Mereka berdua berlari sekencang-kencangnya, mendadak para pengawal harimau sudah mengepung mereka berdua.
"Akhirnya aku menemukanmu Putri," ucap Hari dengan beringas.
"Arcccccchhhh." Toni berteriak dan mengeluarkan kepalan api di tangan.
Toni menghantamkan api ke tubuh para pengawal itu. Marsha tak tinggal diam. Ia mengeluarkan air dari kedua tangannya dan mengguyur para pengawal itu.
Hari membekukan tangan Toni.
"Archhhhhhhhh," teriak Toni kesakitan.
Marsha menjatuhkan beberapa pohon dan menimpa para pengawal itu. Marsha menarik tangan Toni. Ia mengerang untuk melelehkan tangannya yang sudah dibekukan.
Dari jauh mobil Rakka baru saja sampai di hutan itu.
"Duh Ka, serem banget sih hutan ini" ujar Wisnu melirik keluar kaca.
"Lah, tadi kamu bilangnya nggak takut, di mana-mana yang namanya hutan pasti serem lah Nu," timpal Rakka.
"Haestt, iya-iya, yakin kamu ini tempatnya?"
"Aku yakin kok, ayo kita turun!" pinta Rakka.
Mereka turun dan mengambil perlengkapan berburu.
Marsha dan Toni masih terus berlari. Hari dan pengawalnya masih terus mengejar. Hari membuat pisau dari es dan melayangkan ke punggung Marsha, tapi dengan cepat Toni menghadang dan akhirnya dia yang terluka.
"Awas Sha! oucccchhhhh!" Toni mengerang kesakitan karena tangannya terluka.
Hari membuat beberapa pisau lagi. Saat ia ingin melayangkan pisau itu.
Doorrrrrrrr!! Rakka mulai menembak dan mengenai pengawal di belakang Hari.
Hari jadi tak fokus.
Doorrrrrrrr! Rakka menembak lagi dan mengenai lengan Hari.
"Ouchhhhhh, sialan! siapa itu!" teriak Hari mencari sipenembak.
"Rakka!" Marsha kaget melihatnya.
Jlebbbbb, jlebbbbb, jlebbbbb! Wisnu menghujani para pengawal Hari menggunakan panah.
Mereka segera menyingkir.
"Kenapa kamu bisa di sini?" tanya Marsha.
"Nanti aja aku jelasin, cepat kalian masuk ke mobil." Rakka menuntun Toni yang sedang terluka.
Mereka berempat langsung masuk ke mobil dan pergi dari sana.
"Sialannn! manusia bodoh itu, arccccchhhhhhh," teriak Hari membangunkan burung-burung yang ada di sana, lalu mereka beterbangan.
Di mobil.
"Gimana aksiku tadi Ka? keren nggak?" tanya Wisnu.
"Ternyata keahlian memanahmu masih bagus Nu," jawab Rakka memujinya.
"Iya dong."
"Kenapa kalian bisa tau kalau aku di sini?" tanya Marsha.
"Maaf Sha, aku yang ngasih tau mereka." Suara Toni tertatih-tatih karena luka di pundaknya.
"Kamu ya Ton!"
"Udah jangan marahin dia, nggak tau dia lagi sekarat apa!" Rakka menimpali.
Marsha memejamkan mata dan menempelkan tangannya ke pundak Toni yang terluka. Sebuah gumpalan air sudah membalut lukanya. Dan beberapa saat luka itu berangsur hilang. Tapi setelahnya Marsha merasa lemas dan pingsan.
"Marshaaaa!" mereka semua berteriak.
"Bagaimana ini, Marsha kehilangan sebagian energinya, aku tak bisa membantunya karena lukaku ini," ucap Toni yang baru saja sembuh dari lukanya.
"Toni, kita tukeran tempat, biar aku yang mengurus Marsha." Rakka dan Toni bertukar tempat.
"Apa yang mau kamu lakukan Ka! jangan bilang kamu ... ," ucapan Wisnu terhenti.
"Kuharap ini bisa membantumu." Rakka membaringkan Marsha di pelukannya dan ia langsung mencium bibir wanita cantik itu.
"Haesttt, mereka berdua ini, apa dengan begitu energi Marsha akan kembali ya!" Wisnu menggerutu.
"Iya, karena Rakka adalah cinta sejati Marsha, hanya dia yang bisa memberi energi itu," ucap Toni.
Marsha merasakan ciuman Rakka. Ia menggenggam tangan Rakka tak ingin melepaskannya.
