Di hutan Wonderland.
"Siapa yang sedang membicarakanku, ha!" Raja Singa bangun dari tidurnya.
Ia melihat Elang hitam terbang melintasi wilayahnya. Elang itu menunduk seraya memberi salam pada Raja Singa. Elang itu bergegas menemui penyihir hutan.
Seorang wanita yang berpakaian serba hitam sedang memutar-mutar air dengan tangan di wadah yang terbuat dari ranting kayu.
Elang itu bertenger dan berubah wujud.
"Kenapa kamu kemari?" tanya wanita itu.
"Ketua membutuhkan kain milik sang Putri lagi, apa Anda masih mempunyainya?"
"Aku sudah tak memilikinya, tapi aku punya barang yang lain." Penyihir itu mengeluarkan sesuatu dari kotak perhiasan. Sebuah jepit berpita biru dan sedikit rambut milik sang Putri.
"Ini bayaran kamu." Elang itu memberikan sekantong uang dan mengambil kotak itu.
Sang Elang segera terbang kembali menemui sang Harimau.
***
Marsha merasa waktunya bersembunyi tidaklah lama lagi. Harimau dan pengawalnya akan segera menemukannya. Di tengah malam ia berbicara pada Toni di luar rumah Wisnu.
"Apa kita harus pergi ke hutan itu, tapi keaadan kamu masih seperti ini Sha," bantah Toni.
"Aku tak ingin melibatkan Rakka dan Wisnu dalam masalahku, aku tak ingin mereka terluka karenaku, kita harus segera pergi dari sini Ton," sahut Marsha.
"Baiklah, besok pagi setelah mereka berangkat kerja, kita akan pergi."
Marsha mengangguk.
Paginya. Ketika Rakka dan Wisnu sudah berangkat kerja. Marsha dan Toni pergi ke hutan menemui Pamannya Marsha. Beliau adalah leluhurnya yang menikah dengan manusia. Marsha akan bertanya bagaimana cara menghancurkan Raja Singa itu.
Marsha dan Toni berlari menyusuri hutan. Membelah semak belukar, mencari di mana pohon terbesar dan tertua di hutan itu. Marsha menutup mata dan mengeluarkan kekuatannya.
Mendadak beberapa semak belukar itu tampak menyingkir dan membuat jalan untuk wanita itu. Mereka berdua berjalan dan sampai di sebuan pohon yang sangat besar. Pohon itu adalah pintu menuju ke alam lain, di mana pamannya tinggal selama ini.
Marsha masuk ke pohon itu dan menemukan jembatan kayu menuju ke tebing di sisi jalan.
"Hati hati Sha!" Toni memeganginya.
Sampailah mereka di sebuah rumah kayu yang cukup besar.
"Siapa kamu?" seorang wanita bertanya padanya.
"Apa Paman Daremo tinggal di sini?" jawab Marsha.
Seorang lelaki paruh baya keluar dari rumah dan mendatangi mereka.
"Putri, kamukah itu?"
"Paman." Marsha langsung memeluk pria yang dulu selalu menggendongnya saat ia masih kecil.
"Wahhh, kamu sudah besar rupanya," Daremo menepuk bahu wanita itu.
Di dalam rumah. Marsha menceritakan perjalanannya kenapa bisa datang ke dunia manusia.
***
Elang tiba dan memberikan sebuah kotak pada Harimau.
"Bagus, saatnya kita berburu!" Mereka semua bergegas mencari Marsha kembali.
***
Di klinik Rakka. Ia mendapat telpon.
"Iya Nu kenapa?"
"Gawat Ka! Marsha dan Toni pergi dari rumahku."
"Apa! serius kamu!"
"Iya, ini aku ada di rumah dan Marsha cuman ninggalin pesan buat kita."
"Aku akan pulang sekarang." ucap Rakka dan membereskan semua kerjaannya lalu bergegas ke rumah Wisnu.
Sesampainya di rumah Wisnu.
"Lihat Ka, ini pesan dari Marsha, menurutmu dia pergi ke mana ya? bukannya kamu bilang dia nggak punya tempat tujuan," pungkas Wisnu.
Rakka membaca pesan dari Marsha.
"Rakka, Jika kamu membaca ini, mungkin aku sudah berada jauh darimu. Tapi ingatlah hatiku akan selalu ada untukmu. Aku melakukan ini karena tak ingin kamu terluka, aku harus membunuh Raja Singa itu sendiri, baru aku bisa kembali ke padamu. Maafkan aku, karena melanggar janjiku untuk tak meninggalkanmu, dari aku wanita yang selalu mencintaimu."
Rakka meremas kertas itu.
"Ka, gimana? kamu tau nggak mereka ke mana?"
"Aku tau satu tempat yang di bicarakan Toni sebelum ia pergi," ucap Rakka.
"Benarkah, di mana itu?" tanya Wisnu.
"Itu di tengah hutan belantara, aku akan menyusulnya, aku tak ingin Marsha terluka lagi!"
"Tapi Ka, apa kamu yakin?" tanya Wisnu.
Rakka mengangguk.
"Aku akan ke rumah untuk mengambil senjataku," ucap Rakka.
"Tunggu Ka, aku akan ikut denganmu," pinta Wisnu.
"Apa kamu yakin Nu, aku tak bisa menjamin keselamatanmu nanti."
"Haestt, cerewet kamu, aku ini ahli bela diri, kamu lupa," celetuk Wisnu.
"Baiklah."
***
"Marsha, apa kamu yakin bisa mengalahkan Raja Singa sendirian, itu sangat berbahaya," ujar Daremo memperingati.
"Aku harus melakukannya Paman, sebelum ia membunuhku pada akhirnya," sahut Marsha.
Daremo mengeluarkan sebuah kotak persegi panjang. Di dalamnya terdapat pedang yang sudah di asah olehnya. Pedang itu terbuat dari gigi buaya yang sudah hidup beratus-ratus tahun lamanya.
"Wahh, ini pedang legenda itu," ucap Toni seraya kagum melihat pedang itu.
"Bawalah ini bersamamu, saat kamu akan membunuh Raja Singa atau prajuritnya, teteskan sedikit darahmu, maka pedang ini akan mendengarkan ucapanmu dan memusnahkan mereka," jelas Daremo
"Terima kasih Paman."
Daremo mengangguk.
"Kami akan pergi sekarang juga, waktu kami tinggal sedikit Paman," ucap Marsha.
"Berhati-hatilah," pesan Daremo sebelum mereka pergi.
***
Harimau dan para pengawalnya berlari sekencang-kencangnya. Ia merasakan bau tubuh Marsha sudah cukup dekat. Marsha yang baru saja keluar dari pohon itu merasa sakit di dadanya.
"Ouchhhhhh," rintih wanita itu menahan sakit.
"Kenapa Marsha?" tanya Toni ikut cemas.
"Kita terlambat, mereka sudah datang."
Toni segera menarik tangan Marsha
"Ayo cepat!" Mereka berdua segera pergi dari tempat itu.
ns 15.158.61.48da2