Akhirnya para prajurit Raja singa sudah sampai di dunia manusia. Berbekal selembar kain potongan baju milik Marsha. Sang harimau mencium bau dan melacaknya. Mereka hampir sampai di klinik milik Rakka.
***
Marsha mengambil beberapa minuman di kulkas. Mendadak pandangannya kabur, kepalanya terasa berputar-putar. Ia menjatuhkan semua botol minuman yang ada di tangannya.
Bruuuuoookkkkk! Marsha tergeletak di lantai bersama botol-botol itu.
Rakka dan Toni langsung menatap ke arah suara itu.
"Marshaaa!!" teriak mereka berdua dan berlari mendekat.
Rakka membopong Marsha ke sofa.
"Kamu kenapa Marsha?" tanya Rakka cemas.
"Merekaaa ..., mereka datang, uwwweekkkk." Marsha memuntahkan darah dari mulutnya.
"Apaa!! mereka sudah sampai di sini!" teriak Toni merasa cemas.
"Siapa yang kalian bicarakan, mereka siapa!" bentak Rakka yang tak tau siapa yang di bicarakan.
"Rakka, apa kamu punya tempat lain selain di sini, Marsha dalam bahaya sekarang, kita harus pergi dari tempat ini," pinta Toni.
"Hahh, baiklah, kita pergi dari sini," ucap Rakka seraya mengambil kunci mobil.
Toni membopong Marsha masuk ke mobil Rakka, dan mereka pergi melaju.
Rakka berfikir ke mana dia harus pergi. Akhirnya ia sampai di sebuah rumah.
Ting-tong, ting-tong! Suara bel yang terus di bunyikan oleh Rakka.
"Siapa sih malam-malam begini? Enggak tau orang mau tidur apa!" gerutu Wisnu dan membuka pintu rumahnya.
Rakka dan Toni langsung nyelonong gitu aja.
"Woi! apa apa an nih!" Wisnu bingung dengan sikap mereka.
"Cepet baringin dia di kamar Ton," Rakka memberikan perintah.
"Eh Ka, kenapa tuh Marsha?" tanya Wisnu.
"Ceritanya panjang, ntar aja aku ceritain, malam ini kami bermalam di sini ya?"
"Wahhh maksa banget kamu ya."
Marsha tampak pucat dan masih memuntahkan darah.
"Toni, kenapa Marsha masih muntah darah?" tanya Rakka yang khawatir dengan keadaan Marsha.
"Kalian berdua keluarlah, aku harus menyalurkan energiku pada Marsha."
"Energi apa maksudmu?" tanya Rakka yang masih belum mengerti.
"Keluarlah dahulu, cepat, kita tak punya banyak waktu."
Rakka dan Wisnu keluar dari kamar itu.
"Apa aku nggak salah denger, energi katanya? apa dia hidup di jaman pendekar? Dia siapa sih, ada-ada aja." Wisnu menggerutu.
"Udah diem aja kamu Nu," bentak Rakka.
Toni duduk di belakang tubuh Marsha dan menyalurkan tenaga dalamnya. Tampak Marsha mengeluarkan keringat dingin.
Beberapa saat kemudian, Toni keluar menemui Rakka dan Wisnu
"Bagaimana keadaan Marsha sekarang?" Rakka bertanya karena penasaran.
"Dia sudah beristirahat sekarang, tapi keadaannya tidak begitu baik, dan dia harus berubah wujud untuk sementara," ucap Toni.
"Berubah wujud!" Wisnu terkejut. "Maksudnya apa nih?"
"Oucccchhhhhh." Mendadak Toni kesakitan karena energinya terkuras untuk Marsha.
"Toni kamu nggak papa kan? duduklah dulu." Rakka menuntun pria itu ke sofa.
Toni menceritakan sesuatu pada Rakka.
"Kurasa kamu harus mengetahui ini, sebenarnya Marsha menyembunyikan sesuatu darimu," ucapnya seraya menahan sakit.
"Apa itu Ton?"
"Dia berbohong padamu, tentang cerita sebelumnya, Marsha adalah seorang Putri yang di tunjuk oleh Raja Hutan. Dialah yang akan memimpin hutan Wonderland selanjutnya. Tapi Raja Singa tidak terima, dan tidak ingin dipimpin oleh seorang wanita. Ia berencana untuk menikahi Putri. Tapi Putri menolaknya beberapa kali, lalu Raja singa mengancam akan menghancurkan Wonderland, maka Putri menyetujui pernikahan itu. Tapi di hari pernikahannya, Putri kabur dan akhirnya bertemu denganmu," ujar Toni bercerita.
