Sore hari saat Rakka akan pulang ke rumah. Clara datang sambil menangis.
"Ada apa Clara? kenapa kamu menangis?"
"Kak, si Toni mati Kak, dia nggak bergerak sama sekali, hix hix hix," isak gadis berkepang dua itu.
"Toni!"
"Ih Kakak nih! kodok aku Kak, si Toni." Clara kesal dan menaruh kotak itu di atas meja.
"Oh, iya iya, maaf kakak lupa, biar kaka periksa dulu ya, untuk sementara taruh dia di sini dulu."
"Terus, bolehkah aku membawa Marsha pulang Kak?" Clara melirik Marsha si kelinci yang ada di kandang.
"Mau, aku mau, bawa aku ke rumahmu Clara," teriak Marsha tapi tak ada yang mendengar.
"Tidak, Marsha masih belum sembuh, Kakak juga harus memvaksinnya besok pagi, kamu main sama yang lain aja ya Clara," bantah Rakka.
"Yahh, Kakak, ya udah deh!" Clara cemberut.
"Ya udah ayo kita pulang." Rakka dan Clara meninggalkan klinik itu.
Marsha keluar dari kandang dan berpakaian. Ia mencari beberapa kemeja dan celana milik Rakka yang tertinggal di sana. Ia mengeluarkan kodok itu dari kotak kaca. Kodok itu sudah tak berdaya.
Dan dengan kekuatan Marsha. Ia menghidupkan lagi kodok itu. Ia menaruhnya di atas kemeja Rakka. Tak lama kemudian kodok itu berubah menjadi seorang pria yang berbadan tinggi, kulitnya kecoklatan dan rambutnya berponi.
"Pakailah pakaian itu." Marsha menyuruh pria yang baru berubah itu.
"Terima kasih Tuan Putri, Anda sudah menghidupkanku lagi," sahut pria itu.
"Bukannya kamu pengawal ayahku?" tanya Marsha.
"Iya benar, Raja yang menyuruhku untuk melindungi Putri, maaf karena aku datang terlambat."
"Apa kamu mendengar sesuatu tentang keadaan di Wonderland sekarang?" tanya Marsha.
"Aku mendapat kabar, bahwa Raja Singa mengutus beberapa prajuritnya untuk mencari Putri, kita harus waspada," ucap pria itu.
"Sepertinya klinik ini tempat persembunyian yang tepat," ucap Marsha.
"Apakah Putri sudah menunjukkan wujud pada manusia itu?"
"Ehmmm, tentu saja, kalau tidak mana mungkin aku bisa bertahan sejauh ini."
"Tapi semua manusia, sangat berbahaya bagi kaum kita," pungkas pria itu.
"Kamu nggak perlu kawatir, Rakka tidak seperti yang kamu kira, besok kamu akan mengetahuinya."
"Oh ya, aku berbohong padanya tentang siapa diriku sebenarnya, jika dia bertanya siapa kamu, bilang saja kita teman, aku tak ingin dia tau siapa aku sebenarnya," ucap Marsha menjelaskan.
"Baik Putri."
"Dan juga mulai sekarang panggil aku Marsha, dan aku akan memangilmu Toni."
"Baik Marsha."
Mendadak ia dikagetkan oleh suara ponsel yang berbunyi.
Toni berdiri dan mengeluarkan sebuah bola api dari tangannya.
"Toni, tenanglah ini hanya ponsel," ucap Marsha.
"Apa itu?" toni menghentikan kobaran api ditangan.
"Ini tidak berbahaya kok," jawab Marsha seraya menggeleng.
"Oh aku pikir."
"Jangan bersuara kamu, diam dulu." Marsha mengangkat ponsel itu.
"Kok lama banget ngangkatnya, kamu lagi ngapain?" tanya Rakka dengan nada curiga.
"Oh, aku masih bingung mijet mana, jadi lama deh, kenapa Rakka?"
"Aku lupa nggak ngasih tau kamu, bisa buang kodok yang ada di kotak Clara nggak? biar besok aku cariin kodok baru buat dia," pinta Rakka.
"Oh kodok itu ya, ehmmm sebenernya dia juga bisa berubah kayak aku, karena kita sama-sama dari Wonderland," ucap Marsha.
"Apaaaaaaa! coba vical aku mau lihat seperti apa bentuk dia!" Rakka begitu penasaran.
Marsha memijat tanda kamera di ponsel, dan ia bisa melihat Rakka dengan jelas.
"Ton sini." Marsha memanggil pria itu.
"Hallo, aku Toni."
Betapa kagetnya Rakka, melihat Toni berubah menjadi pria tampan melebihi dia.
"Hahhh, jadi dia seorang pria?" tanya Rakka sinis.
