Sebuah fiksi yang dirancang oleh penulis itu sendiri. Alur yang dituangkan didalam cerita murni ide penulis. Jika ada kesamaan dalam nama, tempat hanyalah kebetulan. Dilarang keras untuk membawa perasaan terhadap kejadian yang tidak masuk akal. Selamat membaca. –M
CHAPTER KALI INI MENGANDUNG KEKERASAN YANG CUKUP BRUTAL.
Setangkai mawar putih berada di genggaman Monica. Gadis itu terduduk dengan canggung di kursi cokelat taman rumah sakit jiwa.
Tidak ada sepatah kata pun dari mulut Monica dan seorang lelaki disebelahnya.
Lelaki yang diharapkan Monica tidak kunjung tiba, sebaliknya Dimas yang tidak diharapkan sama sekali justru muncul dihadapannya.
Mengunjungi Monica, bahkan dengan repot-repot membawakan sebuah mawar. Tidak seperti Dimas yang di kenal oleh Monica.
Sejak pertama kali melihat wajah Dimas, Monica langsung teringat dengan bola basket dan bola baseball. Dia juga teringat perkelahian Dimas dan Reza di kantin lalu ingatannya merambat pada seorang perempuan yang pernah mencoret wajahnya dan melukai tangannya. Monica sudah lupa dengan nama gadis tersebut.
Tetapi ingatannya pada Dimas sangatlah kuat.
Beruntung Dimas menemui Monica ketika gadis tersebut sudah diberi obat oleh perawat.
Monica bisa sedikit tenang walaupun tubuhnya kaku karena takut.
Dimas memperhatikan Monica yang sedang menatap lurus.
Lelaki itu menggaruk belakang lehernya tidak tahu harus berkata apa, bahkan rasanya ia sudah terhipnotis karena bisa berada di Mcvern hanya untuk mengujungi Monica.
Tanpa disadari olehnya ia mulai menaruh perhatian terhadap Monica ketika Denand menitipkan anaknya pada Dimas.
Sebelum pergi ke Mcvern, Dimas mengunjungi penjara dengan tujuan untuk bertanya mengenai ayahnya yang hilang kepada polisi yang lain dan sayang masih belum ada jawaban mengenai Kenta yang hilang.
Di lorong saat dirinya berencana pulang ia bertemu dengan Denand yang ditemani oleh satu petugas polisi dan sang pengacara.
Tampaknya pengacara itu mengetahui jika Dimas satu sekolah dengan Monica. Sehingga secara mendadak mereka melakukan pembicaraan di lorong.
Denand berkata jika sampai hari eksekusi ia tidak diizinkan untuk bertemu dengan sang anak. Denand tidak beri kesempatan untuk keluar dari penjara hanya untuk menemui Monica yang saat ini kejiwaannya tengah terganggu.
Pria dewasa tersebut tidak tahu jika selama ini Dimas sudah begitu jahat terhadap anaknya, dia menganggap Dimas sebagai anak lelaki yang baik karena pengacaranya mengatakan jika Dimas adalah anak dari salah satu polisi yang bekerja disini.
Denand meraih tangan Dimas dan memohon untuk menjaga Monica. Dengan mata yang berkaca-kaca Denand meminta pada Dimas untuk mau menemani anaknya selama dirinya tidak ada disisi gadis tersebut. Sementara Dimas tidak bisa mengatakan apapun bahkan ia sadar diri jika dirinya tidak bisa menjaga Monica. Ia tidak mungkin 'punya muka' untuk tiba-tiba menjadi manusia yang baik bagi Monica. Bahkan bisa saja Monica berpikir yang lain ketika dirinya berubah menjadi baik padanya.
Belum sempat Dimas mengatakan apapun, petugas polisi sudah memaksa Denand untuk kembali berjalan menuju sel. Hingga akhirnya pemintaan Denand tersebut menjadi beban yang sangat dipikirkan oleh Dimas.
Sampai akhirnya ia pergi ke ibu kota hanya untuk melihat keadaan Monica di Mcvern, lebih tepatnya di rumah sakit jiwa Julius.
Dengan susah payah Dimas menelan ludahnya. "Gue minta maaf karena selama ini udah jahat sama lu." Ujarnya membuat Monica merinding.
