Sabia terkesiap, hei dirinya bahkan tidak percaya jika permintaannya mengenai tempat acara, konsep dan dekorasi pernikahannya akan menakjubkan seperti ini. Baik, mari kita pindai lebih lanjut mengenai keseluruhan permintaan Sabia soal acara pernikahannya. Lokasinya berada tidak jauh dari pantai, bahkan tempat foto mereka berlatar belakang laut sore hari yang cantik. Dekorasi bunga pun tidak terlalu banyak hanya menghiasi setiap kursi dan meja tamu. Bunganya pun disesuaikan dengan bulan lahir Sabia dan Alta. Aster dan krisan, cantik sekali.
Lalu bagaimana dengan tamu? Semua sesuai permintaan Sabia, itu pun ternyata sudah dipotong dengan undangan yang akan digelar di rumah pekan depan. Jadi benar-benar digelar sesederhana dan seintim mungkin, karena Sabia hanya ingin membagi hari bahagianya dengan orang-orang yang dikenalnya. Tapi yang lebih senang dan bahagia itu malah Alta sendiri, dengan setelan jas putihnya Alta berdiri di tempat foto mereka untuk menyambut Sabia. Setelah dia mengucapkan janji sucinya dengan seluruh tamu yang menjadi saksinya.
Gaun perpaduan putih-ungu dan biru tua itu nampak seperti langit malam yang cantik. Belum lagi Sabia membawa buket bunga edelweis dalam genggamannya. Rambutnya yang panjang ditata sedemikian rupa, berikut dengan mahkota bunga yang tersemat apik disana. Entah kenapa desiran halus itu mengungkung Alta, kedua matanya tidak bisa lepas dari Sabia yang berjalan ke arahnya diapit oleh kedua orang tuanya.
“Cantik” puji Alta saat Sabia sudah menerima uluran tangannya
Mendengar itu Sabia tentu saja tersenyum kikuk.
Seluruh tamu nampak bersuka cita menyambut pasangan baru itu, bahkan tak hentinya Alta memuji Sabia saat mereka melakukan dansa berdua diiringi lagu. Yang jelas membuat Sabia semakin salah tingkah dan kikuk, apa iya dirinya secantik itu sampai direktur yang merangkap menjadi mantan gebetan dan sekarang menjadi suaminya itu terus memujinya. Tapi hari itu memang Sabia terlihat sangat cantik sekali, apalagi senyum dan tawanya terus keluar saat bersama dengan orang-orang terdekatnya.
Aduh, Alta sungguh ingin terus membuat Sabia seperti hari ini.
120Please respect copyright.PENANA2BWU6zHh0u
120Please respect copyright.PENANAnalqy5vkx9
120Please respect copyright.PENANAUcwvX0MIbv
120Please respect copyright.PENANAd9LAIKtjkb
120Please respect copyright.PENANAy120cKUmMg
120Please respect copyright.PENANANn03SUuhO5
“Hei”
Sabia tersentak saat merasakan pelukan dari belakang, berikut suara lembut Alta yang bergaung di rungunya. Keduanya sedang sibuk menikmati matahari tenggelam setelah prosesi pengambilan foto, “Hei” jawab Sabia yang masih sibuk menatap pemandangan di hadapannya. Dia paling suka dengan matahari terbenam. Alta semakin mempererat pelukannya, “Kita harus kembali ke hotel” ucap Alta lembut.
“Bisa tunggu sebentar lagi? Aku masih ingin disini”
Sabia bisa merasakan kepala Alta mengangguk, keduanya tetap berada dalam posisi itu hingga malam datang dan angin laut terasa dingin. “Ayo, semua sudah menunggu” Alta menarik tangan Sabia untuk memasuki hotel yang mereka sewa. Mereka akan mengadakan pesta makan malam di dalam hotel itu, khusus keluarga inti saja. “Selamat ya Bi, akhirnya” goda Evan, kakak Sabia yang sibuk menggendong putranya.