"Iya, dia adalah temanku saat di Wonderland, jadi sekarang kamu nggak perlu khawatir, Toni akan menjagaku, kamu bisa tidur dengan nyenyak, selamat malam." Marsha mengakiri panggilan itu.
"Hahhh, bisa-bisanya, dia bilang apa tadi, nyuruh aku nggak usah khawatir, hah! ada seorang pria tampan yang bersamanya, gimana aku nggak khawatir, haesssttt," sahut Rakka uring-uringan.
Rakka memikirkan hal yang tidak-tidak. Ia tau bahwa Marsha sering ceroboh dan nggak tau malu.
"Haesttttt! ini membuatku gila, kenapa ini baru jam 11, aku ingin segera pagi!" Rakka berguling-gulingan di ranjang.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali. Dia sudah datang ke klinik. Dia ingin mengecek apa yang terjadi pada Marsha dan Toni. Ia berjalan perlahan masuk ke kliniknya.
Ia melihat Toni tidur di atas sofa. Kemejanya yang tidak di kancing beberapa membuat Rakka berpikiran parno. Ia masuk ke kamar melihat Marsha.
Marsha masih tidur terlelap, memakai bajunya.
"Hahh, kenapa aku parno sekali, nggak mungkin lah mereka melakukan itu," gumam Rakka.
Marsha bangun karena mendengar suara. Ia melihat sesosok tubuh yang terbalut jubah hitam sampai menutupi kepala. Spontan saja Marsha berteriak karena takut.
"Arcccchhhh!!!" Marsha berteriak membuat Toni dan Rakka terkejut.
Toni jatuh terjungkal ke lantai karena mendengar teriakan Marsha. Ia segera berlari menemui wanita itu.
"Marshaa ada apa?" tanya Toni.
"Itu tu ituuuu." Marsha menunjuk ke seseorang berjubah hitam itu.
Toni menghampiri orang itu dan sudah siap dengan bola api di tangannya, lalu ia memalingkan muka orang itu.
"Rakka!" Marsha terkejut.
"Pagi semuanya," sapa Rakka dengan wajah tak berdosa.
Mereka bertiga duduk di sofa.
"Rakka, kenapa kamu pakai baju kayak gitu sih, kan nakutin aku." Marsha berucap dengan kesal.
"Iya iya, ini aku lepasin."
"Kok pagi-pagi udah di sini? kan biasanya agak siang gitu?" Marsha nyeletuk lagi.
"Ini kan klinik ku, mau aku ke sini jam berapa? suka-suka aku dong!" bantahnya.
"Oh iya lupa," ucap Marsha.
"Ngapain aja kalian semalam ha?" tanya Rakka menatap sinis ke mereka berdua.
"Kami," Toni mulai buka suara.
"Kita nggak ngapa-ngapain kok, ya kan Ton!" Marsha menatap toni
Toni mengangguk.
"Kalian ini udah akrab banget, yakin cuman temen?" tanya Rakka lagi.
"Iya dong, kami kan temen deket." Marsha merangkul Toni.
Rakka tak suka melihat itu dan langsung duduk di pertengahan mereka.
"Eh, apa-apa an nih!" Marsha bingung dengan tindakan Rakka.
"Kalian bisa akrab di Wonderland, tapi di sini, kalian nggak boleh terlalu akrab, sana kasih jarak 5 meter!" Rakka mengibaskan tangan menyuruh mereka berdua berjauhan.
Marsha menggeleng melihat tingkah pria itu.
***
Rakka kembali dari apotik. Ia melihat Toni dan Marsha tertawa terbahak-bahak karena menonton TV.
"Wahh enak betul kalian ya?" ucap rakka sinis.
"Eh Rakka, kamu udah pulang, sini! bagus banget filmnya." Marsha menarik tangan Rakka untuk duduk di sofa.
"Eh Toni, kamu akan tidur di sini lagi ya?" tanya Rakka.
Toni mengangguk.
"Memangnya nggak ada tempat lain yang bisa kamu kunjungi gitu." Rakka sedikit kesal.
"Enggak ada, aku kan nggak punya tempat tinggal, lagian aku di sini buat jagain Marsha," jawabnya.
"Ngapain kamu jagain dia, aku bisa kok jagain dia," Rakka tak mau kalah.
"Apa kamu punya ini untuk jagain dia." Toni mengepalkan kobaran api di tangan.
Rakka terkejut.
"Hahhhh, apa itu?" tanya Rakka.
Marsha menggeleng dan tersenyum.
"Sudah, sudah, kalian berdua bisa menjagaku kok." Marsha merangkul ke dua tangan mereka
Toni dan Rakka masih saling menatap satu sama lain.
ns 15.158.61.6da2