Marsha dan teman-temannya baru saja sampai di dunia manusia.
"Wahh, indah ya dunia manusia itu, itu di sana apa? kok bisa jalan gitu, eh di dalamnya ada orang." Teresa bingung melihat mobil yang berjalan lalu-lalang.
"Itu namanya mobil Resa, bisa jalan cepet banget," sahut Marsha.
"Achh, mobil." Resa tersenyum.
"Stop! sebelum kita menemui Rakka, kita harus mengubah penampilan kita dulu, lihat baju kalian nggak cocok banget di sini," ujar Marsha.
"Emangnya kamu punya duit Sha?" tanya Toni.
"Aku emang nggak punya duit, tapi aku punya ini." Marsha mengeluarkan sebuah kartu di tangannya.
"Apa itu?" mereka bertanya.
"Kalian nggak tau ya, ini namanya kartu ajaib, aku pernah ngelihat Rakka gesekin ini di sebuah mesin, kita bisa beli apa aja menggunakan kartu ini," ucap Marsha terkekeh.
"Marshaaa! kamu mencuri kartu itu dari Rakka," bentak Toni.
"Aku nggak nyuri kok, aku kan cuman minjem." Marsha tersenyum lebar
"Haduhhh!"
Mereka masuk ke sebuah toko baju dan berbelanja di sana.
***
Di sebuah restoran. Wisnu datang menemui Rakka.
"Gimana? si Marsha udah ketemu belum?" tanyanya.
Rakka menggeleng.
"Anehh, aku sudah mencarinya ke manapun, tapi aku tak menemukannya," ucap Rakka dengan lesu.
"Yakin kamu!" ujar Wisnu.
"Iya lah."
"Coba tunggu aja dulu, kali aja Marsha lagi main ke rumah temennya," celetuk Wisnu.
"Wisnuuu!" bentak Rakka.
"Iya-iya, aku kan cuma mencoba menghiburmu."
Rakka menghela nafas.
"Aku harus balik ke kantor nih, jam makan siangku udah selesai," ucap Wisnu.
"Ya udah, aku juga mau ke klinik."
"Eh Ka, bayarin dulu ya ntar kuganti," sahut Wisnu seraya pergi.
"Eh sialan kamu Nu!" umpat Rakka
Rakka membuka dompet. Mencari-cari kartu kreditnya, tapi tidak ada.
"Ehh Nu, berhenti kamu! aku kehilangan kartu kreditku, dan nggak bawa uang pas, kamu aja yang bayarin," teriak Rakka.
"Yaelah, pelit banget sih kamu, pasti sengaja nggak kamu bawa ya kan," bentak Wisnu lalu kembali menemui pria itu.
"Serius Nu, aku nggak pernah nyopot tu kartu dari dompetku, kenapa tiba-tiba bisa ilang ya, anehh!" gumam Rakka.
Di luar restoran sebelum mereka berpisah, Rakka mendapatkan pesan di ponselnya
(Tagihan kartu kredit anda hari ini sebesar rp 2.000.000.)
"Gilaaaaa! aku belanja apa sampai dua juta, wahhhh aneh banget nih!" umpat Rakka bingung melihat tagihan kartu kreditnya yang tiba-tiba membeludak.
"Apaan sih Ka!" tanya Wisnu dan melirik ke ponsel Rakka.
"Aku nggak ngerasa makek kartu kreditku, tapi di sini, ditulis aku baru aja belanja sebanyak dua juta, gila nggak tuh," ucap Rakka seraya memperlihatkan pesan di ponsel pada Wisnu.
"Apa!! kok bisa kayak gitu, eh Ka! yakin kartu kreditmu nggak dipakai orang lain, atau jangan-jangan dicuri lagi," ujar Wisnu.
"Hah, masak dicuri sih, aku mesti lapor ke polisi sekarang, bisa gawat ntar," ujar Rakka mulai panik.
Marsha dan teman-temannya berjalan mendekati mereka berdua. Wisnu melihat itu dan mengusap-usap matanya seraya tak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Itu beneran Marsha kan, atau aku salah liat," gumamnya.
"Eh Nu, ayo ke kantor polisi sama aku, kamu harus jadi saksinya," ajak Rakka dan menarik tangan temannya itu.
"Ka ,Ka, lihat ge ke sana, coba lihat siapa itu?" Wisnu memegang kepala Rakka dan mengarahkannya ke Marsha.
Marsha berjalan berlenggak-lenggok menggoyangkan gaun yang ia kenakan. Sesekali ia tersenyum pada Rakka.
"Apa aku sedang bermimpi Nu," ucap Rakka lirih.
"Kupikir kita berdua merindukan Marsha," jawab Wisnu.
"Siang Rakka, siang Wisnu," sapa Marsha dengan manja.
Rakka berjalan ke arah wanita cantik itu.
"Kalau aku mimpi, aku nggak mau bangun dari mimpi ini," ucap Rakka yang masih tak percaya dengan apa yang dilihat.
Marsha mengecup pipi pria yang di cintainya itu.
"Ini bukan mimpi kok, ini aku Marsha, aku sudah kembali Rakka," ujar marsha tersenyum padanya.
