"Jika kalian masih ingin melihat wanita itu, sebaiknya kalian tidak melukaiku," ucap Raja Singa.
Rakka ingin mengayunkan pedang itu padanya, tapi Wisnu menahan pria itu.
"Rakka, jangan gegabah!" ucap Wisnu.
***
Toni mengikuti Lolita. Mereka berdua sampai di sebuah ruangan yang dikunci dengan rantai. Toni membakar rantai itu dan membuka pintunya. Ia menemukan Raja Hutan terduduk di sana.
"Raja," panggil Toni.
"Jendral api, kenapa kamu bisa di sini?" tanya Raja Hutan.
"Nanti saya ceritakan Raja, kita harus pergi dari sini."
Mendadak beberapa pengawal datang dan mengepung mereka.
"Pergilah, aku akan mengurus mereka," ucap Lolita menyuruh Toni pergi.
"Tapi Lita!" bantah Toni yang tak ingin terpisah oleh wanita yang dicintai.
"Pergilah! aku akan menyusulmu nanti," ucap Lolita seraya mengecup bibir pria yang dicintainya itu dan pergi melawan beberapa pengawal.
Toni keluar membawa Raja Hutan.
***
Marsha masih di sekap. Ia tak tau itu di mana karena matanya di tutup. Ia menggunakan kekuatan batinnya, memanggil air yang ada disekitar untuk datang. Air itu menggunung dan melukai beberapa pengawal yang menyekapnya. Marsha segera membuka mata dan pergi dari sana.
Saat wanita itu berlari keluar, ia berpapasan dengan Toni.
"Marsha," panggil Toni.
"Toni, Ayah, apa kalian baik-baik saja?di mana yang lain?" tanya Marsha.
"Kami baik-baik saja Putri," sahut Raja Hutan.
"Entahlah kami semua terpisah," ucap Toni.
Mereka segera mencari Rakka dan Wisnu. Toni mengeluarkan kekuatan apinya, membakar tempat-tempat itu. Membuat semua orang di sana panik dan berlarian.
Tak berapa lama mereka pun berkumpul.
"Marsha, apa kamu baik-baik saja." Rakka langsung memeluk wanita yang selalu dia cemaskan itu.
"Iya, aku nggak papa, aku sudah menemukan ayahku."
"Hahaha, berani-beraninya kalian membuat berantakan tempatku ini, aku tidak akan memafkan kalian semua!" umpat Raja Singa dengan emosi.
Mereka berlima melawan Raja Singa, tentu saja itu bukan lawan yang gampang. Raja Singa kewalahan dan terluka parah. Mendadak dari atas langit seekor Elang yang besar menyambar panah yang baru saja dilayangkan Wisnu.
Harimau dan beberapa pengawalnya datang.
"Maafkan kami Raja, kami terlambat," ucap Hari.
"Urus mereka semua, bunuh mereka!" perintah Raja Singa.
"Baik Raja."
Raja Singa lari meninggalkan mereka semua.
"Sha, bisakah kalian melawan mereka, aku akan mengejar Raja Singa," pinta Rakka.
"Berhati-hatilah," ujar Marsha.
Rakka mengejar Raja Singa. Ia menghadang pria tua itu. Raja Singa mengaung dan mulai mencakar tubuh Rakka. Lalu Rakka mengayunkan pedangnya beberapa kali ke arah tubuh Raja Singa.
Raja singa membuat kobaran angin, dan Rakka tak bisa melihat apa-apa. Mendadak Raja Singa menggigit kaki pria itu dan meraung sekencang-kencangnya.
"Oucchhhhhhhhh," Rakka berteriak kesakitan karena gigitan Raja Singa.
Raja hutan berdiri menatapnya.
"Rasakan itu, kamu akan mati perlahan dengan racun yg kuberikan," ucap Raja Singa dan pergi meninggalkan Rakka yang terkapar di tanah.
Ternyata Raja Singa mempunyai racun yang mematikan di gigi taringnya. Racun itu menyebar di seluruh pergelangan kaki Rakka. Rakka berteriak menahan lukanya. Ia tak ingin racun itu membunuhnya. Maka dengan terpaksa ia memotong kakinya menggunakan pedang yang ia bawa.
"Ouccchhhhhhhh." Rakka berteriak sekencang-kencangnya menahan rasa sakit karena kakinya terpisah dari tubuh.
Lalu dengan setengah kesadarannya karena kehilangan banyak darah. Ia melihat pedang itu bersinar, lalu ia berkata.
"Bunuh Raja Singa," ucapnya lirih.
Pedang itu melayang ke udara dan dengan cepat terbang ke arah Raja Singa lalu menusuk jantung pria tua itu.
"Achhhhhhhh," teriak Raja Singa terduduk dan meraung tak berdaya.
