Rakka membawa kelinci itu ke klinik. Ia memasukkan hewan berbulu itu ke dalam kandang. Kelinci itu tampak berlarian ke sana ke mari, seraya menikmati tempat tinggal barunya.
"Oh ya, siapa tadi namanya." Rakka mengingat Clara memberitahu kelinci itu bernama Marsha.
"Oh iya, Marsha, nama yang cantik, sangat cocok untukmu," gumam pria itu. Setelah menaruhnya di sana, Rakka langsung pulang. Ia merasa lelah karena seharian melakukan perjalanan jauh.
Kelinci itu keluar dari kandang karena merasa sudah tak ada orang di sana. Ia berubah wujud dan melangkah ke sana ke mari. Ia melihat-lihat dan menemukan kemeja Rakka yang tergantung di belakang pintu, ia lalu memakainya.
Wanita itu pergi keluar dan tak menemukan rumput atau tumbuhan lainnya. "Tempat apa ini! kenapa tak ada rumput sama sekali," gumamnya seraya cemberut. Ia begitu kelaparan.
Ia membuka semua lemari, kulkas dan apapun itu. Wanita itu mencari sesuatu yang bisa di makan. Ia menemukan kue dan beberapa coklat lalu langsung memakan apa saja yang terlihat.
Setelah ia kekenyangan ia kembali ke wujud kelinci lagi dan masuk ke kandang.
***
Keesokan harinya saat Rakka membuka pintu klinik. Ia begitu terkejut melihat kliniknya porak-poranda bagai kapal pecah.
"Apa di sini baru kemalingan ya?" Rakka berlari mengecek di sana-sini. Tapi tidak ada barang berharga yang hilang, aneh, hanya semua makanan berserakan.
Ia merapikan tempat itu dan mengisi penuh kulkasnya lagi.
Hari kedua ia mengalami hal yang sama.
"Hah, lagi-lagi!"
Ia sangat penasaran apa yang terjadi pada kliniknya saat ia tak ada di sana. Rakka diam-diam memasang cctv yang sudah dikaitkan dengan ponselnya.
***
Saat malam hari di rumah Rakka. Ia menyalakan cctv itu, ia menunggu apa yang akan terjadi nanti. Tiba-tiba ia melihat kelinci itu melompat dari kandangnya. Lalu ia berubah menjadi seorang wanita. karena ia tak memakai baju. Rakka kaget dan menutup matanya.
Tak lama kemudian ia penasaran lagi, ia benar-benar melihat kelinci itu berubah menjadi wanita. Ia mengusap-usap matanya tanda tak percaya.
"Hahh, apa-apa an ini!"
Besoknya. Rakka menatap ke kelinci itu, tapi kelinci itu tampak seperti tak berdosa dan tak mempedulikannya.
Saat malam hari. Rakka sengaja keluar rumah sebentar, menunggu kelinci itu berubah wujud lalu ia masuk ke kliniknya lagi.
"Arccccchhhhhhh!" Marsha berteriak karena kaget.
Mereka berdua duduk di sofa. Marsha tampak merunduk takut.
"Aku nggak akan memakanmu kok, nggak usah takut," ucap Rakka memecah keheningan.
Marsha mulai sedikit nyaman.
"Jadi kamu benarhbenar kelinci itu?"
Marsha mengangguk.
"Apa kamu nggak bisa ngomong?"
"Bisa kok," suara Marsha begitu merdu.
"Lalu, nama kamu siapa?"
"Marsha," ucapnya tersenyum memperlihatkan gigi kelincinya.
"Bukannya itu nama yang diberikan adikku ya."
"Aku nggak tau namaku siapa, karena ketika aku pergi dari hutan Wonderland, ingatanku tentang masa lalu akan mulai pudar."
"Lalu apa aku harus mengembalikan mu ke hutan itu," tanya Rakka.
"Tidak! aku tak ingin pulang, mereka akan membunuhku!"
"Maksud kamu siapa?"
"Para tetua di hutan, karena banyaknya kerusakan hutan pada saat ini, tetua hutan bilang itu ulah monster hutan, dan mereka meminta tumbal setiap tahunnya, aku adalah tumbal selanjutnya, tapi aku kabur ketika upacara itu dilakukan, jadi tolong jangan bawa aku pulang ke sana, kumohon," ucap Marsha memelas.
"Baiklah kalau begitu."
"Apa kamu punya makanan? aku begitu lapar," ucap Marsha dengan manja.
"Bukannya aku sudah memberikanmu makan tadi?"
"Aku tidak menyukainya."
"Tunggu, akan kubuatkan sesuatu."
Rakka membuatkan pop mie untuknya.
"Ini makan lah."
Marsha mengambil mie itu menggunakan tangannya.
"Ouchhhh panas," Marsha murung tangannya kesakitan.
"Haduh, kenapa kamu pakai tangan, kan ada sumpit itu," Rakka mengambil salep dan mengoleskan ke tangan Marsha yang melepuh.
"Aku tak bisa menggunakannya," Marsa menunjuk pada sumpit kayu itu.
Rakka mengambil garfu dan memperagakan cara mengambil mie itu.
"Ayo giliranmu."
Marsha memutar-mutarkan garfunya, dan ia berhasil.
"Achhhh aku berhasil." Ia tersenyum riang gembiram
Rakka masih menatapnya, Ia melonjak-lonjak dan memperlihatkan pahanya yang putih mulus.
"Marsha! ayo duduk!" bentak Rakka.
"Ehmm iya," sahutnya lirih.
Rakka melepas jasnya dan menutupkan ke paha wanita itu.
"Apa kamu tidak bisa memakai celana juga?" tanya Rakka.
Marsha tersenyum.
Mendadak ia mendengar sesuatu.
"Sepertinya ada yang akan datang," Marsha segera berubah menjadi kelinci lagi dan bersembunyi di bawah kemeja Rakka.
"Rakka! di mana sih kamu? hahh di sini ternyata!" panggil Wisnu, teman Rakka.
"Kok kamu ke sini Nu, aku kan nyuruh kamu nunggu di cafe!"
"Kamunya kelamaan sih, ehh mie siapa ini? kamu dah makan ya? wah curang banget!" ucap Wisnu.
"Aku kelaparan jadi cuman makan dikit!"bantah Rakka.
Mendadak seekor kelinci melongok dari bawah kemeja, dan wisnu langsung mengambilnya.
"Wahhh, kelinci siapa ini, cantik banget, imut lagii, ohhhhhh," Wisnu menciumi kelinci itu beberapa kali.
"Haesttt, lepasin nggak! dia masih sakit, sini!" Rakka mengambil kelinci itu dengan paksa dan memasukkannya ke kandang.
"Tumben kamu melihara kelinci, dapat dari mana?" tanya Wisnu.
"Itu kelincinya Clara, karena dia lagi sakit, jadi sementara aku rawat disini."
"Bro, ayo ke cafe, aku laper nih!"
"Iya iya ayo pergi."
Mereka berdua pergi meninggalkan klinik itu.
399Please respect copyright.PENANAsnMMmMl9R5