“Senang bertemu denganmu lagi Bi” ujar Alta lengkap dengan senyumnya
Tuhan !!! Apa aku melakukan dosa besar di kehidupan sebelumnya?!!
Sabia hanya bisa menjerit dalam hati, Alta masih tersenyum ramah padanya lengkap dengan tangan yang terulur, gestur berjabat. Yang notabene adalah direktur perusahaan pusat dari anak perusahaan tempatnya bekerja. Atasannya menyenggol lengannya untuk membalas jabatan Alta. Sedikit enggan Sabia tersenyum dan menerima jabatan tangan itu, pantas saja perasaannya tidak enak. Ternyata dia mendapat kejutan luar biasa.
Setelah berbincang sedikit, akhirnya Sabia bisa kembali ke kubikelnya. Mengerjakan pekerjaannya yang sempat tertunda karena kejutan mendadak tadi. Baru saja beberapa menit terlewat kubikelnya sudah diketuk seseorang, “Bi, Ibu Kepala manggil tuh” ujar teman kantornya. Seketika Sabia teringat,
Ah iya! Presentasi bulanan!!
Dengan tergesa Sabia mengambil jurnal, pena, juga laptopnya, tak lupa mengalungkan kartu pengenalnya. Bulan ini tugasnya melakukan presentasi bulanan dan ini kali pertama dilihat oleh direktur perusahaan pusat. Semoga saja presentasinya berjalan dengan baik.
Tidak.
Hari itu Sabia merasa dirinya di hajar habis-habisan oleh Alta karena beberapa kendala laporan dan presentasinya. Biasanya hanya sedikit perbaikan, kali ini semua harus diperbaiki dan dibuat ulang. Beruntung sang direktur memberikan tenggat waktu yang cukup untuk Sabia. Setidaknya direkturnya bukan orang yang kejam. Sabia menghela napas sambil membenturkan dahinya ke meja kerjanya sedikit kasar. Ini sudah hampir jam makan siang, tapi pekerjaannya sama sekali belum ada yang selesai.
“Sabia” suara atasannya membuatnya reflek berdiri tegak
“Ya, bu?”
“Kamu dipanggil pak direktur, di ruang tadi” ujarnya
Sabia mengernyit bingung, apalagi sekarang?!. Setelah berterima kasih, Sabia bergegas menuju ruangan yang dituju, tak lupa membawa buku jurnalnya. Siapa tahu ada perbaikan lagi pada laporannya.
Tok! Tok!
Setelah mendapat izin Sabia masuk ke dalam ruangan, dan hal yang dilihatnya itu membuatnya terkejut. Alta menatapnya dengan tatapan teduh dan senyuman manis, “Duduklah, kita makan siang bersama” ujarnya. Di meja itu sudah terhidang banyak sekali jenis makanan dan kudapan yang dapat membuat siapa saja berliur, dan Sabia menjadi salah satunya. “Pa-pak direktur?! A-apa yang━” Sabia kehilangan kata-katanya, manik matanya terlalu sibuk meneliti setiap kotak makanan yang ada di meja itu.
Ada udang asam-manis, kentang goreng, sushi, cumi bakar, burger, pasta, kukis, es krim dan puding. Dan semuanya nampak sangat menggiurkan untuk disantap, sial, perut Sabia malah berbunyi keras. Membuat Alta kembali tersenyum, seakan meledeknya. Beberapa detik Sabia menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan diri, “Maaf pak, jika anda ingin makan siang, kita bisa membahas laporannya setelahnya” ujar Sabia membuat Alta terkekeh. Didekatinya Sabia lalu menarik tangannya untuk mengikutinya dan duduk di sebelahnya.
“Anggap saja makan siang berdua”
“Terus kamu anggap apa sekretarismu itu, patung?!” pekik Sabia spontan
Sang sekretaris hanya tersenyum mendengarnya, “Kalau begitu saya undur diri” ujarnya membuat Sabia terkejut. Ingin sekali Sabia menahan sekretaris direkturnya itu agar tetap tinggal, kalau perlu ikut bergabung makan siang. “Nah, ayo makan” ucap Alta setelah pintu ruangan ditutup oleh sekretarisnya, Sabia menatapnya tajam yang jatuhnya malah seperti hamster marah. “Sudah, makan saja. Aaaa~” Alta menyuapkan udang asam-manis ke mulut Sabia yang disambut spontan oleh sang empu.
Alta menahan senyumnya, melihat Sabia yang sibuk mengunyah dengan wajah mengernyit itu, sungguh terlihat sangat menggemaskan. Dengan canggung dan kikuk, Sabia mengambil peralatan makan dan mulai menyuap makanan yang ada di hadapannya, tidak apa-apa toh gratis jadi tidak boleh ditolak. Beberapa menit kemudian Sabia sibuk dengan acara makan siangnya yang terbilang banyak itu, dia bahkan sudah menghabiskan satu buah burger dan satu porsi pasta.
Sementara sang direktur, Alta, sibuk sesekali menatap Sabia yang tengah mengunyah itu. Dua pipi gembil itu selalu membuatnya ingin mencubitnya karena gemas, hingga saat tanpa sengaja sisa makanan yang baru disuap Sabia menempel di sudut mulutnya. Hal itu dengan reflek Alta menjulurkan jarinya dan mengusap noda itu. Sabia yang mendapat perlakuan manis itu hanya bisa mematung, terlalu terkejut dengan afeksi yang diberikan. “Kamu itu kenapa masih seperti anak kecil sih kalau makan suka belepotan” ujar Alta sambil tersenyum menawan.
Bunda !!! Tolong jantung Bia !!!
Manik mungil Sabia mengerjap berulang-kali, rasanya seperti mimpi mendapat afeksi manis tadi. Sadar Bia !!! Kamu sudah move on !! Bangun !!, begitu jeritan isi hati Sabia yang mencoba menghalau semua afeksi yang diberikan Alta untuknya. Sabia tidak ingin kembali jatuh untuk kesekian kalinya pada laki-laki di hadapannya itu. Dia tidak ingin kembali berharap.
“Bi”, panggil Alta lembut
“Ya?” ujar Sabia sopan, ingat jika mereka berada di kantor
“Sepertinya kita berjodoh, ayo menikah”
Dan makan siang itu ditutup dengan Sabia yang tersedak es krim vanilanya ditambah wajahnya yang memerah bak kepiting rebus. Keduanya saling menatap satu sama lain dengan dua ekspresi yang berbeda. Sabia yang terlampau terkejut dan Alta yang nampak santai dan tenang. Sabia tidak bisa menerka apakah ucapan Alta atau direkturnya ini hanya bercanda atau serius. Raut wajah Alta membuat Sabia ragu untuk menerima atau menolak ajakannya itu.202Please respect copyright.PENANA2kznp0puVk