“Ucapan aja nih? Tidak memberi apa gitu?” ledek Sabia
“Udah besar juga masih aja, nagih barang”
Kedua kakak-adik itu terkekeh satu sama lain. Bahkan si kecil malah sudah berpindah ke pelukan Sabia, ugh keponakannya ini sangat menggemaskan. Sabia terlalu sibuk bermain dengan keponakannya, tidak menyadari jika seseorang tengah memperhatikannya dengan intens. Bahkan seulas senyum terus terpatri di wajahnya, seakan tidak pernah bosan melihat Sabia.
120Please respect copyright.PENANANAvdotjN7N
120Please respect copyright.PENANA66WWlbLd7x
120Please respect copyright.PENANAgaS8YuGPOQ
120Please respect copyright.PENANAp1fSU3Kqcx
120Please respect copyright.PENANAZYurPTcg9G
120Please respect copyright.PENANAQ3snVaWlB9
120Please respect copyright.PENANA1RJd9E0Dfq
120Please respect copyright.PENANAKRFZ6vH4YB
“Selamat malam”
Sabia segera menutup pintu kamar hotelnya setelah membalas ucapan orang tuanya yang juga masuk ke kamar hotel. “Oke, jadi sampai mana persetujuan kita?” Sabia duduk diatas ranjang sambil menunggu Alta bergabung dengannya. Ah, Alta lupa akan hal itu. “Kamu benar-benar ingin ada hitam diatas putih Bi?” ujar Alta yang sudah bergabung dengan Sabia. Keduanya duduk berhadapan dengan selisih beberapa jarak.
“Terus bagaimana? Aku harus menggenggam omong kosong?”
Alta terdiam.
“Al, waktu dua bulan itu singkat. Aku hanya tidak ingin mengulangi kebodohan dengan memberimu kesempatan ini. Apalagi dalam hubungan seperti ini” Alta mengernyit tidak suka
“Seperti ini apa maksudmu?”
Sabia entah mengapa bungkam.
“Bi, aku memutuskan menikah denganmu bukan untuk main-main”
Alta menarik pergelangan Sabia mendekat, membuat jarak keduanya sempit dan terasa intim. Bahkan membuat Sabia mematung karena terkejut, “Aku menikah denganmu bukan karena menebus kesalahan semata”. Sabia hanya bisa menatap kedua manik Alta, dirinya bahkan bisa merasakan hembusan napas Alta yang hangat. “Aku cuma ingin kita hidup berbagi segalanya” ucapan lembut Alta mulai mendebarkan jantung Sabia. Selain jarak mereka yang terlalu dekat, dua pasang manik yang saling menatap.
“Boleh aku cium?”
Alta yang berujar begitu mendekatkan dirinya ke arah Sabia yang diam tak berkutik. Seakan diamnya adalah lampu hijau bagi Alta. Saat bibir kedua hampir bertemu terdengar ketukan pintu, hal itu mengejutkan Sabia. Dan dengan reflek yang luar biasa karena terkejut, Sabia dengan kasar mendorong tubuh Alta hingga terjungkal dari ranjang. Sang empu hanya bisa meringis memegangi pinggangnya yang terbentur lantai, tanpa sempat meminta maaf Sabia segera berdiri dan membuka pintu. Maniknya berbinar melihat apa yang ada di hadapannya.
“Malam kak, maaf mengganggu waktunya. Kami hanya memberikan ini sebagai ucapan selamat”
Seorang pegawai hotel memberikan sebuah kue dua tingkat berwarna gradasi yang cantik. Bahkan ada beberapa buah stroberi juga macaroon, tampak menggiurkan. Melupakan apa yang baru saja terjadi Sabia lebih memilih kembali duduk dan mulai memakan kue itu. Hal itu hanya membuat Alta mendengus, sepertinya perjalanannya masih panjang.120Please respect copyright.PENANAkK43hzzGlo