Mendadak Toni ikut masuk ke kamar Marsha. Teresa yang melihat Toni, langsung melepaskan tangan Wisnu dan berlari memeluk Toni.
"Yayaaaa, dia pergi," ucap Wisnu merasa kecewa.
"Kakak!" panggil Resa dengan manja saat berada di pelukan Toni.
"Teresa, kok kamu bisa di sini?"
"Aku ngunjungin Putri, dia kan temenku Kak," jawab Teresa dengan manja.
"Oh, jadi ini Kakak yang sering kamu ceritain ke aku Sa?" tanya Marsha.
"Iya Putri." jawab Teresa.
"Kok bisa kebetulan gini ya," ucap Marsha tersenyum.
Wisnu mendekati Marsha.
"Jadi mereka Kakak Adik, si Resa ini juga katak ya?" celetuk Wisnu.
"Bukanlah, Teresa ini kupu-kupu yang cantik," ujar Marsha seraya tersenyum.
"Memangnya bisa kupu-kupu dan katak bersaudara?" tanya Wisnu yang masih bingung.
"Bentuk wujud asli kami seperti ini Wisnu, tapi kami yang memilih spirit hewan itu sendiri, kalau ingin jadi burung ya bisa, pengen jadi buaya juga bisa, dan itu tidak masalah dengan kekeluargaan kami," ucap Marsha menjelaskan.
"Terus kenapa kamu memilih jadi kelinci?" tanya Wisnu.
"Karena dia imut persis kayak aku." Marsha menunjukkan keimutannya.
"Coba sini aku lihat, kayak apa sih imutnya kamu." ucap Wisnu seraya mencubit pipi Marsha.
Mendadak Rakka datang.
"Apa-apaan nih ha! pegang-pegang!" Rakka menangkis tangan Wisnu.
"Haesttt, pelitnya kamu ini," ucap Wisnu cemberut.
Marsha tersenyum malu.
"Wanita ini siapa?" tanya Rakka.
"Oh dia Adikku," sahut Toni.
"Kembalilah Resa, katakan pada Raja Hutan bahwa Putri sudah kembali, suruh mereka membuat pesta penyambutan," perintah Toni.
"Siap Kak, Putri aku pergi dulu ya." Teresa berubah menjadi kupu-kupu dan pergi dari sana.
"Jadi dia kupu-kupu?" tanya Rakka.
Marsha mengangguk.
"Oh cantiknya." Wisnu tak henti-hentinya menatap Teresa hingga ia lenyap.
"Apa kita akan pergi sekarang?" tanya Rakka.
"Iya, aku harus segera bertemu Raja Hutan, aku ingin bicara sesuatu padanya," jawab Marsha.
Beberapa saat kemudian. Mereka berempat berjalan menyusuri hutan. Tampak semak belukar memberi jalan pada Marsha. Setiap jejak kakinya akan menumbuhkan bunga.
"Indahnya, apa mereka semua hidup?" Wisnu terkagum-kagum melihat bunga di kaki Marsha.
Marsha berbalik menatap mereka berdua. Marsha menutup mata Wisnu sebentar. Lalu ia menjentikkan jarinya dan Wisnu sudah bisa melihat pergerakan mereka semua. Dan untuk Rakka, Marsha mencium pipinya lalu ia tersenyum malu.
"Marsha! curang banget sih kamu! kenapa cuman Rakka yang di cium, aku le!" Wisnu tak terima atas perlakuan wanita itu.
"Biarin yeeee!" bantah Marsha.
Rakka tersenyum malu menatapnya, Toni pun ikut menggeleng.
Sampailah mereka di Wonderland. Semua hewan dan tumbuhan di sana menyapa Marsha.
"Putri, anda sudah kembali."
"Putri akhirnya kembali."
"Selamat datang Putri," sapa mereka semua.
Mereka tiba di sebuah pohon yang sangat besar namun tidak terlihat tua. Pohon itu langsung berubah wujud menjadi seorang pria separuh baya.
"Ayahhhh." Marsha memanggil pria itu dan memeluknya.
"Akhirnya kamu pulang sayang, Ayah sangat mengkawatirkanmu."
"Ayah lihat, aku baik-baik saja kok."
"Saya kembali Raja," sapa Toni.
"Ternyata selama ini Jendral api menjagamu dengan baik ya, tidak salah Ayah memilihnya, mereka berdua ini siapa?" tanya pria itu yang biasa di panggil Raja Hutan.
"Duduklah Ayah, aku akan menjelaskannya," ucap Marsha.
Mereka duduk di sebuah kursi yang terbuat dari kayu, dan beberapa kurcaci datang membawa suguhan untuk mereka.
Mereka menikmati suguhan itu sementara Marsha menceritakan kisahnya pada sang ayah.
"Jadi dia cinta sejatimu yang diramalkan oleh Nenek!" Raja hutan tampak terkejut.
"Iya Yah."
"Syukurlah sayang, kamu bisa lepas dari Raja Singa, Ayah minta maaf karena dulu memaksamu menikah dengannya."
