Di rumah Rakka. Ia membaringkan tubuhnya di ranjang. Ia baru saja mendapat pesan baru di ponselnya, itu tagihan kartu kreditnya.
"Apaaaaa! 3 juta, gila! apa aja yang aku beli tadi," gumamnya tak percaya.
Ia berfikir hari ini Marsha meminta banyak hal, baju, tas, sepatu dan lainnya, dan ia menurutinya saja.
"Haesttt, bisa bangkrut aku." Rakka mengorat-ngarit rambutnya.
***
Di tempat lain di hutan belantara. Raja Singa sangat marah. Ia mengaung membuat takut para prajuritnya.
Lalu ia berubah wujud diikuti dengan semua hewan lainnya.
"Apa kalian belum mendapatkan sang Putri!"
"Maafkan kami Raja, Putri sudah pergi ke dunia manusia, saya melihat pria itu membawanya."
"Kalian bodoh, aku nggak mau tau, bagaimanapun caranya kalian harus membawa Putri kembali lagi ke sini, jika tidak nyawa kalian taruhannya!"
"Siap Raja."
Para prajurit itu lari mengelilingi hutan dan akan menyusul Marsha.
***
Pagi hari di klinik Marsha sudah bangun. Ia mandi dan memakai sweater kelinci yang kemaren ia beli bersama Rakka. Bulu sweater itu sangat halus, ia menyukainya.
Rakka baru saja tiba di depan kliniknya. Ia menguap.
"Whoaaaaaa, padahal ini masih jam 6, dan klinikku buka jam 9, terus ngapain aku kesini pagi-pagi, hah! Rakka, Rakka, kenapa kamu mulai mengikuti kemauan si kelinci itu." Ia memasang wajah kecut di mukanya, masih teringat tagihan kartu kreditnya semalam.
Mendadak Marsha menyapa.
"Pagi Rakka." Marsha melemparkan senyuman manis padanya.
Rakka ikut tersenyum menatapnya, ia jadi melupakan semua masalahnya.
"Pagi Marsha."
Marsha menarik tangan Rakka menuju ke dapur.
"Aku menyiapkan ini untukmu," ucap Marsha.
Rakka melihat beberapa wortel mentah tertata di atas piring.
"Marsha, aku ini bukan kelinci, aku nggak suka makan wortel mentah," bantah Rakka.
"Ohhh gitu ya." Marsha merubah mimik wajah menjadi sedih.
Rakka menarik telinga kelinci di blezernya.
"Tapi aku bisa memakannya jadi salad, makasih ya," ucap Rakka tak ingin melihat Marsha murung.
Marsha merasa puas mendengar itu.
Seorang wanita bersama kucing datang ke klinik.
"Pagi Dokter," sapa wanita itu.
"Iya pagi Bu," sahut Rakka.
"Dok, entah kenapa kucing saya ini selalu meraung setiap saat, dia tak ingin makan dan minum, saya takut dia akan mati Dok," keluh wanita itu.
Kucing itu meraung kesakitan.
"Aku nggak mau kalung ini, sakit banget, achhhhh!" kucing itu berbicara dengan bahasanya.
Marsha mendengar teriakan kucing itu dan keluar melihat.
"Siapa wanita cantik ini dok?" Wanita itu bertanya karena melihat Marsha.
"Oh, ini Marsha asisten saya Bu." Rakka beralasan agar tak menimbulkan curiga.
"Oh, saya kira tadi pacar anda Dok, selama ini anda belum pernah membawa wanita cantik ke sini," ucap wanita itu lagi.
Marsha tersenyum.
"Bisakah kita bicara sebentar Dok?" pinta Marsha
Rakka menepi sebentar.
"Aku bisa mendengar suara kucing itu, karena kami sesama hewan, dia bilang tak ingin memakai kalung di leher itu, dia nggak bisa bernafas," ucap Marsha.
"Serius kamu!"
Marsha mengangguk.
Rakka kembali ke wanita itu.
"Begini Bu, kucing ini nggak suka memakai kalung, mungkin karena terlalu ketat, coba saya lepas dulu ya?"
"Oh, iya iya Dok."
Setelah Rakka melepas kalung di leher kucing itu. Kucing itu berhenti meraung dan mengusap-usap badannya yang berbulu ke wanita itu.
"Oh, dia berhenti meraung Dok." Wanita itu merasa senang.
Mereka berdua berbincang. Kucing itu turun dari meja dan mendekati Marsha.
