Prajurit nomor 1, Lycan.
Prajurit nomor 2, Sebut-Saja-Melati.
Prajurit nomor 3, Daus.
Prajurit nomor 5, Latief.
Prajurit nomor 9, Hanruo.
Prajurit nomor 10, Owen.
Prajurit nomor 13, Bunny.
“Oh, ada Lucie juga. Prajurit terbaikku nomor 6.” Lady menyambut kehadiran sisa 8 dari 14 prajurit terkuat Samsara di kamar pribadinya di suatu tempat di kota pelabuhan Bargescrow.
Lucie membungkuk memberi hormat dengan topeng putih polos yang masih terpasang menutupi wajahnya. Bukan suatu tindakan yang tidak sopan. Semua prajurit terkuat Samsara sudah tahu tabiat lelaki misterius itu. Selain pertemuan pribadi dengan Lady, Lucie tidak akan pernah melepas topengnya. Degan demikian, meski di suatu tempat mereka berpapasan, mereka tidak akan tahu orang itu adalah Lucie.
Lady sangat mempercayai sang prajurit nomot 6 itu. Ia tidak pernah mempermasalahkan sikap Lucie yang enggan menunjukkan wajahnya di depan umum. Jika Lady sudah seperti itu, maka prajurit terkuat lainnya juga tidak bisa berkata apa-apa.
“Kau yang paling terakhir datang, nak.” Lady menjulurkan punggung telapak tangan kanan ke arah Lucie dan lelaki itu segera bergerak maju dalam bisu.
Lucie berlutut sementara tangannya terjulur elegan menyambut tangan Lady. Ia mencium sekali sebelum menempelkan telapak tangan Lady ke dahinya. Ini adalah ucapan salam dari setiap prajurit kepada Lady.
Wajah Lady berseri senang. Ia menopang wajahnya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya kini bergerak mengusap puncak kepala Lucie yang masih diam dalam posisi berlutut. “Aku sangat rindu padamu, Lucie. Ke mana saja kau selama ini?”
“Kami tak sengaja bertemu dengannya di Alice Nebula. Rupanya orang dengan pemilik nullified yang ditemukan subjek 4-42-1 di provinsi Yi Lu adalah Lucie.” Lycan berinisiatif menjawab.
“Kita nyaris saja saling membunuh seandainya Lycan tidak mencegatku.” Bunny menimpal.
Senyum di wajah Lady mengembang semakin lebar. “Ternyata selama ini kau terus menjalankan tugasmu, nak.” Lady tampak sangat bangga dengan Lucie.
“Perintah Lady sudah seharusnya kujalankan dengan sunguh-sungguh.” Lucie berkata patuh.
“Anak baik,” puji Lady. “Aku sudah memberi tugas pada setiap prajuritku. Tersisa kau seorang, Lucie. Meski kita baru saja bertemu, aku sedikit tidak rela langsung memberimu pekerjaan lain.”
“Katakan kehendak anda, Lady.” Gaya bicara Lucie terdengar monoton dan membosankan.
“Aku mencabut semua perintahku padamu sewaktu di Samsara. Sekarang kau ikut Bunny dan hancurkan Alice Nebula. Bunuh semua penguasa, pedana menteri, jendral, panglima maupun prajurit di sana beserta keluarga mereka. Jangan sisakan seorang pun.” Perintah kejam ini meluncur tenang dari bibir Lady.
“Baik.” Lucie menunduk patuh.
“Dan kalian, sudah boleh pergi. Aku menanti kabar baik kalian.” Lady mengakhiri pertemuan rahasia.
Ketujuh prajurit terkuat Samsara membubarkan diri. Lucie berjalan melewati Lycan yang masih berdiri di tempat. Pintu ditutup rapat dan ketegangan pada para prajurit lepas begitu saja.
“Aku masih saja tidak terbiasa dengan pertemuan semacam ini,” ketus Owen yang paling tegang diantara yang lain.
“Kita sangat jarang dikumpul seperti ini,” tambah si nomor 3, Daus.
“Apa artinya anggota kita sudah lengkap? Hanya segini saja yang tersisa dari 14 orang?” Latief, si nomor 5 bertanya.
“Seperti begitu.” Prajurit nomor 2 yang memiliki nama paling aneh menjawab. Sebut-Saja-Melati adalah satu-satunya wanita yang berhasil mencapai peringkat 3 besar dari ranking prajurit terkuat Samsara.
“Tapi aku masih sangat penasaran dengan wajah aslimu, nomor 6. Kita sudah saling mengenal sangat lama. Setidaknya demi pertemuan kembali setelah 5 tahun, tunjukkanlah wajahmu pada kami.” Owen meminta.
Lucie tidak menjawab. Ia mendengus singkat lalu mempercepat langkah kakinya.