Api mulai membakar sekujur tubuh pria tua itu dan tak lama kemudian ia lenyap menjadi abu.
Rakka langsung pingsan karena kehabisan darah.
Karena kematian Raja Singa. Hari dan pengawal lainnya langsung berubah wujud menjadi binatang biasa. Lalu Toni dengan cepat membakar mereka semua. Mereka pun akhirnya tewas.
Marsha dan yang lainnya segera menyusul Rakka, ia kaget melihat keadaan Rakka yang kehilangan satu kakinya.
"Rakkaaa! apa yang terjadi, Rakka!" isak Marsha melihat pria yang dicintainya terluka parah.
"Marshaaaaaa," ucap Rakka lirih lalu pingsan seketika.
"Cepat bawa Rakka ke tempat kita. Ia terkena racun sekarang, Ayah akan berusaha menyelamatkannya."
"Baik Yah."
Toni menggendong Rakka, dan semua orang menuju ke tempat Raja Hutan.
Rakka sedang diobati oleh Raja Hutan.
"Ayah, bagaimana keadaan rakka?" tanya Marsha dengan tangannya yang berkeringat.
"Untungnya racun itu tidak sampai menjalar ke tubuhnya, tapi Rakka akan kehilangan satu kaki selamanya," ujar Raja Hutan ikut sedih.
"Kenapa ini bisa terjadi padanya," isak Marsha dan terduduk di kursi.
"Rakka yang malang," gumam Wisnu.
Mereka semua merunduk dan sedih.
Marsha ingin membawa Rakka kembali ke villa karena di sana Rakka bisa beristirahat lebih tenang. Ayahnya mengijinkan itu.
Wisnu membaringkan Rakka di ranjang.
"Apa yang harus kukatakan pada keluarganya Rakka, mereka pasti akan sangat terpukul," ucap Wisnu cemas.
"Wisnu, bisakah kamu jangan memberitahukan masalah ini dulu pada mereka, aku akan mencari solusinya," ujar Marsha.
"Baiklah Sha."
Dua hari berturut-turut Marsha dengan setia menjaga dan merawat Rakka sampai pria itu siuman. Marsha menangis karena melihat Rakka mengalami nasip seperti itu.
Rakka bangun dan mendapati Marsha disampingnya.
"Apa kamu sudah bangun Rakka, apa kamu masih merasa sakit?" Marsha bertanya seraya berlinang air mata.
Rakka mengusap air mata wanita itu.
"Marsha, aku baik-baik aja kok, jangan nangis gitu." Ia ingin bergerak tapi ia baru ingat kalau kehilangan satu kakinya.
"Apa yang ingin kamu lakukan, aku akan membantumu," ucap Marsha seraya membantunya beranjak.
"Aku tak ingin apapun, aku hanya ingin kamu selalu berada di sisiku," ucap pria itu seraya membelai rambut kekasihnya.
Marsha menangis dan memeluk tubuh Rakka.
"Rakkkaaa, maafkan aku, maafkan aku," isaknya.
"Marsha, sudahlah, aku ini masih hidup kenapa kamu menangisiku seperti itu."
Marsha menutup mulut dan menahan tangisannya.
Saat malam hari. Marsha duduk di samping Rakka.
"Marsha kemarilah," Rakka menyuruhnya berbaring.
Ia menuruti. Rakka membelai rambut wanita yang dicintainya itu, dan menyuruh berbaring dilengan.
"Marsha, aku tak pernah menyesali apapun yang telah kulakukan untukmu, jadi aku nggak mau kamu berlarut-larut dalam kesedihan," ucap pria itu.
"Aku tak tau harus berbuat apa lagi, aku membenci diriku sendiri karena melibatkan dirimu dalam permasalahanku, Ka," isak Marsha.
"Yang penting sekarangkan Raja Singa sudah tewas, kamu dan keluargamu bisa hidup dengan tenang," timpal Rakka.
"Iya, makasih ya Rakka, karena kamu kami semua bisa hidup bahagia lagi, kami tak akan melupakan jasamu Rakka."
Marsha menatapnya, dan membelai rambut pria yang kini menjadi kekasihnya itu.
"Kuharap kamu juga bisa berbahagia seperti kami," isak Marsha menahan tangis.
"Memilikimu adalah kebahagianku yang tak terkira, itu sudah cukup bagiku," ucap pria yang kini kehilangan satu kaki itu.
Rakka mendekat dan mencium bibir Marsha. Ia tersenyum manis pada wanita itu. Ia menciumnya lagi dan Marsha mulai menggeliat dipelukan Rakka.
368Please respect copyright.PENANAYJQR8Q3mgT
368Please respect copyright.PENANAaicZDELvRU