Siang hari saat Rakka beristirahat. Marsha berpamitan pada Wisnu.
"Nu, tolong jagain Rakka sebentar, aku ingin pergi menemui Ayahku."
"Baiklah."
Marsha bergegas menemui ayahnya.
"Ayaahhhh," panggil wanita itu dengan tatapan mata berkaca-kaca.
"Tidak Marsha, Ayah tidak akan mengijinkannya." Seolah Ayahnya tau apa yang akan dikatakan Marsha.
"Ayahhh, hanya itu yang bisa kulakukan untuk Rakka sekarang," bantah wanita itu.
"Apa kamu tau, jika kamu melakukannya, kamu akan kehilangan wujud aslimu dan berubah menjadi spirit selamanya," ucap pria itu menolak keputusan anaknya.
"Aku tau Yah, tapi aku tetap akan melakukannya, aku nggak peduli Yah, aku tak ingin melihat Rakka menderita seperti itu," isak Marsha.
Marsha memeluk ayahnya dan menangis. Raja Hutan pun ikut menangis seolah tak ingin melepaskan anak semata wayangnya pergi.
"Ayah, jaga diri baik-baik ya, maafkan aku yang selama ini nyusahin Ayah, Putri sayang banget sama Ayah, Putri pengen terus ada di samping Ayah, aku ...." Marsha tak sanggup meneruskan kata-katanya.
"Ayah yakin, keputusan yang kamu ambil adalah untuk kebahagianmu, dan di sini Ayah akan terus berdoa, semoga keajaiban akan datang kepadamu."
"Terima kasih Ayah," ucap Marsha seraya memeluk pria itu untuk yang terakhir kali.
Saat malam hari. Rakka baru saja tertidur sehabis meminum obat. Marsha datang menghampiri pria yang terbaring di ranjang itu. Air matanya tiba-tiba berlinang, Marsha menutup mulut menahan tangisan. Ia tak ingin Rakka terbangun karenanya.
Marsha berdiri menghampiri Rakka.
"Rakka, maafkan aku, aku harus melakukan ini, semoga kamu tidak melupakanku, aku sangat mencintaimu Rakka," ucapnya seraya mengecup kening Rakka untuk yang terakir kali.
Marsha duduk di depan kaki Rakka yang terpotong. Ia mengelusnya, lalu mengeluarkan mutiara putih dari mulutnya, dan menempelkan mutiara itu pada kaki Rakka. Tak berapa lama, tumbuhlah kaki baru di sana. Kini Rakka bisa berjalan dengan normal lagi.
Marsha terus menangis, menatap pria yang dicintainya itu. Marsha mulai lemas, lalu tiba-tiba ia berubah menjadi kelinci yang tak berdaya.
Keesokan harinya. Rakka merasa badannya tidak seperti biasanya. Begitu enteng dan tak sakit sama sekali. Ia bangun dan melihat bahwa kakinya yang terpotong kini sudah kembali.
"Apa aku sedang bermimpi?" Ia menggerak-gerakkan kaki itu seolah tak percaya, ia mencoba berjalan ke sana ke mari.
"Wisnuuuuuuuuu!" teriaknya membuat Wisnu kaget dan segera berlari ke kamarnya.
"Ada apa Ka? ada apa ha!" Wisnu masih masih enggan membuka matanya.
"Kakiku Nu, kakiku kembali," ucap Rakka gembira.
Mata Wisnu terbelalak.
"Apaaaa, yakin kamu!" Ia mencubit kaki Rakka.
"Sakit bego!" bentak Rakka dan memukul tangan temannya itu.
"Eh, iyaaa, asli ternyata, achhh syukurlah," sahut Wisnu puas.
Mereka berdua tampak senang. Lalu kemudian hening.
"Marsha di mana Nu?" tanya Rakka seraya melihat sekeliling dan tak melihat wanita cantik itu.
"Eh, Marsha ya, bukannya dia tidur di kamar ini," jawab Wisnu.
"Aku bangun nggak ngelihat dia tuh." Mata Rakka seperti mencari-cari sesuatu.
Ia melihat gaun yang biasa Marsha pakai ada di bawah ranjang. Ketika ia merunduk, pria itu kaget.
"Astagaaaa! Marsha, ngapain kamu di situ." Rakka mengeluarkan kelinci berbulu putih pekat itu dari bawah ranjang.
Ia menaruhnya di atas ranjang.
"Ayo Marsha, berubahlah, aku punya kabar bagus untukmu," pinta Rakka.
Suasana jadi hening karena kelinci itu tak menggubris sama sekali.
"Marsha, kok kamu nggak berubah sih, lihat tuh kakinya Rakka balik tau," ujar Wisnu.
Kelinci itu tetap diam tak bereaksi. Rakka mengeryitkan dahi.
"Wisnu, ada yang tidak beres," ucap Rakka.
"Maksud kamu Ka?"
"Apa yang dilakukan Marsha saat aku tidur Nu?" tanya Rakka.
"Dia hanya menjagamu. Tapi kemaren saat siang hari dia menyuruhku menjagamu, karena dia ingin pergi menemui ayahnya," jawab Wisnu.
"Lalu setelah itu?"
"Lalu aku tak melihatnya lagi sampai sekarang," sahut Wisnu.
"Nu, aku harus bertemu ayahnya Marsha, aku yakin sesuatu telah terjadi pada Marsha." Ia merampas kelinci itu dari tangan Wisnu.
"Aku ikut Ka."
"Ya udah ayo."
Mereka berdua bergegas menemui Raja Hutan. Hanya rasa penasaran yang hinggap dipikiran Rakka. Seolah Raja Hutan sudah tau akan kedatangan mereka berdua. Pria tua itu berdiri di depan pintu Wonderland menunggu mereka datang.
Tak berapa lama datanglah Rakka dan Wisnu. Raja Hutan melihat Marsha yang sudah berubah menjadi kelinci lagi. Ia tak kuasa menahan air matanya.
"Apa yang sebenarnya terjadi Raja? apa yang salah dengan Marsha?kenapa ia tak berubah saat aku menyuruhnya," tanya Rakka dengan perasaan berkecambuk.
Raja Hutan membelai kelinci itu.
"Putriku yang malang, ia mengorbankan dirinya untuk memulihkan kakimu lagi, ia menggunakan mutiara yang ada di tubuhnya untuk menolongmu Rakka, dan karena itu, dia harus menjadi kelinci untuk selama-lamanya," isak Raja Hutan dengan penuh putus asa.
"Apaaaaa! kenapa ia melakukannya, Raja, aku tak butuh kaki ini, aku bisa hidup dengan satu kaki, tolong kembalikan Marsha padaku Raja, aku mohon," isak Rakka memohon kepadanya.
Raja Hutan menggeleng.
"Tidak ada yang bisa kulakukan, itu sudah keputusan anakku, dia melakukannya karena dia sangat mencintaimu, dan tak ingin melihatmu hidup menanggung penderitaan," jelasnya.
"Tapi kenapa, kenapaaaa! kenapa dia harus meninggalkanku seperti ini! marshaaaaaaa!!!" teriak Rakka dengan lantang membuat burung-burung di sekitar hutan itu berterbangan.
Wisnu mencoba menenangkan temannya itu. Tak ingin ia berlarut-larut dalam kesedihan.
409Please respect copyright.PENANAuXzE6OBMkX
ns 15.158.61.20da2