Keesokan harinya seperti biasa Rakka sudah datang ke klinik. Ia melihat Marsha masih tertidur di kandangnya. Ia mengeluarkannya dan mencium bau yang tidak sedap dari tubuh Marsha.
"Kenapa kamu bau banget Marsha, apa kamu belum mandi sama sekali," gumam Rakka.
Rakka segera membawanya ke kamar mandi dan memandikan hewan berbulu itu.
"Untungnya kamu cuman kelinci, jadi aku bisa mandiin kamu, tapi jangan berubah dulu ya sebelum aku selesai," ucap Rakka yang masih menggosok punggung Marsha menggunakan sabun.
Tiba-tiba, "clinggggg."
Marsha sudah berubah wujud. Dan Rakka melihat kakinya yang putih mulus tak tertutup kain sedikitpun. Rakka berbalik dan berdiri.
"Haestt, bandel banget sih kamu ini!" bentak Rakka.
Marsha tak menghiraukannya. Ia berputar-putar menikmati air shower itu.
"Achhhh, aku sudah lama tak bermain air," ucap wanita itu kegirangan.
Rakka ingin melangkah maju. Mendadak Marsha merangkulnya dari belakang. Rakka diam terpaku, ia merasakan tubuh Marsha yang melekat ke badannya. Keringat dingin mulai keluar dari tubuh pria itu. ia merasakan sesuatu yang tidak biasa.
"Kamu mau kemana? kamu belum selesai memandikanku," ucap Marsha dengan manja.
"Marsha, kamu nggak boleh melakukan ini pada orang lain." Rakka melepaskan tangan marsha dan melangkah ke depan pintu untuk mengambil handuk yang tergantung di sana.
"Nih pakai!" Rakka memberikan handuk itu padanya.
Marsha mengambilnya dan melilitkan kain itu pada badannya.
"Aku hanya melakukan itu padamu kok," ucap Marsha.
"Apa kamu sudah memakainya?" tanya Rakka.
"Udah," jawab Marsha.
Rakka berbalik badan dan menatapnya. tubuh Marsha putih mulus masih terbalut handuk, rambutnya yang panjang basah karna percikan air, tak bisa dipungkiri ia memang sangat cantik.
"Marsha, di dunia manusia, kamu itu perempuan, dan di sini kamu tidak boleh menunjukkan tubuhmu yang tidak memakai pakaian kepada siapapun, termasuk aku," ucap Rakka memperingatkan Marsha.
"Iya, aku tak akan mengulanginya lagi," ucap Marsha lirih.
"Awas kamu ya!"
Mendadak Marsha berubah menjadi kelinci lagi, Rakka mengira ia marah padanya.
"Marsha apa kamu marah padaku?"
Tiba-tiba terdengar suara dari pintu kamar mandi.
"Ngapain kamu di sini Ka?" Wisnu datang dan bertanya.
"Ohhh ku kira." Rakka lega Wisnu tak melihatnya.
"Aku lagi mandiin kelinci nih! ngapain kamu kesini?" jawab Rakka.
"Oh kelinci, duh kasihan banget, dia kedinginan tuh."
Wisnu langsung mengambil Marsha dan membalutnya dengan handuk. Marsha menyukainya. Ia menggeliat di badan Wisnu.
"Haestt wanita itu." Rakka bergumam menatap sinis pada mereka berdua.
"Lihat, sepertinya kelinci ini menyukaiku, bisakah aku membawanya pulang, aku akan memeliharanya," pinta Wisnu.
"Nggak boleh, dia hanya milikku!" Rakka mengambil Marsha dengan paksa dan memasukkannya ke kandang.
"Serius banget sih Bro, kayak aku ngambil pacarmu aja, ini kan cuman kelinci," bantah Wisnu.
"Udah ku bilang enggak ya enggak, lagian kelinci ini punya Clara, dia kadang datang untuk ngecek," ucap Rakka beralasan.
"Hem gitu ya."
"Kamu kesini ngapain sih?" tanya Rakka pada pria yang sering nyelonong masuk ke kliniknya.
"Oh ya lupa, nih beberapa data orang yang kamu butuhin buat jadi asisten di sini, katanya kamu lagi butuh."
Rakka berfikir kalau ada orang lain yang tinggal di sini, lalu Marsha mau di taruh di mana, dia juga bakal nggak bebas nanti.
