Akhir pekan adalah yang paling ditunggu oleh Sabia. Dia bisa bersantai tanpa harus memikirkan pekerjaan yang menumpuk dan membuat kepalanya pecah. Tapi sayangnya hanya bertahan hingga siang hari,
“Wajahnya jangan ditekuk begitu dong” ujar sang ibunda
“Bunda mengganggu hari liburku” sahut Sabia malas
Sang ibunda hanya terkekeh ringan lalu mengelus pelan puncak kepala anak bungsunya itu. “Nanti kita jalan-jalan ya, beli es krim” kesepakatan yang tidak boleh ditolak sama sekali. Sambil mengangguk sedikit tidak rela Sabia segera bergegas untuk bersiap juga tak lupa mengambil kunci mobil.
Arisan.
Iya, Sabia diminta menemani ibunda untuk pergi arisan dengan teman-temannya. Sangat tidak menyenangkannya sekali. Tapi karena pemilik rumah yang menjadi tempat arisan menyuguhkan berbagai macam kudapan dan pencuci mulut, Sabia bisa memaafkan ibundanya. Masih sibuk dengan makanannya, Sabia menikmati duduk santainya di gazebo belakang rumah yang menjadi latar acara arisan itu. Menonton anak-anak kecil yang sibuk bermain satu sama lain.
“Selalu sendirian ya Bi” sebuah suara menginterupsinya
Suara yang tidak asing di telinga Sabia membuatnya menoleh.
Ha, sial ….
Sabia lupa. Dia lupa dengan presensi laki-laki yang tengah berdiri di sebelahnya, menatap dengan mata teduhnya itu. “Kata siapa? Ini lagi kencan sama makanan” jawab Sabia lalu kembali sibuk dengan makanannya. Jawabannya membuat orang itu terkekeh dan mengusak puncak kepala Sabia sayang. “Jangan pegang-pegang, tanganmu penuh bakteri” Sabia menepis tangan yang masih berada di atas kepalanya.
“Galak banget sih”
“Pergi sana”
“Jangan gitu dong”
Bukannya pergi, orang itu malah duduk di sebelah Sabia bahkan mencomot kentang goreng miliknya. Sabar Sabia, anggap aja dia tembus pandang, ucap Sabia dalam hati lalu melanjutkan acara makannya.
“Bi”
Tak ada jawaban
“Bi”
Masih tidak ada jawaban
“Sabia”
Kali ini dengan sedikit intonasi kekesalan berhasil membuat Sabia menoleh, “Apa sih?” jawab Sabia sekenanya. Yang memanggil hanya tersenyum datar sebelum mencubit kedua pipi Sabia gemas. “Lepasin Alta!” ujar Sabia sambil mencoba melepaskan diri dari cubitan di kedua pipi tembamnya.
“Kamu kenapa masih lucu aja sih”
“Aku kan makan makanan bukan makan orang”
“Masih suka bercanda ya”
Cubitan itu terlepas setelah Sabia menepisnya kasar
Mata bulatnya menatap sosok bernama Alta itu garang, bukannya takut yang ada Alta menahan diri untuk tidak mencubit kembali kedua pipi gembil Sabia yang masih terlihat memerah. Dan sialnya, interaksi keduanya sudah diperhatikan sejak tadi oleh dua orang wanita.
“Wah, saya tidak menyangka lho nak Alta kenal dengan Sabia”, ucap ibunda
“Saya juga baru tahu lho, lagipula Alta juga baru putus dari pacarnya bulan lalu”
Kedua wanita itu saling menatap satu sama lain. Hingga seulas senyum saling bertukar, dan ide mendadak itu muncul bersama dalam benak keduanya. “Gimana bunda?” tanya mama Alta yang dijawab dengan anggukan setuju oleh sang ibunda.
Tahu begini sejak awal saja aku jodohkan sama Alta, toh anaknya baik.
Sabia sudah kembali dengan acara makannya sementara Alta sibuk memperhatikannya. Diperhatikan seperti itu, membuat Sabia tidak nyaman, bahkan acara makannya menjadi terganggu, “Pergi saja sana Al, kamu mengganggu” usir Sabia yang tentunya tidak digubris oleh Alta. Sang empu malah sibuk memperhatikan gerakan kedua pipi gembil Sabia yang seperti bakpao itu.
“Aku masih punya kesempatan tidak sih Bi?”
Gerakan mengunyah Sabia melambat.
“Aku sudah move on darimu Al” ujarnya kemudian
Alta tersenyum lebar, pembohong ulung. Keduanya kembali terdiam, masih dengan Alta yang terus tersenyum memperhatikan Sabia yang sibuk dengan makanannya. Oh jangan lupakan dua wanita yang juga ikut memperhatikan interaksi keduanya.
Kenapa mereka berdua manis sekali sih !!
Begitu jeritan kedua wanita dewasa dalam hati.
Sabia mencoba cuek, padahal hatinya berdebar tidak karuan. Bohong sekali jika dia mengatakan sudah move on, sejatinya saja hatinya bertolak belakang dengan logikanya. Berbeda dengan Sabia yang bertengkar dengan perasaannya, Alta malah sibuk memperhatikan gadis berpipi gembil itu masih dengan senyum yang tercetak jelas di wajah tampannya itu. Menggemaskan sekali.
ns 15.158.61.43da2