2 hari sebelumnya…
Sebuah mobil melintasi kencang membelah jalur perkemahan Raffendel dan terus melaju masuk ke Tanah Agra. Setiap Kaum Naga yang tinggal maupun berjaga di Raffendel sudah tahu siapa yang ada di dalam mobil. Tidak ada yang lebih menggembirakan dibanding kabar kepulangan tuan muda dari keluarga Kane dan dua bersaudara Waldermar.
“Bibi.” Alvi dan Julius memberi salam pada Demita Waldermar, ibu kandung dari Gina dan Andra. Demita adalah wanita angkuh yang sangat menjunjung tinggi keturunan darah murni Kaum Naga. Selama ini ia tidak pernah senang melihat kehadiran Alvi di Tanah Agra.
“Ibu.” Gina dan Andra bergantian memberi salam.
“Akhirnya kalian tahu kapan pulang,” sindir Demita dengan nada pedas.
“Kami mohon izin menemui Tuan Arken.” Julius buru-buru pamit. Tidak ada yang mau berlama-lama berurusan dengan Demita Waldermar. Bahkan kedua anaknya pun menunjukkan ketakutan ketika berbicara dengan ibu kandungnya sendiri.
Kediaman Waldermar adalah rumah pertama yang mereka kunjungi. Jika bukan karena Ares Kennrich Vaiskyler, pemimpin Kaum Naga ada di sana, mereka pasti lebih memilih kediaman Vaiskyler atau pun kastil Kaum Naga.
“Paman.” Cara Alvi menyapa Arken sangat berbeda dengan ketika menyapa Demita. Suaranya lebih ceria dan wajahnya berseri.
Ares Kennrich Vaiskyler atau yang biasa dipanggil Arken merupakan pria dengan usia sekitar 50 tahunan. Umur aslinya sebenarnya jauh melebihi itu hanya saja perhitungan umur biasa tidak berlaku bagi Kaum Naga yang memiliki masa hidup panjang.
Layaknya seorang pemimpin atas Kaum kuno yang sudah bertahan hidup selama ratus ribuan tahun. Arken memiliki pembawaan tenang dengan garis-garis wajah tegas. Iris mata berwarna merah magma selalu menatap orang-orang dengan sorot intimidasi. Tapi Alvi tahu, pamannya itu sebenarnya memiliki hati yang sangat lembut.
“Tuan Arken.” Julius menggunakan intonasi sopan penuh rasa hormat.
“Sudah pulang.” Arken mengangkat kepalanya. Matanya beralih dari tumpukan pekerjaan kepada dua anak muda yang baru saja masuk ke ruang kerja. Arken bergantian menatap Alvi dan Julius. Matanya tampak membara penuh kharisma dan siapa pun yang bertemu pandang pasti akan merasa merinding.
“Julius, kau bisa pulang duluan. Orangtua dan adikmu sudah menunggu sejak kemarin.” Arken tahu keluarga Kane sudah mempersiapkan banyak hal untuk menyambut kepulangan putra sulung mereka.
Julius tak bisa menyembunyikan ekspresi bahagia. “Baik. Terima kasih,” ucapnya cepat, membungkuk singkat lalu pergi begitu saja tanpa mempedulikan etika layaknya Kaum Naga bertemu pemimpin mereka.
“Alvi, Freya juga sangat rindu padamu. Kau bisa ikut aku pulang untuk makan siang bersama.” Arken berpaling pada Alvi.
Alvi mengangguk setuju.
Arken segera membereskan pekerjaannya dan bersama-sama mereka berjalan menuju kediaman Vaiskyler yang terletak sedikit mendekati puncak Tanah Agra. “Ada hal menarik apa di luar sana?” Arken bertanya disela keheningan.
Alvi mengangkat kepala menatap pamannya dengan raut bingung.
“Kau terlihat lebih ceria. Apa bertemu seseorang di luar sana?” Arken memperjelas maksud ucapannya.
Alvi tidak mampu menyembunyikan senyum spontan yang terkembang di bibirnya. “Ya, aku bertemu seseorang di provinsi Yi Lu. Awalnya memang bukan pertemuan yang menyenangkan. Tapi dia menyadarkanku akan banyak hal.”
“Oh ya? Orang seperti apa dia?” Arken cukup penasaran.
“Seorang laki-laki biasa. Laki-laki penuh jiwa bebas yang berani berbuat sesuka hati. Lalu dia jugalah si pemilik kekuatan nullified yang selama ini kita cari-cari,” cerita Alvi penuh semangat.
Arken menunjukkan ketertarikan pada pria yang dicerita Alvi. “Lain kali kita harus mengundangnya ke sini.”
“Aku tidak tahu apakah ada kesempatan itu atau tidak,” ujar Alvi jujur.
Arken memiringkan kepalanya sedikit. “Karena situasi sekarang?” tebaknya.
Alvi mengangguk. “Aku sudah janji tidak mencarinya. Demi keselamatannya sendiri.”
“Tapi suatu hari ini, mau tidak mau kau harus mencarinya lagi. Batu itu tidak bisa bertahan seumur hidupmu, Alvi.” Arken mengingatkan.
Tanpa dibilang pun Alvi sebenarnya sangat paham. Ia butuh kekuatan nullified untuk mengontrol kekuatan kematian miliknya yang meluap-luap.
“Ayo, masuk.” Tanpa terasa mereka sudah tiba di kediaman Vaiskyler. Ukuran lebih kecil dan tidak semewah milik Waldermar. Namun perpaduan gaya klasik bercampur semi-modern akibat renovasi berulang kali membuat bangunan itu menjadi sangat unik sekaligus indah.
“Sayang, coba lihat siapa yang datang?” Arken sedikit mengeraskan volume suaranya.
Tidak lama, seorang wanita berusia sekitar 45 tahun muncul. Freya Natalia Grey adalah istri Arken yang adalah seorang manusia. Karena kejadian 25 tahun silam yang nyaris membawa dunia pada kebinasaan, Freya secara tidak sengaja bertemu Arken dan setelah melewati banyak hal, mereka akhirnya menikah. Restu tentu saja tidak mudah didapat apalagi Arken adalah anak laki-laki tunggal dari keluarga Vaiskyler.
Pernikahan politik antara Arken dan Demita Waldermar sempat membuat hubungan mereka menjadi dingin. Itu adalah masa-masa terberat. Tapi semenjak Samsara berhasil diruntuhkan, Arken tampak berusaha sangat keras memperbaiki hubungan mereka.
Senyum langsung mengembang lebar saat Freya melihat Alvi. “Kalian pulang tepat waktu. Aku baru saja selesai masak,” ujarnya sambil memberi Alvi satu pelukan hangat.
Alvi tidak tahu bagaimana harus berterima kasih pada paman dan bibinya. Jika Julius pulang ada keluarga Kane yang menanti, atau ketika Gina dan Andra pulang ada Demita Waldermar yang siap melemparkan ucapan sarkas, maka ketika Alvi pulang setidaknya ada paman dan bibi yang selalu menyambutnya.
“Ayo, sambil makan siang, ceritakan apa saja yang sudah kau termui di luar sana.” Hal yang sama-sama ingin didengar Freya dan Arken. Mereka sepertinya sangat antusias akan cerita-cerita Alvi.
Tentu saja tidak ada yang lebih membuat Alvi senang dibanding duduk bersama menikmati hidangan panas sambil saling berbagi kisah.
ns 15.158.61.6da2