“Bunny, Bunny, kau pernah melihat wajahnya, bukan? Seperti apa dia? Apa yang dia sembunyikan dibalik topeng itu?” Owen belum menyerah. Ia merangkul pundak Bunny dan mulai menginterogasi sang kostum kelinci berbulu merah jambu muda itu.
Bunny memposisikan tangan kelincinya di bawah dagu, berpose layaknya orang yang sedang berpikir keras. “Wajah…sedikit mirip dengan orang gila di jembatan pelabuhan tadi. Tapi sorot matanya membingungkan antara polos, kelam dan dingin.”
*****
“Lady….” Lycan mulai bersuara setelah memastikan pintu di belakangnya tertutup rapat.
“Aku tahu kekhawatiranmu, Lycan. Sikap Lucie sewaktu Bunny menyerang. Lalu cara dia memperlakukan putri tunggal keluarga Endley itu….” Suara Lady terdengar sedikit lelah.
“Satu kali kegagalan kita sudah membuktikan semuanya, Lycan. Sekarang Kaum Naga hanya meruntuhkan Samsara, tapi ke depannya mereka bisa menyerang sampai ke bawah lautan,” ujar Lady.
“Selain Bunny dan Lucie, sisa prajurit terkuat Samsara beserta pasukan Kaum Arina akan bergerak menuju Raffendel dan Tanah Agra. Aku ingin melenyapkan semua ancaman yang mungkin menghalangi rencana besar Tuan Horizon,” ucap Lady lagi.
Wanita itu menegakkan posisi duduknya. “Lycan, aku memintamu secara personal untuk membereskan subjek 4-42-1. Alvi Veenessa Endley.”
“Maksud anda…?” Lycan setengah memahami maksud membereskan. Jika dalam konteks normal, maka artinya ia ditugaskan membunuh sang target. Tapi bukankah selama ini Samsara dan Lady berusaha menangkap kembali Alvi Veenessa Endley?
“Kekuatannya semakin besar dan ancamannya pada Kaum Arina semakin besar pula. Samsara tidak bisa membiarkan dia hidup lebih lama,” ujar Lady.
“Baik, Lady.” Lycan membungkuk paham.
“Satu hal lagi. Mengenai Lucie….” Lady mengangkat kembali topik yang sempat terlupakan.
“Jangan lupa bahwa dia juga adalah Kaum Naga, Lycan. Meski tidak ada bukti nyata karena tidak ada simbol tato tribal layaknya Kaum Naga, tapi Lucie tetap berdarah seekor naga. Waspadalah. Dia sangat cerdas, jauh lebih jenius dibanding aku.” Lady mengungkapkan kegelisahannya.
“Entah dia sungguh adalah pengkhianati Kaum Naga atau hanya berpura-pura untuk memata-matai kita, tapi aku ingin kau membereskannya untukku juga.” Ini adalah perintah kedua Lady pada Lycan.
Kali ini Lycan sedikit ragu-ragu.
“Apa yang membuatmu ragu?” tanya Lady.
“Lucie adalah pribadi yang sangat berhati-hati. Posisi nomor 6 mampu dipertahankan selama 10 tahun di Samsara. Sedangkan posisi di atas atau di bawahnya setidaknya pernah mengalami perubahan. Apa anda tidak merasa hal ini aneh?” Lycan mengungkapkan isi hatinya.
“Aneh karena Lucie tidak pernah berusaha memanjat lebih tinggi?” Lady berkata.
Lycan menarik napas dalam. “Latief memanjat dari posisi 12 menjadi posisi 5. Ketika ia melawan Lucie, Latief kalah. Tapi ketika ia melawan mantan posisi nomor 5, Latief menang. Satu hal lagi, setiap kali Lucie ditantang oleh kami yang di atasnya, dia selalu kalah tipis. Tapi ia bisa menang atas mereka-mereka di peringkat bawah.” Lycan menjelaskan.
“Karena itulah aku anggap Lucie sebagai jenius. Jauh melebihi kita semua yang ada di sini.” Lady sudah mengetahui hal itu.
“Awalnya kukira aku bisa mengendalikannya. Menjadikannya sebagai milikku seorang. Tapi Lucie bukanlah milik siapapun. Dia adalah milik dirinya sendiri. Dia berjuang untuk diri sendiri dan mencari celah yang bisa menguntungkan dirinya,” ucap Lady.
“Orang-orang seperti dia yang paling berbahaya. Dia tidak bisa kita tebak atau pun kendalikan. Jalan terakhir adalah membunuhnya sebelum semuanya menjadi kacau.” Baru kali ini Lycan melihat Lady merasa terancam akan kehadiran seseorang.
“Sesuai kehendak anda, Lady.” Lycan membungkuk dalam-dalam sebelum mundur selangkah lalu berjalan keluar.
ns 15.158.61.48da2