Sabia berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya sambil menggigit kuku ibu jarinya. Ucapan direktur━bukan, Alta siang tadi masih terus berputar di dalam benaknya. “Nggak! Dia pasti hanya ingin meledekku” Sabia menggeleng, meyakinkan dirinya jika ucapan Alta hanya sebuah omong kosong. Bagaimana bisa seorang Alta dengan gamblangnya mengajaknya menikah setelah apa yang terjadi dua tahun lalu.
158Please respect copyright.PENANAC4kiCmFZW3
* Dua tahun lalu
Sabia sesekali melirik jam tangan di pergelangan tangannya, juga sesekali merapikan tatanan rambut dan pakaiannya. Tampilannya berbeda dari biasanya, memakai riasan dan juga pakaian yang manis sekali. Bahkan Sabia rela membeli sepatu tinggi dan menyakiti kakinya hanya untuk hari ini. Ini hari spesial baginya, karena Alta tiba-tiba mengajaknya pergi menonton film bersama.
Tapi,
Sabia sudah menunggu lebih dari dua jam, bahkan film yang akan mereka tonton telah dimulai sejak lima belas menit yang lalu. Kesal? Jelas. Sabia kesal sekali, tapi karena memiliki perasaan lain dia mencoba memaklumi. Hingga sebuah suara memanggil namanya membuatnya menoleh, Alta tersenyum penuh rasa bersalah sementara salah satu tangannya menggamit tangan seseorang.
Saat itu Sabia tahu, dia sudah tidak memiliki kesempatan lagi. Dan hari itu, adalah pertama kalinya Sabia merasakan namanya patah hati. Sepanjang ketiganya berjalan-jalan Sabia dengan keras tidak menampakkan kesedihannya sama sekali. Dia tetap tersenyum bahkan sesekali menggoda Alta dan pacar barunya itu. “Hati-hati ya sayang” ucap Alta setelah mengantar pacarnya pulang menggunakan taksi.
“Makasih ya bi” ucap Alta
“Untuk?”
“Hari ini, aku sengaja mengajakmu menonton film untuk memperkenalkan pacarku, siapa tahu kan kami berjodoh”
Jodoh kepalamu!!, pekik Sabia kesal
“Hahaha” tawa Sabia hambar
“Kamu tahu Al”
Alta menoleh menatap Sabia.
“Aku sudah lama memendam perasaan ini, dan aku kira aku memiliki kesempatan itu” satu air mata lolos begitu saja
“Ternyata aku hanya berharap terlalu jauh”
“Bi, aku tidak ….” ucapan Alta tercekat
“Hahaha” Sabia menutup kedua matanya dengan telapak tangannya
“Hari ini aku berniat untuk menyatakannya padamu, tapi sepertinya memang Tuhan tidak menjodohkan kita ya”
“Bi, tunggu━”
“Terimakasih untuk hari ini dan masa lalu itu Al, aku pergi dan berharap kita tidak bertemu”
Sabia berjalan sambil mencoba menghentikan tangisannya, dia bahkan nyaris mengalami kecelakaan jika taksi yang akan menabraknya tidak menginjak rem. Dan detik itu juga Sabia memilih masuk ke dalam taksi itu, meninggalkan Alta dengan perasaan campur-aduk.
158Please respect copyright.PENANAEtXhaGtwRq
158Please respect copyright.PENANAJx9jvgKq1F
158Please respect copyright.PENANAzdfDBm1gdS
Sabia menghela napas panjang, hingga ketukan pintu kamarnya membuatnya menoleh terkejut. Sang ibunda yang hanya menyembulkan kepalanya terkekeh, “Lagi apa cantiknya bunda?” ujarnya basa-basi. Sabia hanya tersenyum lalu menggeleng, mencoba terlihat bahwa dia tidak sedang memikirkan masa lalu itu.
“Nggak ada kok bunda, hanya sibuk memikirkan kerjaan kantor saja” ucap Sabia
Sang ibunda berjalan mendekat lalu mengelus lembut rambut putrinya.
“Kamu nggak bilang kalau kenal dengan Alta”
Hah?!!
“Mak-maksud bunda?”
“Sepertinya Alta orang yang baik, kalau misalkan kamu dilamar diterima saja”
Sabia hanya bisa melongo mendengar ucapan ibunda tercintanya itu, wanita yang bahkan telah memiliki cucu berumur tiga tahun dan masih terlihat muda. Beliau hanya tersenyum penuh arti, “Bunda?” ibunda berdeham lembut dan pelan. Kedua pasang manik mata itu menatap satu sama lain, lalu Sabia kembali berujar.
“Boleh Bia tolak lamarannya?”
Dan bisa ditebak.
Raut wajah sang ibunda berubah, wajahnya nampak kecewa sekali mendengar ucapan Sabia. Membuat sang putri tidak tega melihatnya, “Kenapa?” tanya sang ibunda mencoba bersikap terbuka. Sabia menghela napas panjang, dia tahu bahwa dia tidak bisa menceritakan kejadian dua tahun lalu pada ibundanya. Dia tidak ingin terjadi salah paham.
“Bia hanya belum siap saja bun”
“Siap atau tidak, umur kamu sudah lebih cukup untuk memiliki suami Bia”
“Iya, umur memang cukup. Tapi batin Bia belum cukup berani bund”
Sang ibunda hanya menghela napas, kenapa putrinya susah sekali diberi pengertian. Sabia menggenggam kedua tangan ibundanya, diusapnya dengan ibu jarinya. “Kalau waktunya tepat dan orangnya tepat pasti Sabia terima kok bun” Sabia berujar kemudian.
“Menurut bunda Alta anak yang baik Bi, mamanya bunda kenal juga kok. Sikapnya juga sopan, baik dan ramah. Anaknya sepertinya tidak macam-macam”
Macam-macam apanya, dia bahkan seenaknya mengajak Bia makan siang di kantor Bia tadi!!, jerit Sabia dalam hati
“Pokoknya bunda maunya Alta Bia, bunda dengar kalian cukup dekat. Kalau dia melamar jangan lupa dipertimbangkan. Kalau perlu langsung diterima saja”
Malam itu berakhir Sabia dibuat kembali terkejut dengan ucapan sang ibunda yang lebih mirip seperti ultimatum. Ada apa sebenarnya dengan hidupnya ini, Sabia merasa seperti telah melakukan kejahatan besar di kehidupan sebelumnya. Sehingga hidupnya kali ini harus kembali berurusan dengan seseorang bernama Altair Kenan Ganendra.158Please respect copyright.PENANA8U2PeDm0MY