Pagi hari sebelum rakka berangkat ke klinik. Ia pergi ke mall dan berbelanja.
"Aku nggak nyangka aku ada di sini?" Rakka membenarkan topi dan kaca mata hitamnya yang ia pakai sebagai penyamaran.
"Iya Mas, ada yang bisa saya bantu?" seorang pegawai bertanya padanya.
"Mbak, tolong gaun ceweknya dua set untuk umur 20 tahunan ya, sekalian dalemannya ya Mbak." Rakka menutup mukanya karna malu
"Tapi Mas untuk daleman, ukurannya berapa ya?"
"Hahhh ukuran!" Rakka bingung karena nggak tau apapun soal itu.
"Kalau di lihat-lihat, persis kok kayak punya Mbak," celetuknya.
"Apaaaaa!"pelayan itu menutupi dadanya.
Rakka benar-benar dibuat malu. Sesampainya di klinik ia mengeluarkan Marsha, menaruhnya di atas kemejanya
"Bisakah kamu berubah sekarang?"
Marsha pun langsung berubah.
"Cling."
"Ini pakailah kurasa cocok untukmu." Rakka memberikan sebuah tas berisi pakaian.
Marsha mengelurkan bh itu dan bertanya.
"Ini apa?"
"Haduhh kamu ini, itu untuk punyamu lah," Rakka menunjuknya.
"Ohhh ini," Marsha memegang dadanya sendiri dan terkekeh.
"Sana masuk kamar, kamu cobain pas enggaknya," pinta Rakka.
Marsha masuk ke kamar. Ia sudah bisa memakai gaunnya. Tapi ia kesulitan untuk menresleting. 8ia keluar dan memanggil Rakka.
"Bisakah kamu membantuku Rakka?" tanya Marsha.
"Darimana kamu tau namaku?"
"Semalam aku mendengar pria itu memanggilmu," ucap Marsha.
"Oh, kenapa manggil aku?"
Marsha berbalik dan mengibaskan rambutnya yang panjang. Rakka melihat punggung Marsha yang belum di tutup. Rakka langsung menutup matanya.
"Apa apa an sih kamu!" bentak pria yang berprofesi dokter itu.
"Aku nggak bisa mengancingnya, tolong kancingin buat aku," pinta Marsha.
"Haesttt, bisa gila aku!"
Rakka menarik resleting itu hingga ke atas. Ia berkeringat dingin, jantungnya deg deg an Ia belum pernah sedekat ini dengan seorang wanita sebelumnya.
"Apa sudah selesai?" tanya Marsha.
"Sudah kok."
Marsha menari-nari kegirangan.
"Tunggu, pakai ini juga." Rakka mengambilkan sepatu untuknya.
Marsha tersenyum manis padanya.
Mendadak Clara datang di antar supirnya. Ia ingin menengok keadaan Marsha kelincinya.
"Clara kok kamu bisa disini?" tanya Rakka kaget melihat adiknya ada di sana.
"Kakak, kemana si Marsha? apa dia udah mati Kak? kemana dia Kak?"
"Oh si Marsha, Kakak titipin di rumah Wisnu bentar, soalnya dia juga suka sama kelinci, ntar dia pulang kerja, bakal dibalikin kok, jangan kuatir," ucap Rakka beralasan.
"Oh gitu ya, lalu Kakak cantik ini siapa?" Clara menatap Marsha yang tersenyum manis padanya.
"Dia," Rakka menunjuk ke marsha
"Namaku Marsha." Ia memperkenalkan diri pada Clara.
"Kok namanya sama kayak kelinci aku."
"Apa kelincimu itu secantik Kakak?"
"Ehmm, bangetttt," ucap Clara tersenyum.
"Udah mau sore Clara, cepet pulang ntar mama nyariin," pinta Rakka mengusirnya.
Clara menarik tangan Kakaknya.
"Eh Kak, cewek itu pacar Kakak ya?"
"Ngaco kamu! bukan lah," bantah Rakka.
"Terus dia di sini ngapain?"
"Dia salah satu pelanggan Kakak."
"Oooo." Mata Clara masih menatap curiga.