"Ayah nggak salah kok, aku tau kenapa Ayah melakukan itu, Ayah hanya ingin melindungiku dan juga Wonderland, dan sekarang aku akan melindungi Ayah." Marsha mengeluarkan sebuah pedang dari tangannya.
"Wahh, ini pedang legenda itu Putri, jadi kamu sudah bertemu Pamanmu, bagaimana keadaannya sekarang?"
"Paman terlihat sangat baik, Ayah tak perlu khawatir, dengan pedang ini aku akan membunuh Raja Singa dan semua prajuritnya," ucap Marsha bersemangat.
Mendadak percakapan mereka terhenti.
Prok, prok, prok! Raja Singa bertepuk tangan.
"Pantas saja, hari ini aku ingin sekali mengunjungi Ayah mertuaku, ternyata calon istriku sudah kembali rupanya," sapanya seraya mendekat.
"Siapa itu Sha?" tanya Wisnu.
"Itu Raja Singa," jawab Marsha.
"Sha, kamu bilang dia jelek dan tua, tapi yang aku lihat dia masih muda dan tampan," ucap Rakka.
"Jangan terkecoh kalian, dia punya kekuatan berubah wujud, setiap kali dia bisa berubah wujud menyerupai apapun, aku bisa melihatnya karena mempunyai mutiara ini, dan wujud aslinya seperti yang aku bicarakan itu," pungkas Marsha.
"Oh gitu ternyata," sahut Rakka.
"Kamu tidak diterima di sini, kenapa membuat onar," ucap Raja Hutan.
Raja singa merasakan kehadiran manusia. Ia berubah menjadi Singa dan mengendus tubuh Wisnu dan Rakka. Mereka sangat terkejut karena baru pertama kali ini berhadapan langsung dengan seekor singa yang sangat besar.
"Hentikan itu!" bentak Marsha.
"Haduhhh, jantungku mau copot, apa aku nggak salah lihat, itu tadi singa di depan mataku," gerutu Wisnu.
"Kenapa kamu membawa manusia ke sini, apa kamu nggak tau merekalah yang membakar dan merusak hutan ini," bentak Raja Singa.
"Tidak semua manusia seperti itu, dan aku yakin mereka berdua berbeda," ucap Marsha.
Mendadak angin yang cukup besar berputar-putar mengitari mereka semua. Angin itu menghempaskan orang-orang yang ada di sekitar Marsha. Angin itu menarik Marsha mendekati Raja Singa. Lalu Raja Singa mencekik leher wanita itu.
"Siapa yang berani menodai mutiaraku?" ucapnya dengan geram.
"Kenapa? kamu nggak nyangka kalau aku akan bertemu cinta sejatiku, jadi kamu tidak akan bisa memilikiku," bantah Marsha.
Whoaaaaaa!! Raja Singa meraung. "Bagaimana jika aku membunuh manusia itu, maka kamu akan tetap menjadi milikku!" bentaknya.
"Angin apa ini? kenapa aku nggak bisa melihat Marsha dan Raja Singa itu," ucap Rakka.
"Raja Singa mempunyai kekuatan dari angin, tenanglah, mereka hanya berbicara, Raja Singa tak akan mampu membunuh Putri, selama mutiara itu ada pada tubuhnya," ujar Toni.
Marsha mengeluarkan pedang itu dan menyodorkannya ke leher Raja Singa.
(Pedang ini, dari mana ia mendapatkannya) Raja Singa berkata dalam hati seraya terkejut.
"Jika kamu macam-macam dengannya, aku akan membunuhmu dalam sekali tebasan," ancam Marsha pada pria itu.
Raja singa segera mundur dan seluruh kobaran angin ikut lenyap.
"Uhuk, uhuk, uhuk." Marsha mengatur nafasnya karena habis di cekik.
Rakka dan yang lain datang.
"Marsha, kamu nggak papa kan?" Rakka membantunya berdiri.
Raja Singa mendekati wanita itu lagi, Marsha segera mengacungkan pedangnya.
"Tenanglah, aku tidak ingin berperang, malam ini datanglah ke tempatku, aku akan mengadakan pesta penyambutan untukmu," ucap Raja Singa.
"Aku tidak sudi datang!" teriak Marsha.
Raja Singa menatapnya.
"Kalau begitu, ucapkan selamat tinggal pada ayahmu." Raja Singa dengan cepat membawa ayah Marsha pergi.
"Ayahhhhhhh!" Marsha ingin menyusulnya.
"Tidak Putri itu berbahaya," Toni melarangnya.
"Tapi Ayahku."
"Kita akan memikirkan rencana," ucap Toni.
"Datanglah malam ini, kalau kamu masih ingin bertemu dengan Ayahmu, dan jangan lupa, bawa juga teman-temanmu, hahaha." Raja Singa lenyap bersama kobaran angin.
Marsha lemas. Ia merunduk dan menangis. Rakka masih setia mendampinginya.
"Kamu yang tenang ya, Marsha, kita akan menyelamatkan Ayahmu," ujar Rakka menenangkan wanita itu.
410Please respect copyright.PENANAbcUBl0Mi3t