Seekor kelinci berbulu putih tampak berlari tergesa-gesa. Di belakangnya beberapa hewan buas seperti singa dan serigala sedang mengejarnya. Kelinci itu tak menoleh sedikit pun, ia terus berlari dan mendadak.
Dooorrrrr!! Seseorang menembak perut singa dibelakangnya hingga terjungkal.
Doorrrrr! Tembakan kedua mengenai kaki serigala itu.
Serigala dengan kaki pincang segera menggigit perut kelinci itu dan mengoyaknya.
Doooorrrr! Seseorang menembak lagi dan mengenai badan serigala, hingga membuat sang serigala melemparkan kelinci itu hingga terguling-guling di kaki si penembak.
Penembak itu bernama Rakka. Pemuda tampan pemilik villa di area hutan itu.
Ia mengangkat telinga kelinci itu.
"Apa malam ini kita bisa makan kelinci?"
Rakka melihat kelinci itu seperti memohon dengan mata berkaca-kaca untuk tidak di makan.
"Berikan padaku tuan muda, biar Mang Toyib yang menyembelehnya."
Kelinci itu tampak tak berdaya dengan luka gigitan di perutnya, Rakka menjadi tak tega.
"Nggak usah Mang, biar aku bawa pulang kelinci ini, pasti Clara suka."
"Baik tuan."
Sesampainya di villa.
"Clara dimana kamu?" Rakka berteriak memanggil adiknya yang masih duduk di bangku SMP itu.
"Kakak berisik banget sih, si Toni jadi hilang kan!" ucap gadis yang rambutnya di kepang dua itu.
"Toni!" Rakka bingung.
"Iya! kodok yang kakak kasih kemaren itu, kan aku kasih nama Toni," ucapnya sebal.
"Astagaa naga, Kakak kira siapa, udah biarain aja, ntar Kakak cariin yang baru, lihat nih, Kakak dapat mainan baru buat kamu," Rakka mengeluarkan kelinci itu dari kantong plastik.
"Hahhh, kelinci, aku suka, aku suka," Clara berputar-putar kegirangan.
"Nih," Rakka memberikan kelinci itu padanya.
"Tapi Kak! kenapa kelincinya udah mati." Ia melihat kelinci itu tak bergerak sama sekali.
"Ehh, masak! coba Kakak lihat, tadi belum mati kok."
Nafas kelinci itu sudah terengah-engah karena kehabisan darah.
"Masih hidup kok, bentar Kakak obatin dia dulu ya."
Clara mengangguk dan kembali pergi mencari Toni kodok peliharaannya.
Karena Rakka adalah seorang dokter hewan maka mudah baginya untuk mengobati hewan yang terluka. Setelah itu ia membawa kelinci itu ke kamar Clara dan memasukkannya ke kandang.
"Oh cantiknya, apa dia akan sembuh Kak?" tanya Clara.
"Tentu dong, siapa dulu yang ngobatin."
Clara tersenyum.
Di tengah malam, saat semua sedang tertidur pulas. Kelinci itu keluar dari kandang dan berubah menjadi wanita cantik, tubuhnya putih mulus dan rambutnya panjang terurai. Ia segera mengambil blezer milik Clara yang tergantung di pintu lalu memakainya.
"Duh laper banget aku," gumamnya.
Ia keluar dari kamar Clara dan di halaman depan ia melihat rumput yang sangat hijau. Matanya berbinar, ia segera mencabuti rumput itu dan memakannya.
Dari teras lantai dua. Rakka melihat wanita yang di kira Clara itu di luar.
"Bukannya itu Clara ya, ngapain malam-malam di sana!"
"Claraaa ngapain kamu!" teriak Rakka mengejutkan wanita itu.
Ia bergegas kembali ke kamar melepas bajunya dan kembali masuk ke kandang.
Rakka datang ke kamar Clara, dan melihat blezer yang di pakai tadi tergeletak di lantai.
"Eh Ra, ngapain kamu di luar malam-malam!"
Clara terganggu oleh suaranya.
"Kakak ini ngaco ya, aku lo udah tidur dari tadi, malah udah ngimpi segala," ucapnya manyun.
"Yakin kamu!"
"Udah ah Clara ngantuk Kakak, besok kita kan harus pulang." Ia kembali merangkul gulingnya yang berbentuk Spongebob.
"Ya udah Kakak minta maaf, kamu tidur lagi ya."
Rakka keluar dari kamar Clara. Ia merasa bingung, jelas-jelas ia melihat seorang wanita tadi.
Keesokan harinya, mereka bersiap-siap untuk pulang ke kota.
"Clara apa kamu sudah siap?" tanya Rakka.
Clara memasukkan kelinci dan kodoknya di sebuah tas ransel.
"Kalian diem di situ ya, dan jangan berisik, kalau ketahuan Kakak, aku bisa kena marah," ucap gadis kecil itu pada dua hewan peliharaannya.
Ia turun menemui kakaknya.
"Udah kok Kak ayo."
"Clara, jangan bawa hewan apapun ya."
"Nggak ada kok Kak, suerr." Ia menyilangkan jari tangan berbohong.
"Awas kamu ya!"
Mereka pergi ke bandara dan pulang ke kota.
Sesampainya di rumah mereka.
"Ma, Pa, Clara mau pipis dulu, kebelet nih!"
Clara berlari ke kamarnya.
"Pelan-pelan Clara nanti jatuh," ibunya mengingatkan.
"Lihat anak Mama itu, tingkahnya," ujar suaminya seraya menggeleng.
"Biarin lah Pa, gimana liburan kamu Rakka, apa menyenangkan?"
"Lumayan Ma, tapi hutan itu makin banyak hewan buasnya."
"Makanya Mama suruh kamu cepet pulang, karena Mama kawatir sayang."
Rakka mengangguk
Clara mengeluarkan kelinci dan kodoknya.
"Oh syukurlah kalian belum mati, Toni, untuk sementara kamu tinggal di kotak ini ya, sedangkan kamu kelinci, tinggal di kandang itu, eh lupa aku belum kasih nama ke kamu ya, kalau di lihat-lihat kamu imut deh kayak Marsha, ahaaa! nama kamu Marsha aja ya," Clara tersenyum menatap ke hewan peliharaannya itu.
Mendadak Rakka masuk ke kamarnya.
"Clara apa yang kamu lakukan?" Rakka melihat Clara bermain dengan kelinci dan kodok yang dia bawa dari hutan .
"Kakaaaak." Wajahnya berubah memelas.
"Apa ini! Kakak sudah bilang jangan bawa apapun dari hutan itu, tapi kamu masih ngeyel ya!" bentak Rakka memarahi adiknya.
Clara menangis karna di bentak.
Ibunya pun datang.
"Ada apa ini Rakka? Clara kenapa kamu nangis sayang?"
"Kak Rakka jahat!"
"Haestt bocah ini!"
"Sudahlah Rakka biarkan adekmu bermain sebentar."
"Tapi Ma kelinci itu terluka, dia harus di rawat, sini biar Kakak bawa aja ke klinik, dan kamu bisa bermain dengan kodok itu aja, ok."
Clara mengangguk.
503Please respect copyright.PENANAo9aVoAQN5g
503Please respect copyright.PENANApoaFAqu6cg
503Please respect copyright.PENANAdF3jt34px5
ns 15.158.61.8da2