"Terima kasih Tuan Putri, Anda sudah membantu saya," ucap kucing itu seraya membungkuk padanya.
Marsha mengangkat kucing itu.
"Iya sama-sama," ucapnya tersenyum.
"Terima kasih ya Dok saya undur pamit dulu." Wanita itu pergi keluar dari klinik Rakka.
"Aku nggak nyangka kamu bisa berbicara dengan hewan lain," ucap Rakka yang masih tak percaya.
"Aku kan juga sama seperti mereka, hanya saja mereka tidak bisa berubah seperti diriku."
Sore harinya Rakka akan pergi mengambil obat di apotik sebelah gedung.
"Aku akan pergi ke apotik sebentar, tolong tunggu klinik ya," ucap Rakka.
"Rakka, bolehkah aku ikut," pinta Marsha.
"Hem, ya udah lah."
Setelah mengambil pesanan obat. Mereka berdua berjalan kembali ke klinik. Lalu beberapa anjing lewat di depan mereka. Anjing-anjing itu meraung dan menggonggong.
Marsha menutup telinga tak ingin mendengar suara-suara mereka. Tapi anjing itu terus mengonggong dengan keras membuat Marsha pusing. Lalu ia pingsan dan kehilangan kesadaran.
"Marshaaaaa! kenapa kamu!" Rakka cemas dan segera membopong Marsha masuk ke klinik,,
Ia membaringkan Marsha di ranjang. Marsha bangun dan merasa panik, ia teringat perkataan anjing-anjing itu tadi.
"Kamu tidak akan bertahan hidup di dunia ini!"
"Manusia-manusia ini hanya menganggapmu seperti boneka!"
"Pergilah dari sini jika kamu ingin selamat!"
Kata kata itu terus terngiang di telinga Marsha.
"Marsha, ada apa sebenarnya?kenapa kamu tiba-tiba pingsan?" tanya Rakka yang masih cemas melihat keadaannya.
Marsha segera memeluk Rakka. Rakka tau ia sedang ketakutan. Pria itu menepuk bahunya dan menenangkan Marsha. Berharap ia tak takut lagi. Marsha merasa tenang berada di pelukan Rakka dan melupakan kejadian tadi.
Hampir setengah jam Marsha memeluk Rakka, dan ia malah menikmati nya. Rakka merasa ada yang aneh.
"Eh Sha! pura-pura kamu ya," Rakka akhirnya melepaskan pelukannya.
"Yaaaaa!" Marsha cemberut.
"Dasar kamu ya! nih minum dulu." Rakka memberikan air untuknya.
"Ehmm, makasih."
"Kenapa tadi kamu pingsan?" tanya Rakka yang masih penasaran.
"Ehmmm, aku nggak suka gonggongan anjing, suaranya nyaring banget sampai telingaku mau pecah," ucap Marsha beralasan.
"Oh gitu, kirain apa."
"Rakka, apakah semua manusia itu jahat?" tanya Marsha tiba-tiba.
"Siapa yg bilang! nggak semua manusia itu jahat!" bantahnya.
"Terus kamu? jahat nggak?" Marsha menatap dengan manja.
Rakka merasa risih dengan tatapan itu.
"Kalau aku jahat, aku sudah pulangin kamu ke hutan," jawabnya.
"Upsssssttt." Marsha menutup mulutnya.
"Ya udah aku pulang ya, kamu udah nggak papa kan?"
"Yaaaaa, padahal aku masih pengen kamu di sini, apa kamu nggak bisa tidur di sini aja!" pinta Marsha yang tak ingin ditinggalkan.
"Enggak! kalau aku tidur di sini,entah apa jadinya nanti." Rakka bergumam.
"Maksudnya?"
"Di dunia ini, wanita dan pria tidak boleh tidur bersama sebelum mereka menikah," jelas Rakka.
"Kalau begitu menikahlah dengan ku Rakka," ucap Marsha tanpa tau apa artinya.
"Marsha, kenapa begitu mudah kamu mengatakannya, jangan pernah katakan hal itu kepada orang lain, mengerti!"
"Aku kan hanya mengatakannya padamu," Marsha cemberut.
Rakka tak ingin berlama-lama di sana.
"Sudahlah aku pulang saja, sampai ketemu besok." Rakka pergi meninggalkannya.
403Please respect copyright.PENANAgXijFiaXIJ
ns 15.158.61.20da2