Di kamar Wisnu. Ia berbaring dan Toni menyusulnya.
"Aku nggak nyangka aku bakal tidur dengan seekor katak," celetuk Wisnu.
"Apa kamu mau aku merubahmu jadi katak juga," ancam Toni.
"Ampunnn, tidak, tidurlah, aku tidak akan mengganggumu." Wisnu bergeser agak jauh.
Pagi harinya mereka semua menonton berita di TV, tentang beberapa tempat yang mendadak beku entah karena apa. Padahal di Indonesia tidak ada musim dingin ataupun salju.
"Kalian lihat itu, apa ini dunia ice man, siapa yang bisa membekukan tempat seluas itu?" Wisnu menggerutu.
"Itu pasti ulah Hari." Marsha datang menghampiri mereka.
"Marsha! memangnya kamu sudah sembuh? kenapa keluar kamar." Rakka menuntun wanita berambut panjang itu untuk duduk di sofa.
"Aku dah baikan kok."
"Sha, kamu bilang tadi ulah siapa?memangnya Hari itu siapa?" Wisnu bertanya lagi
"Dia adalah pengawal Raja Singa yang paling berbahaya, ia bisa membuat apapun menjadi es hanya dengan menyentuhnya," ucap Marsha.
"Kamu pikir aku akan percaya itu, apa dia adalah Elsa di film frozen, ngaco kamu Sha," cibir Wisnu.
Mendadak Toni mengepalkan tangan dan keluarlah bara api dari sana.
"Whaaaaaaaa, apa ini, apiiii....apa itu benar api?" Wisnu ketakutan dan menaikkan ke dua kakinya ke sofa.
"Peganglah maka kamu akan percaya," pinta Toni.
"Coba ku pegang, ini pasti palsu." Wisnu datang dan memegang api itu.
"Whaaaaaaaaa, sialan! panasssssss!" Ia segera mengemut jarinya.
Mereka semua tersenyum.
"Apa mereka sudah tak bisa menemukanmu kali ini?" tanya Rakka.
"Untuk sementara aku masih punya waktu, sampai ia mendapat bantuan dari penyihir hutan untuk melacakku kembali," jawab Marsha.
"Hah, ada penyihir juga?" tanya Wisnu.
"Iya, penyihir itu selalu memakai jubah hitam dan menutupi mukanya, makanya kemaren aku ketakutan setengah mati karena mengira kamu penyihir itu Ka," timpal Marsha.
"Oh maafkan aku, aku nggak tau."
"Iya nggak papa."
"Wahh, jam berapa ini? aku harus ke kantor." Wisnu berkata dengan lantang.
"Wisnu, bolehkan aku tinggal di sini untuk sementara waktu?" Marsha memohon padanya.
"Tentu saja, aku akan pulang cepat hari ini," ucap Wisnu tersenyum.
"Ngapain kamu pulang cepat ha!" Rakka membentaknya.
"Ya karena ada Marsha di sini, aku nggak mau dia kesepian," jawab Wisnu beralasan
Marsha tersenyum.
"Ada aku kok di sini, kalian nggak perlu khawatir." timpal Toni
"Justru ada kamu itu yang perlu di khawatirin," gumam Wisnu.
"Ya udah kita berangkat dulu." Rakka berpamitan.
Wisnu sudah keluar untuk mengambil mobilnya.
"Rakka." Marsha memanggil pria itu sebelum ia keluar rumah.
"Iya kenapa?"
"Makasih semalam udah bantuin aku," ucapnya lirih.
Rakka mendekati Marsha dan berbisik.
"Aku tidak melakukannya untuk membantumu, tapi aku melakukan itu karena aku menginginkannya," ucap Rakka dengan tegas.
Marsha tersenyum malu mendengar ucapan itu.
***
Di sebuah tempat. Rumah yang sudah tidak terpakai. Hari dan pengawalnya berkumpul di sana.
"Ketua, biarkan saya yang pergi untuk menemui penyihir hutan, tolong tunggulah kabar dari saya," ucap sang Elang.
"Baiklah, segeralah kembali."
"Baik Ketua."
Sang Elang segera berubah wujud dan terbang ke angkasa. Menuju ke hutan Wonderland.
***
Sore hari setelah Rakka selesai bekerja. Ia pulang ke rumah untuk mengambil beberapa baju.