Tidak pernah terpikirkan oleh Monica jika keadaan seperti ini terjadi padanya. Ia tidak pernah berharap jika suatu saat Dimas akan meminta maaf pada dirinya seperti sekarang. Apa yang terjadi sekarang benar-benar tidak pernah Monica bayangkan.
Dengan bayang-bayang kekejaman Dimas terhadapnya selama ini, Monica tidak percaya dengan kata-kata penyesalan Dimas.
Monica menunduk menatap mawar putih pemberian Dimas. Perlahan tangannya meremas tangkai bunga tersebut. Semakin tertusuk duri, maka semakin sulit juga Monica bernapas. Gadis itu meremas tangkai bunga dengan sangat kencang, Monica tidak merasakan sakit sama sekali melainkan ia langsung teringat dengan semua kejadian buruk yang menimpa padanya.
Ingatan kejahatan Dimas dan juga sang paman menjadi satu. Menjadi kengerian yang membuat Monica mual.
Matanya kabur luar biasa namun pikirannya dengan jelas menampakkan memori kebengisan wajah Kresna dan Dimas yang seperti hewan buas.
Dari mulutnya keluar air terjun dengan aroma tidak enak. Monica muntah dan jatuh tak sadarkan diri.
Dengan panik Dimas merengkuh tubuh Monica, beberapa kali ia memanggil nama gadis tersebut mencoba menyadarkan Monica yang pingsan. Ia celingukan mencari petugas yang sedang berkeliaran namun sayang tidak ada siapapun. Sehingga Dimas mengangkat tubuh Monica untuk membawanya masuk ke dalam rumah sakit. Tangannya yang menggenggam setangkai bunga perlahan melonggar.
Mawar itu jatuh ke tanah dan terinjak oleh Dimas.
Darah segar mengucur dari telapak tangan Monica membuat tetesan darah tersebut berjatuhan.
Di Kota Belia.
Reza mengedipkan matanya ketika cipratan darah mendarat di wajahnya yang aristokrat. Tangannya menggenggam kunci inggris yang sudah berlumuran darah.
Matanya yang merah melirik seseorang yang sedang bersembunyi di balik pepohonan.
Desiran angin sangat kencang dan mencekam. Hembusan angin menyapu awan biru yang cerah menjadi gelap. Rintikan hujan mulai jatuh ke bumi.
Reza masih memperhatikan seseorang yang sedang ragu-ragu keluar untuk kabur dari jangkauannya.
"Siapa yang mengirimmu?" Tanya Reza sembari menghapus noda darah yang ada diwajahnya.
Reza baru saja membantai dua orang misterius yang hampir menabrak mobilnya menggunakan truk Trailer. Perjalanannya menuju ibu kota tidak berjalan dengan baik, beruntung dirinya masih bisa selamat ketika mobilnya nyaris menabarak pohon besar yang sudah tumbang tertidur di tengah jalan.
Sepertinya ada seseorang yang menginginkan Reza untuk mati.
..
BRZ miliknya sangat handal ketika melakukan drift, sehingga ia lolos dari tabrakan dan melaju ke lahan tanah perhutanan. Reza memaksakan mobilnya untuk melaju di hutan yang memiliki banyak sekali pepohonan.
Para pengendara truk turun dan berlari mengejar Reza yang menggunakan mobil.
"Bego." Desis Reza ketika melihat ketiga orang tersebut dengan susah payah berlari. Mereka menembaki mobil Reza. Membuat ban mobilnya bocor tetapi kali ini Reza benar-benar merusak mobil pemberian papahnya. Ia menginjak gas, mengejar balik ketiga lelaki tersebut dengan mobilnya.
Reza tidak akan memberi ampun ketiga lelaki misterius tersebut. Dia mengincar satu persatu untuk ia tabrak terlebih dahulu. Setelah semuanya terkapar, Reza menghentikan mobilnya.
Dia meraih kunci inggris yang selalu disimpan di bagasi.
Perlahan, melangkah mendekati lelaki berkupluk hijau tua yang kaki kanannya dilindas oleh mobil Reza.
Pria yang akan menjadi korban Reza sudah cukup berumur tetapi itu tidak membuat Reza iba. Ia langsung memukul kepala lelaki tersebut. Bahkan ketika lelaki itu berteriak kesakitan Reza menyumpal mulut lelaki tersebut menggunakan tanah. Reza memasukkan tanah hingga yang tadinya lelaki itu batuk-batuk karena tersedak menjadi diam.