"Hahh, jadi seperti itu," ucap Rakka hampir tak percaya.
"Apa kamu percaya dengan semua yang ia katakan Ka, itu hanya ada di dongeng," celetuk Wisnu.
"Kamu tak percaya, baiklah, lihatlah ini."
"Clinggggg." Toni berubah menjadi katark.
"Hahhh! ke mana dia pergi!" Wisnu menaikkan kakinya ke sofa karena takut.
"Ka, kamu lihat itu Ka ..., dia menghilang Ka!" teriak Wisnu.
"Aku sudah tau, dia tidak menghilang, dia berubah wujud." Rakka mengeluarkan seekor katak dari kemeja yang Toni kenakan tadi.
"Hahhhh! jadi dia seekor katak, kalau begitu si Marsha ...."
"Iya dia kelinci itu."
"Hahhh, serius kamu?" Wisnu berlari mendatangi kamar di mana Marsha berbaring.
Ia tak melihat siapa pun. Tapi ia melihat seekor kelinci putih yang sedang tertidur pulas. Ia menutup mulutnya, menahan teriakan.
***
Harimau dan para pengawalnya berhenti di tengah pengejaran. Ia merasakan bau tubuh Marsha mulai menjauh.
"Sialan! sepertinya ia tau kedatangan kita." Harimau berkata dengan geram.
***
Di tengah malam Rakka dan Toni masih dengan sabar menunggu Marsha berubah wujud dan bangun. Marsha akhirnya membuka mata.
"Marsha kamu sudah bangun?" tanya Rakka yang masih setia di samping wanita itu.
"Maafin aku Rakka, maafin aku karena sudah membohongimu," isaknya.
"Kamu nggak salah kok, aku tau itu, istirahatlah, badan kamu masih lemah," ucap Rakka.
Rakka ingin berbicara pada Toni.
"Apa ada sesuatu yang bisa ku bantu untuk kalian, aku sedih melihat Marsha begitu menderita." Rakka bertanya padanya.
Toni menatap Marsha yang terbaring tak berdaya.
"Marsha mempunyai mutiara putih di dalam tubuhnya, karena itu mereka bisa menemukan keberadaannya."
"Apa fungsi dari mutiara itu?" tanya Rakka.
"Karena mutiara itulah Raja Singa ingin membunuhnya, jika mutiara itu jatuh ke tangan Raja Singa, Marsha akan mati dan Wonderland akan hancur."
"Hahh! lalu bagaimana aku bisa membantu kalian, aku tak ingin melihat Marsha menderita seperti ini Ton."
Toni membisikkan sesuatu padanya, dan Rakka tampak terkejut.
Toni pergi untuk beristirahat sebentar. Rakka kembali melihat Marsha. Ia menggenggam tangannya, Marsha tampak kesakitan, dan ...,
"Uweekkkkkk." Marsha memutahkan darah lagi.
"Mereekaaaaa, sudahh dekat," rintih Marsha menahan sakit
"Marsha, maafkan aku, aku harus melakukan ini."
Rakka menarik leher wanita itu dan mencium bibirnya. Marsha menolak tapi Rakka makin kuat memeluknya dan masih mencium. Marsha tak kuasa dan ikut merangkul lehernya menikmati ciuman Rakka.
Sebuah cahaya putih keluar dari tubuh Marsha. Dan makin membesar. Cahaya itu berubah berwarna biru, dan makin terang sehingga menyinari seluruh rumah itu dan sekejap sinar itu pun hilang bak di telan bumi.
Rakka puas ternyata Marsha juga menyukainya. Dan Rakka adalah cinta sejatinya, karena hanya cinta sejati yang bisa mengubah mutiara itu menjadi berwarna biru. Marsha kembali tak sadarkan diri.
***
Kain yang di bawa Harimau itu mendadak terbakar menjadi abu dan terbang tertiup angin.
"Sialannn! siapa yang berani membantunya!" bentak Harimau.
Harimau mengeram dan meraung, di tangannya keluar bola es, Ia berteriak.
"Arcccccchhhhhhhhh." membuat beberapa benda di sampingnya membeku menjadi es.
ns 15.158.11.151da2