"Rakka apa kamu akan bermalam di rumah Wisnu lagi?" tanya ibunya.
"Iya Ma, untuk sementara waktu aja."
"Oh baiklah."
Clara tiba-tiba nyelonong masuk.
"Kakak mau kabur kemana ha! mana Toni?" tanyanya seraya kesal.
"Oh Kakak lupa, nih dia, udah sembuh udah bisa lompat-lompat tuh," ucap Rakka mengeluarkan sebuah kotak kaca milik Clara.
"Ahhhh, makasih Kakak," ucap gadis itu terlihat senang.
(Dasar ni bocah, di bohongin mau aja, itu kan kodok dari pasar) Rakka berbicara dalam hati.
Di mobil.
"Kenapa hari ini aku sangat merindukan Marsha ya, padahal tadi pagi aku sudah bertemu dengannya, achhhh, aku tak bisa menahan rasa ini." Rakka mengelus dadanya karena terasa sesak.
***
Rakka sampai di rumah Wisnu.
"Ton Marsha di mana?"
"Dia di dalam kamar, lagi meditasi."
Rakka dengan perlahan masuk ke kamar tak ingin mengganggunya Marsha tampak duduk di lantai yang di alasi karpet. Ia sedang mengatur pernafasan. Mendadak ia muntah darah lagi. Rakka langsung mendekati dan membantunya.
"Apa kamu masih terluka Sha?" Rakka mengambil tissu dan mengusap darah di mulut wanita itu.
"Aku akan sembuh dalam beberapa hari ini, kamu kok sudah pulang?"
Rakka mengangguk, Marsha bangun dan duduk di ranjang.
"Sha aku mau tanya? apa energi yang ku berikan padamu itu berguna?"
"Tentu saja, kenapa kamu menanyakannya?"
"Apa itu cukup untukmu, kurasa tubuhmu masih terlalu lemah, apa aku perlu menyalurkan energiku lagi padamu?" Rakka menatap Marsha dengan manja.
"Hahhhh!" Marsha mengambil bantal dan menaruh di paha, lalu menyuruh Rakka berbaring di sana.
"Kesinilah," pinta Marsha.
Rakka menurutinya dan berbaring Marsha membelai rambut pria yang sudah banyak menolongnya itu.
"Makasih karena kamu juga menerima keadaanku seperti ini, aku nggak nyangka ramalan nenekku benar adanya, bahwa aku akan menemukan cinta sejatiku di dunia manusia," ucap Marsha bercerita.
"Benarkah itu, jadi apa nenekmu sudah tau kalau kita akan bertemu seperti ini."
Marsha mengangguk
"Karena itu aku lari saat hari pernikahanku, karena aku ingin bertemu denganmu," ucap Marsha yang masih membelai rambut Rakka.
"Apa Raja Singa itu tampan?"
"Hahhhh! tampan apanya, dia sudah tua, kepalanya botak dan perutnya buncit, sangat mengerikan," cibir Marsha.
"Hahaha, pantas saja kamu tak ingin menikah dengannya," tawa Rakka.
Rakka menatap Marsha yang ikut tertawa.
"Bisakah kamu berjanji kepadaku?" ucap rakka lirih.
"Apa itu?"
"Jangan tinggalin aku ya, kumohon," pintanya pada wanita berkulit putih itu.
Marsha diam sejenak.
"Marshaaa," panggilnya lagi.
"Ehmm, iya aku janji kok," ucap Marsha dan tersenyum.
Rakka memegang pipi Marsha. Rakka mengangkat kepalanya ke atas sehingga bisa mencium bibir wanita yang kini disukainya itu. Marsha merunduk untuk menciumnya balik.
Mendadak seseorang nyelonong masuk ke kamar dan mengagetkan mereka berdua.
"Oh, maaf, aku datang di saat tidak tepat," ujar Wisnu yang langsung berbalik keluar kamar.
"Haestt! tu anak, kenapa nggak ketuk pintu dulu sih!" Rakka menggumpatnya.
Marsha merunduk malu.
"Hah, kenapa hawanya panas sekali di sini, bisa-bisanya si Rakka, dia selalu saja mendahuluiku." Wisnu menggerutu.
361Please respect copyright.PENANAUJvFiSYQVA
361Please respect copyright.PENANAqdYWcJfR6j
361Please respect copyright.PENANAUsK64YUsZh