Lelaki itu masih mencoba untuk menyelamatkan diri dari Reza. Tangannya mencoba berontak namun Reza langsung meremukkan kedua tangan lelaki tersebut.
Pria itu hanya bisa memberi reaksi melotot ketika kesakitan. Saat kakinya mencoba untuk bergerak, Reza memukul kedua tulang pergelangan kaki lelaki tersebut.
Ngilu luar biasa, ia tidak bisa melakukan apapun kecuali melotot menangis.
Setelah pergelangan kaki, Reza beranjak ke tulang lutut. Tanpa aba-aba, Reza mengayunkan kunci inggrisnya.
Satu..duaa..tigaa dan seterusnya ,Reza memukuli kedua tulang lutut lelaki tersebut hingga remuk dan terpisah dari bagian paha.
Reza melirik di ekor mata, perlahan mulutnya melengkung tipis. Ia senang ketika korbannya tidak mengeluarkan suara sama sekali ketika dirinya tengah beraksi.
Pria itu menangis, mata dan juga wajahnya mulai memerah. Reza menarik kupluk tersebut hingga menutupi seluruh wajah pria dihadapannya. Siksaan terakhir untuknya adalah hantaman brutal di kepala.
Reza memukuli pria tersebut dengan penuh semangat dan amarah. Karena mereka ia gagal bertemu dengan Monica. Karena mereka juga mobil pemberian papanya rusak. Reza terus menghantam kepala pria tersebut hingga terkoyak tidak berbentuk. Seluruh tubuhnya dihujani oleh cipratan darah.
Setelah pukulan ke tiga puluh enam, Reza berhenti. Ia beranjak ke korban selanjutnya, melakukan hal yang sama persis seperti yang Reza lakukan kepada pria berkupluk army.
Hingga ketika cipratan darah mengenai matanya ia tersadar jika masih ada satu orang lagi yang harus di bunuh olehnya.
"Siapa yang mengirimmu?" Tanya Reza sembari menghapus noda darah yang ada diwajahnya.
Bau amis menyeruak, ini bukanlah pertama kalinya Reza membunuh seseorang. Dulu sekali dia pernah melakukan hal yang seperti ini.
Tetesan air hujan mulai deras.
Lelaki itu sadar bahwa ia tidak akan bisa kabur dari Reza. Dia keluar dari balik pohon lalu bersujud dihadapannya. Memohon agar tidak dibunuh oleh Reza, tubuhnya bergetar hebat sangat takut. Ia tidak tahu bahwa dirinya akan berurusan dengan psikopat muda seperti Reza. Karena seseorang yang menyuruhnya mengatakan bahwa Reza adalah lelaki manja yang kekuatannya hanya dari uang saja. Tetapi ternyata ucapan orang tersebut salah.
"Saya mohon tuan, maafkan saya. Biarkan saya hidup! saya tidak akan pernah menyebarkan apa yang sudah saya lihat hari ini pada semua orang. Biarkan saya hidup tuan." Lelaki itu mengusap kedua telapak tangannya benar-benar memohon untuk dibiarkan hidup.
Reza menyalakan rokoknya lalu berjongkok dihadapan lelaki yang sedang bersujud itu.
"Siapa yang mengirimmu?" Tanyanya sekali lagi.
Sudah lewat 3 detik lelaki itu masih tidak mau buka suara mengenai pertanyaannya. Reza kembali berdiri menenggakkan tubuhnya.
Remaja jangkung tersebut bermandikan air hujan yang perlahan menyapu noda darah ditubuhnya. Reza merogoh ponselnya mengirim pesan pada rekan misteriusnya yang bertemu di perbatasan kota. Dia akan meminta tolong pada lelaki tersebut.
"Angkat kepala lo." Perintah Reza.
Tepat ketika lelaki itu mendongak untuk melihat Reza, sebuah obeng dengan ujung besi yang runcing yang sengaja Reza buat menancap tepat di dahi pria tersebut.
Hingga akhirnya lelaki yang memohon untuk dibiarkan hidup itu, merenggang nyawa di tangan Reza.
to be continued....24Please respect copyright.PENANAtV4FzYU0JC
⚓🤍24Please respect copyright.PENANAavaTIVt1If