring berjalannya waktu.
Untuk mundurnya Remora dari bagian perusahaan memang diperlukan sebuah ancaman karena jika tidak orang-orang perusahaan akan mengincar dan mengacam nyawa anggota Remora. Maka Reza akan mengancam Simon dan Plvtinum terlebih dahulu.
Bisnis Verbrannt sangat rentan ketahuan karena The Kings, Plvtinum dan Remora saling berkaitan. Sehingga itu sebabnya jika salah satu kelompok tercium kejahatannya maka akan mati lah Verbrannt sebagai perusahaan yang mengatur bisnis gelap tersebut.
Namun, sepertinya Reza sudah membuat keputusan yang ceroboh.
"Lu gila bang! Mau makan dari mana kita kalo bukan dari bisnis yang dikasih sama perusahaan?"
"Sejak awal gue gabung bukan buat jadi anggota motor biasa! Gue gabung karena gue butuh duit dan jualan obat-obatan itu yang paling cepet buat hasilin duit setelah jual diri!"
"Penghasilan terbesar kita tuh dari jualan meth bukan dari buka bengkel motor!"
"Lu enak lu anak orang kaya! Lah kita? Kita cuma gembel dijalanan! Awalnya gue ngerasa beruntung bisa ketemu lu tapi sekarang apa? Lu bahkan gak bisa kasih kita duit."
Reza memindahkan pajangan pion ratu catur yang dia buat secara custom untuk menghiasi mejanya. Setelah menggeser benda tersebut, ia memandangi wajah setiap anggota Remora dengan seksama.
"Gue gak akan ngelarang siapapun dari kalian yang mau bergabung dengan Verbrannt. Lakukanlah, jika itu pekerjaan yang kalian butuhkan.......,"
Remaja itu bangkit dari duduknya lalu melangkah menatap lukisan rusa. "Gue gak bisa ambil resiko lagi kalo harus ada anggota yang terluka karena perusahaan."
Ubud yang terlihat sangat pucat karena belum menghirup meth menjadi sangat temperamental terlebih rahasia yang disimpannya mengenai pembunuhan polisi di perbatasan, bahkan ini bukan akhir yang dia inginkan. Dia masih belum membeli rumah impiannya dan belum mengumpulkan orang-orang untuk bergabung di kelompok kriminalnnya sendiri.
"Lu berubah Za! Lu berubah semenJAK KETEMU CEWE SIALAN ITU!" Ubud langsung mencengkram kerah pakaian Reza. Matanya merah, entah sakau atau karena ingin menangis karena ketuanya sudah berubah yang pasti Reza langsung melepas cengkraman tersebut.
"Ini gak ada hubungannya sama Monica." Ujar Reza menegaskan.
"Bohong! Gue tau apa yang ada diisi hati lu, lu takutkan kalo suatu saat Monica di incar sama orang-orang perusahaan? Itu sebabnya lu milih keluar dari Verbrannt karena lu tau kalo Monica bisa aja mati. Sementara kita? Lu bahkan gak mikirin apa yang bakal terjadi sama kita semua setelah keputusan konyol lu itu! Kita semua bahkan mungkin bisa lebih dulu mati dari pada pelacur sialan it....."
Reza menghantam mulut Ubud dengan tangannya. Dia jauh lebih marah ketika Ubud dengan tidak sopan mengatakan Monica sebagai pelacur.
Ubud terjatuh ke lantai, tidak ada yang mau membantunya. Para anggota memilih diam ketika Reza berada di puncak amarah.
Reza menarik jaket yang di pakai oleh Ubud. "Benar! Gue bahkan mungkin bisa ngebunuh lu sekarang. Kalo gue mau." Reza melepas jaket tersebut membuat tubuh Ubud kembali menyentuh lantai.
Mulutnya di penuhi oleh darah dan bahkan giginya terasa akan segera copot.
Reza kembali memandangi semua anggota Remora. Tujuannya adalah melindungi mereka semua namun ternyata para anggota tidak satu kepala dengannya. Reza hanya tidak ingin jika mereka semua terluka, tertangkap atau bahkan mungkin mati konyol karena bekerja pada Verbrannt.
Perusahaan itu adalah sarang bisnis criminal dan anggota Remora adalah para anggota termuda yang dimiliki Verbrannt sehingga pikiran mereka mudah di manipulasi dan bahkan memiliki semangat yang luar biasa untuk menghasilkan uang karena dasarnya mereka adalah anak-anak jalanan yang tidak punya masa depan cemerlang. Di pikirannya adalah bertahan hidup dan menghasilkan uang dengan cara apapun.
"Kalian yang setuju keluar dari perusahaan bisa tetap tinggal disini." Katanya kembali duduk di kursi singgasananya.
Jo menghembuskan napasnya ketika satu persatu anggota mulai keluar dari ruangan. Mereka yang memilih keluar dari ruangan adalah para anggota yang sedari awal memang tidak bergabung untuk sebuah kekeluargaan tetapi sebagai pemanfaatan.
Reza hanya mendapatkan 4 orang saja yang tetap tinggal di ruangan. Sisanya memilih keluar dari ruangan dan tetap bergabung dengan Vebrannt atau mungkin mereka juga bisa saja membuat aliansi baru. Reza tersenyum ketika melihat bahwa ke empat orang tersebut adalah orang-orang yang memang sedari awal bersamanya membentuk Remora. Mereka adalah Jo, Sean yang kemarin baru saja keluar dari rumah sakit lalu Ian dan Bastian dan mungkin saja menjadi 5 anggota jika Saka sudah pulih dengan total.
"Udah saat nya Remora yang asli berkumpul.."
Bersambung....
34Please respect copyright.PENANAkEn5MpdoHm