"Udah biar aku aja yang urus, untuk sementara aku masih nggak butuh," tolak Rakka.
"Oh ya udah, kalau gitu aku pamit ya," pinta Wisnu.
"Hemm iya."
Rakka mengantarkan Wisnu sampai ke depan klinik. Lalu ia masuk lagi ke dalam dan membalik tulisan di depan pintu kliniknya menjadi Close.
Marsha sudah keluar dan memakai bajunya kembali. Ia berdiri di depan pintu menunggu Rakka.
"Astaga kaget aku!" ucap Rakka.
Marsha tersenyum, Rakka melihat rambutnya yang basah.
"Duduk sini kamu," pinta Rakka.
Marsha mengikuti arahannya. Rakka mengambil handuk dan membantu mengeringkan rambut Marsha.
"Rambutmu begitu panjang. Akan sulit dibersihkan pakai handuk, besok akan kubawakan hair dryer untukmu," ucap Rakka yang masih mengusap-usap rambut wanita cantik itu.
"Makasih." Suara Marsha terdengar lembut.
Ia memainkan kedua kakinya menunggu Rakka selesai mengeringkan rambut. Mendadak Marsha memegang ke dua tangan Rakka dan menariknya ke depan, seolah Rakka sedang merangkulnya.
"Marsha, apa apa an kamu!"
Marsha meliriknya. Wajah mereka sudah sangat dekat. Jantung Rakka berdetak kencang. Ia merasa seperti Marsha akan menciumnya.
"Apa aku sudah tidak bau Rakka," tanyanya.
Rakka menghela nafas dan menarik tangannya dari pundak Marsha.
"Haesttt kamu ini!"
Marsha menatapnya dengan tatapan tak berdosa sama sekali. Rakka tak jadi memarahinya.
"Marsha, bisakah kamu tidak melakukan hal yang aneh-aneh," pinta Rakka padanya.
"Maksudnya?" Marsha tak mengerti.
"Aku adalah pria Marsha, kita tidak boleh sedekat ini, kita harus punya jarak 5 meter, seperti ini contohnya, kamu tidak boleh terlalu dekat dengan siapapun, mengerti kamu!" ucapnya menjelaskan.
Marsha mengangguk.
"Aku ingin pergi ke suatu tempat," ujar Rakka.
"Bolehkan aku ikut, aku bosan di sini," pinta Marsha dengan manja.
"Tapi, kamu jangan bikin masalah ya!"
"Iya." Marsha merasa senang karena akan jalan-jalan.
Di supermarket.
"Aku harus membeli beberapa peralatan untukmu, aku tak punya apapun di klinik," gumam Rakka dan melirik ke Marsha yang tadi disampingnya kini sudah raib.
Marsha berdiri di depan TV dan menatap TV itu dengan serius. Ketika artis di dalam TV itu menangis ia pun ikut menangis.
"Huaaahuaaahuaaaa." Marsha menangis dan semua orang menatapnya.
Rakka dengan segera mendekap mulutnya.
"Aku kan sudah bilang jangan bikin masalah," bentak Rakka.
"Pria itu jahatt, hix hix, masak dia dorong wanita itu ke jurang, hix hix," isak Marsha yang masih terus menangis.
"Haestt, itu kan cuman akting, bohongan, itu nggak mati beneran lah," bantah Rakka.
"Ahh serius!" Marsha menghentikan tangisannya.
"Haduh ni bocah, udah ikut aku!" Rakka menarik tangan Marsha untuk pergi dari sana.
Sesampainya di klinik. Ia mengajarkan banyak hal pada Marsha. Kalau tiap pagi dia harus mandi sendiri, lalu dia boleh makan dan jangan lupa membersihkan klinik itu.
"Siapp! aku akan menuruti semua perintahmu Rakka," ucapnya tersenyum.
"Bagusss." Rakka mengelus rambutnya.
Marsha merangkul tangan Rakka.
"Hehh lima meter!" bentak Rakka.
Marsha segera menjauh.
"Tapi apa kamu hanya akan datang setiap pagi Rakka, aku kesepian," ucap Marsha dengan manja.
"Hemmm, aku akan datang pagi-pagi sekali, puas."
Marsha mengangguk dan melemparkan senyuman pada pria berhidung mancung itu.
387Please respect copyright.PENANAXHTVN5nGIW