Akhirnya Clara undur pamit dan pulang.
"Dadaaa Kakak cantik."
"Dadaa Clara sayang."
Setelah mobil itu berlalu.
"Sepertinya adikku menyukaimu."
"Tidak ada yang bisa mengalahkan pesonaku, jangankan adikmu,orang lain pun sama," ucap Marsha terkekeh.
"Wahh, sombong banget kamu."
Marsha tiba-tiba merangkul tangan Rakka.
"Apa an sih!"
"Aku laper," ucap Marsha dengan manja.
"Haduhh kamu ini, ya udah kita pergi cari makan."
Di sebuah restoran.
"Ini makanan apa sih! aku mau makan rumput!" bentak Marsha.
Semua orang menatapnya.
"Bisa diem nggak! kamu ini udah di dunia manusia, jadi kamu nggak boleh makan rumput lagi," ucap Rakka memarahinya.
"Achhhh," Marsha mengeluh.
Rakka memesankan sayuran wortel untuknya.
"Achhhh, aku suka ini," Marsha langsung makan dengan lahap.
(Anak kecil juga tau,kalau semua kelinci itu suka makan wortel) Rakka berkata dalam hati.
Wisnu berjalan di luar restoran itu dan tak sengaja melihat Rakka. Ia akhirnya mampir.
"Rakka kamu disini?"
(Mampus aku, ini kutu kupret ngapain di sini) ucap Rakka dalam hati.
"Ehmm, iya aku lagi makan nih," jawab Rakka.
Marsha tak menghiraukan apapun dan tetap makan dengan lahap.
"Cewek ini siapa, cantiknya," puji Wisnu.
Dibilang cantik marsha langsung menatap Wisnu dan memberikan senyumannya.
"Ohhhhhhh, hatiku seperti di tusuk panah rasanya, kenapa senyummu begitu manis," rayu Wisnu.
"Udahlah Wisnu gombal mulu kamu!" bentak Rakka.
"Aku selesai, aku masih lapar," ucap Marsha sambil menatap Rakka.
"Marsha, kamu sudah habis dua piring, apa kamu masih kuat makan lagi," tanya Rakka keheranan.
Marsha mengangguk.
"Oh nama kamu Marsha rupanya, nama yang cantik, secantik orangnya." Wisnu menjulurkan tangannya.
"Aku Wisnu," ucapnya berkenalan.
Marsha bingung kenapa ia menjulurkan tangan. Lalu ia menjulurkan tangannya pula, sama seperti yang ia lakukan. Wisnu langsung menarik tangan Marsha dan mengelus-elus tangannya.
"Halus banget, kamu manusia atau bidadari sih," ucap Wisnu.
Rakka akhirnya memisahkan mereka.
"Udah Marsha kita harus pulang," ucap Rakka.
"Eh Ka, pelit banget sih kamu, jangan-jangan mau kamu gebet sendiri nih cewek," ujar Wisnu yang masih belum puas mengelus tangan Marsha.
"Berisik kamu Nu!" bentak Rakka.
Rakka menarik tangan Marsha dan membawanya pergi.
Di dalam mobil Marsha cemberut karena Rakka tak memberi makan lagi padanya, Rakka tau itu.
"Tunggu bentar di sini, aku mau beli sesuatu."
"Ehmm iya," jawab Marsha datar.
Rakka masuk ke supermarket dan membeli beberapa cemilan dan kue.
"Ahhh, apa aku juga udah ke sihir olehnya, bisa-bisanya aku nurutin permintaan dia," Rakka bergumam pada kantong plastik yang ia bawa.
Sesampainya di mobil.
"Nih biar kamu nggak cemberut lagi," Rakka memberikan kantong plastik itu pada Marsha.
Marsha melihat banyak makanan di sana, matanya berbinar dan senyumnya yang cantik kembali menghiasi wajahnya.
"Ternyata hanya makanan yang bisa membuatmu tersenyum," gumam Rakka dan menggeleng melihat kelakuan Marsha.
438Please respect copyright.PENANAjfVsS1v5lv
ns 15.158.61.6da2