x
Pahlawan Perang Dunia
Author: Ihsan Iskandar
594Please respect copyright.PENANAQW8dA2wnjs
594Please respect copyright.PENANAQN8Sn2JSKM
Ketika sekelompok tentara berkuda memberhentikan kereta kuda kami, aku melihat ekspresi Tya menunjukkan rasa takut dan tangannya mulai gemetaran. Melihat hal itu, aku langsng melemparkan kain coklat bekas karung makanan kami kearah Tya.
“Hei selimuti dirimu dan berpura-pura tidurlah, jangan mengatakan sepatah kata pun”
Tya Menerima kain tersebut dan menutupi seluruh tubuhnya. Dan menidurkan posisi badannya.
Setelah itu, aku dan Jack turun untuk menemui sekelompok tentara berkuda itu. Aku menghitung jumlah mereka ada 4 dengan memakai ciri khas baju tentara Roxalia.
“Hei bocah-bocah, apa yang kalian lakukan disini?”
Seorang tentara yang sepertinya terlihat seperti pimpinan mereka bertanya ke arahku.
“Selamat pagi tuan-tuan, perkenalkan aku dan temanku ini adalah warga desa Roxanda. Kami berdua pergi untuk ke ibukota Roxalia untuk mengikuti Sekolah Militer”
Aku menjelaskan dengan sopan
“Cihh… bocah-bocah seperti kalian bahkan tak pantas menjadi militer. kalian berdua dengarkan aku, namaku adalah kapten Derick Krose hahaha!”
Dengan tawaan yang diikutin oleh 3 prajurit lainnya Kapten Derick Krose melihat aku dan Jack dengan sangat rendahnya. Aku yang melihat jack geram dengan pelecehan mereka aku tahan dengan memegang pundaknya dari belakang.
“haaa… ya sudahlah. aku ingin bertanya kepada kalian, apakah kalian melihat seorang perempuan berambut Ungu scarlet ketika menuju kesini? Jika kalian melihatnya katakan pada kami, katakana pada kami, jika kalian berbohong kami akan menembak kepala kalian sekarang juga ”
Tepat seperti gudaanku, dia pasti mencari Tya. Kapten Derik mengangkat sejatanya dan mengarahkannya kearah kami, Jack yang semakin takut dengan hal itu mundur beberapa langkah. Tetapi aku langsung menjawab pertanyaan Kapten Derik sambil melihat tepat kearah matanya tanpa ragu sedikitpun.
“Kami tidak pernah melihatnya tuan kapten Derik, jika kau tidak percaya kau bisa menembakkan peluru itu sekarang juga ke kepala ku”
Moncong senapa larang panjang itu kupegang dan kutaruh tepat kearah jidat ku, Kapten Derik yang terkejut dengan respon mulai merasa ragu melihatku.
“haaa… baiklah sepertinya kalian jujur, kalian boleh lewat.”
Kapten Derik menurunkan senjatanya dan mempersilahkan kami lewat, aku dan Jack yang merasa lega beranjak kembali ke kereta.
“tunggu dulu, apa yang ada dalam karung ini?”
Tanpa ku sadari salah satu prajurit sudah menyusuri kotak kereta kami dan melihat kain coklat yang menutupi sesuatu dan pasti itu adalah Tya beranjak membukanya.
“maaf tuan tentara, sebaiknya kau jangan. Itu adalah bekas makanan kami, dan mereka semua sudah dalam keadaan busuk. Kau bisa mengetahuinya hanya dengan menciumnya kan?”
Aku segera berkata seperti itu untuk meghentikan prajurit tersebut. mendengar hal itu, prajurit itu masih ragu-ragu. Namun kemudian dia mencium karung itu dan langsung menutup hidungnya.
“euhh… kau benar, kau seharusnya membuang makanan ini bocah”
“maafkan kami tuan hehehe”
Aku menunduk maaf kepada prajurit tersebut dan kami berdua naik kembali ke posisi kami semula.
Setelah terpisah beberapa puluh meter dari tentara itu, aku mengisyaratkan kepada Tya untuk menyudahi aktingnya.
“hei, semua sudah selesai, kau bisa keluar sekarang”
“HAAAA... kenapa lama sekali!? Dan itu hampir saja! Dan kenapa kau berkata aku seperti bau busuk! Yaa walaupun karung ini yang berbau busuk. Tapi kau sangat tidak Sopan!”
Tya mengomel kearahku tanpa jeda dan tanpa henti. Aku hanya mendengarkannya sambil tertawa geli. Tetapi aku langsung menjawabnya.