Rakka langsung memeluk wanita yang sangat ia rindukan itu.
"Kamu benar-benar sudah kembali Marsha, aachh, syukurlah," ucap Rakka merasa senang.
Wisnu mendekati Teresa.
"Hai Resa, apa kamu masih ingat aku?" tanya Wisnu pada wanita cantik di sebelah Marsha.
"Masih kok." Teresa tersenyum manis pada Wisnu.
***
Di klinik. Mereka semua berkumpul.
"Eh Nu, kamu bilang mau balik ke kantor, sana pergi!" usir Rakka pada temannya itu.
"Main ngusir aja kamu Ka, mentang-mentang si Marsha udah balik, aku udah nyuruh asistenku buat ngurus pekerjaanku kok, sekarang aku free," bantah Wisnu.
"Dasar kamu!"
"Kamu sendiri, katanya mau ke kantor polisi ngurusin kartu kredit kamu," ujar Wisnu mengingatkan Rakka.
Marsha menutup mulutnya karena ingat kartu kredit itu.
"Iya ntar aku ke sana," ucap Rakka.
"Rakka," panggil Marsha lirih.
"Iya Marsha kenapa?" sahut pria itu seraya menatapnya.
"Maaf ya, sebenarnya aku yang pakai kartu kredit kamu," ucap Marsha tersenyum kecil.
"Apaaaa! kok bisa!" ujar Rakka terkejut.
"Pagi ini, aku yang ngambil waktu kamu masih tidur, maaf ya," ucap Marsha.
"Tidak bisa, kamu harus dihukum," bentak Rakka.
"Tapi Rakka!" bantah Marsha seraya murung.
"Ini hukumannya." Rakka menggelitiki tubuh Marsha lalu memeluknya.
"Ehmm, ehmmm, wahhhh! nggak berperasaan banget kalian ni, nggak tau ada yang jomblo apa ya!" bentak Wisnu.
Rakka dan Marsha tersenyum.
"Ngomong-ngmong, cewek ini siapa ya?" Wisnu bertanya pada Lolita.
"Jangan berani godain istriku kamu Nu!" ancam Toni.
Lolita tersenyum.
"Wauuuu, ancar banget kamu Ton, main tinggal aja, aku kapan nikahnya?" celetuk Wisnu seraya menatap Teresa.
"Pasangan aja kagak punya, mau nikah, ngimpi aja sono," ejek Rakka.
"Awas kamu ya Ka, puas kamu sekarang ya," ujarnya kesal.
"Udah-udah, jangan pada berantem, Rakka, kami semua capek, bolehkan kami beristirahat?" pinta Marsha.
"Tentu, Wisnu biarkan Toni dan lainnya menginap di rumah kamu malam ini, soalnya di klinik ini kan cuman ada satu kamar, dan aku akan di sini bersama Marsha," ujar Rakka.
"Hayooo, mau ngapain kamu ya, ingat! kalian itu belum menikah," ucap Wisnu memperingati temannya.
"Mau kupukul kamu Nu, berisik aja kamu nih!" bentak Rakka.
"Iya-iya!"
Wisnu dan lainnya pergi ke rumahnya. Meninggalkan Rakka bersama Marsha di klinik itu. Sebelum pergi Wisnu sempat berbisik pada Rakka.
"Jangan lupa pakai kondom kamu!" ejek Wisnu.
"Sialan kamu Nu, udah pergi sana!" umpat Rakka mengusir temannya yang resek itu.
Wisnu tersenyum menertawakannya.
Di kamar. Marsha sudah selesai mandi dan duduk sembari mengeringkan rambutnya. Ia mengambil hair dryer dan mencolokkannya. Tapi ternyata tak berfungsi.
"Ahhh, apa ini rusak ya, Rakka!! bisa kamu kemari!" panggil wanita itu.
"Kenapa Sha?"
"Sepertinya ini rusak." Marsha cemberut
"Coba kucek dulu," Rakka mencoba menyalakan benda itu. "Eh iya, rusak nih!"
"Yahhh basah dah rambutku."
Rakka tersenyum.
"Sini biar aku bantu keringin," ujar Rakka.
Marsha tersenyum kepadanya. Rakka dengan lembut mengusap-usap rambut Marsha menggunakan handuk.
"Rakka, apa kamu masih ingat saat kamu melakukan ini pertama kalinya untukku," tanya Marsha.
"Tentu saja, kamu wanita pertama yang kukeringkan rambutnya," timpal Rakka.
"Benarkah itu?"
Rakka mengangguk, mendadak Marsha menarik tangannya seperti saat dulu. Rakka terkejut.
"Sebenarnya dulu itu, aku sangat ingin menciummu, kamu begitu tampan Ka," ucap Marsha terkekeh.
"Kalau begitu kenapa kamu hanya berbicara."
Rakka langsung mengecup bibir wanita itu dengan mesra. Marsha memegang kepala Rakka seraya membelai rambutnya. Ia menikmati ciuman itu. Rakka membopong Marsha ke atas ranjang. Dan langsung menghujaninya dengan ciuman. Marsha ikut mendesah menikmatinya.
404Please respect copyright.PENANAewzBK8FKJX