Beberapa saat kemudian.
Wajah Marsha tampak merah merona. Ia begitu malu karna Rakka menciumnya di depan Wisnu dan Toni.
"Eh Marsha, apa energimu sudah penuh sekarang, jika belum sana gih isi lagi," celetuk Wisnu.
"Achh Wisnu," Marsha merengek.
"Udah deh Nu, berisik kamu!" Rakka menarik tangan Marsha untuk mendekat.
"Sini."
Marsha mendekat dan bersandar di dadanya.
"Duh bikin ngiri aja kalian ini," ucap Wisnu nyengir
"Udah nyetir aja kamu ini, awas sampai salah jalan," bentak Rakka.
"Iya-iya." Wisnu cemberut.
Mereka sampai di bandara, Karena Toni dan Marsha tidak punya paspor, maka mereka berubah wujud. Dan Rakka menyembunyikan mereka di tas ransel.
"Wahh, kalau gini bisa hemat tiket dua orang ya," celetuk Wisnu.
"Dasar pelit kamu!"
"Kamu itu yang pelit, kok nyalahin aku," ucap Wisnu.
Mereka berdua naik ke pesawat dan menuju ke hutan Wonderland.
***
Hari dan para pengawalnya terluka parah. Ia sudah tidak bisa melacak Marsha. Ia sudah semakin jauh. Tapi ia punya perasaan bahwa marsha akan kembali ke Wonderland. Ia mengingat pedang yang ia bawa, pedang itu bisa membunuh Raja Singa.
"Kita semua harus pulang ke Wonderland," perintah Hari.
"Baik Ketua."
***
Sesampainya di villa. Mereka berempat di sambut oleh Mang Toyib.
"Selamat datang Tuan muda."
"Mang tolong siapin kamar ya, mereka semua teman-temanku," pinta Rakka.
"Baik Tuan."
"Wahh, sudah lama aku nggak ke sini, nggak ada yang berubah dari tempat ini," ucap Wisnu seraya menatap villa yang megah itu.
Di kamar. Marsha tampak menata baju-baju yang ia bawa. Tiba-tiba seekor kupu-kupu masuk melewati jendela.
Clinggggg! Berubahlah kupu-kupu itu menjadi seorang wanita yang cantik jelita.
"Putri," sapa wanita itu.
"Teresa." Marsha mendekat dan memeluk wanita yang ternyata temannya itu.
Mendadak Wisnu membuka pintu kamar Marsha dan masuk begitu saja. Melihat seorang wanita tak memakai baju dari belakang Wisnu kelabakan.
"Maaf, maaf. Aku salah kamar!" teriak Wisnu dan segera menutup kembali pintu itu.
"Haestt, si Wisnu kebiasaan deh!" ucap Marsha.
"Siapa itu Putri?" tanya Teresa.
Marsha mengambil salah satu gaun.
"Resa, nih pakai ini dulu, tutupi badan kamu," pintanya.
"Iya Putri." Teresa segera memakai gaun pemberian Marsha.
Marsha keluar dari kamar dan melihat Wisnu masih berdiri terpatung di sana.
"Wisnu." Panggilan Marsha membuatnya terkejut.
"Eh, iya Sha."
"Dasar nggak sopan, ketuk pintu dulu napa!" Marsha cemberut.
"Maaf, maaf," ucap Wisnu nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Udah sini masuk." Marsha memperbolehkannya masuk.
"Yakin nih aku boleh masuk?" Wisnu berjalan perlahan.
Ia melihat seorang wanita cantik sudah berdiri di sana. Ia memakai gaun milik Marsha. Senyumannya, tatapannya, achhhh membuat jantung Wisnu berdetak kencang tak karuan.
"Eh Nu, Wisnu!" Marsha memanggilnya beberapa kali tapi Wisnu masih nyengir aja.
"Eh iya!" Wisnu kaget.
"Ini Teresa, temanku di Wonderland, Resa ini Wisnu, temen aku di dunia manusia," ucapku memperkenalkan mereka.
"Bolehkan aku menjabat tanganmu?" wisnu mengulurkan tangan pada Teresa.
"Iya." Teresa ikut menjabatnya.
Wisnu merasakan tangan wanita itu begitu hangat.
"Halus banget, kamu manusia atau bidadari sih?" rayu Wisnu seperti biasa.
Teresa hanya tersipu malu.
"Bener ya kata Rakka, si Wisnu emang playboy," cibir Marsha.
ns 15.158.61.20da2