“Apapun itu kau berhutang nyawa kepadaku 2 kali oke?”
“ugghhh… moooooo!”
Tya melemparkan kain coklat busuk itu kearahku dengan muka merah bahkan sampai ke kuping-kupingnya. Walaupun mungkin itu membuat dirinya membenciku, tapi pemandangan ini membuat sedikit hiburan bagiku.
“Tapi sepertinya, aku merasa seperti kehilangan sesuatu, ya BENAR! Hei Jack!”
Aku melihat Jack yang duduk disampingku. terdiam dan menunduk, bahkan aku bisa melihat aura hitam depresi di sekitarnya. Aku berusaha untuk berkomunikasi dengannya, tapi ketik kau menyentuhnya, dia bergoyang seperti kayu. Dan mulutnya mulai berkomat-kamit macam-macam.
“haaa sudahlah, sepertinya aku harus membiarkannya dulu sebentar”
Setelah berjalan selama 45 menit. kami sampai ke ibukota Roxalia. Gerbang yang sangat besar terbuat dari semen keras berwarna orange itu hanya memilki satu pintu masuk, dan antrian panjang yang tercampur mulai dari gerobak, kereta kuda seperti yang kami punya, bahkan laki-laki atau perempuan yang membawa tas besar. Kami berada di barisan paling belakang dan menunggu selama 30 menit sampa kepada giliran kami tiba.
Proses untuk masuk kedalam kota Roxalia sangat panjang, jika kalian adalah warga desa yang ingin memasuki ibukota Roxalia, kalian harus memiliki kartu tanda pengenal. Dan itupun terbagi beberapa macam. Jika datang untuk menjadi pedagang kau akan mendapat kartu tanda pengenal bertuliskan A, jika sebagai wisatawan bertuliskan B, ingin tinggal di Ibukota Roxalia bertuliskan C, dan pelajar adalah D. aku dan Jack mendaftarkan diri sebagai pelajar, namun Tya sudah memiliki kartu tanda pengenal. Ketika tanda pengenal dirinya di tunjukan kepada penjaga gerbang itu, ekspresi terkejut terluki di wajahnya dan mempersilahkan Tya untuk masuk ke dalam kota duluan.
Oh iya, untuk pembiayaan pendaftaran, kami harus membayar 10 Rupi. Untuk penggunaan uang, di benua Jaziro setelah perjanjian ekonomi 8 tahun yang lalu seluruhnya menggunakan mata uang Rupi. Yaitu uang dalam bentuk kertas. Setelah pembayaran dan verifikasi identitas, aku dan Jack menyusul Tya yang sudah berada di kereta kuda kami.
“Baiklah, Jack dan tuan ‘hei’, terima kasih sudah membantuku sampai kesini, tapi aku harus berpisah dengan kalian. Kuharap aku bisa membalas budi ini nanti jika kita bertemu lagi.”
“Waahhhh…. Sangat disayangkan kita harus dipisahkan seperti ini Tya, aku sangat mengingat momen-momen yang kita habiskan bersama…” Jack menjawab pernyataan Tya dengan nada yang sangat sedih.
“ayolah Jack, kita hanya bersama dengannya selama kurang dari satu hari, dan momen-momen yang kau katakan hanyalah duduk di kereta yang sama tanpa melakukan permbicaraan sedikitpun”
“Diamlah Jusuf! Aku tahu itu dan itu sudah sangat spesial bagiku”
“haaa… baiklah”
“hahaha… kalian berdua ternyata lucu juga”
Tya yang sedari tadi memperhatikan kami mulai tertawa. Aku yang melihat tawanya untuk pertama kali membuatku sedikit terdiam lalu aku segera memalingkan wajahku.
“baiklah, aku akan pergi, jaga diri kalian yaaa!”
Tya pergi menjauh kereta kuda kami sembari melambaikan tangan. Jack mengayunkan tangannya dengan sangat bersemangat seperti perpisahan kepada teman yang sudah bertahun-tahun bersamanya. Aku hanya melihat kepergian dan langsung menaiki kereta kuda kami.
“hei Jack, aku akan meninggalkanmu”
Aku melibaskan tali kuda dan mulai berjalan menjauh, Jack yang menyadarinya mulai berlari mengajarku.
“Jusuf Tunggu akuuu!”
“baiklah aku akan menunggumu” tapi aku malah tidak memberhentikan kereta kudanya dan masih berjalan seperti biasa, sedangkan Jack masih mengejar dari belakang.
594Please respect copyright.PENANA1dSQidfXn7
ns 15.158.61.48da2