x
Pahlawan Perang Dunia
Author : Ihsan Iskandar
First POV
528Please respect copyright.PENANA4sm8KPFSdN
“Yuuhuuuu!!!!! Akhirnya aku dapat keluar dari desa sialan yang mengurungku kecil dan akhirnyaaaa dapat melihat dunia luar!”
“Diamlah Jack, kau mengganggu aku membaca”
Pemuda yang teriak disebelahku adalah temanku yang merupakan warga asli desa Roxanda. Pertemanan yang sudah terjalin selama 8 tahun ketika aku berllatih bersama pak tua Korna. Dulu aku mengenal dia setelah dia hanyut disungai ditempat aku dan pak tua Korna sering memancing, aku langsung menyelamatkannya dan pertemanan terjadi bergitu saja.
“huuuu… kau sangat tidak asik Suf, bukankah kau harusnya senang bisa pergi dari desa itu dan terbebas dari latihan neraka bersama pak tua itu hahaha”
“yaa kau ada benarnya sih, tapi sekarang diamlah, masih butuh 3 hari untuk mencapai ibukota Roxalia”
“hehe oke okeee”
Dasar kau Jack, temanku yang satu ini tidak pernah berubah. Aku pun harus bersabar sambil tetap serius membaca buku setebal 579 lembar ini.
“Hei Suf, apakah kau membaca surat kabar tadi? Bahwasanya perang dunia akan segera terjadi, dan semua Negara akan ikut berperang”
“hmm?? Ah ya, itu benar itu mungkin terjadi 1 sampai 2 tahun lagi. Memang sudah wajar akan terjadi perang jika kestabilan kekuatan Negara, apalagi ketika melihat pergerakan Imperialisme dan kolonialisme Negara Madonia. Dan jika itu benar-benar terjadi, mau tidak mau Roxalia harus ikut berperang”
Aku yang menjelaskan dengan panjang lebar. Jack hanya membalasnya dengan tatapan bingung.
“wahh… seperti yang diharapkan. Kau memang orang aneh yang membicarakan orang aneh”
“HA HA HA apa kau bilang? Bukannya kau bertanya mengenai pendapatku tadi haaa?”
Aku memukul pelan lengan Jack karena kesal dia selalu berkata aku adalah orag aneh ketika aku menjelaskan sesuatu yang tidak dia pahami. Tapi ya sudahlah, itu bukan sebuah masalah yang penting aku hanya harus membaca dan menunggu sampai ke ibukota Roxalia.
Ketika hari kedua, malamnya aku dan Jack mendirikan kemah di hutan. Aku bertugas untuk membuat makanan dan Jack mendirikan. Ketika aku mencari kayu bakar di hutan, aku melihat wanita bergaun ungu terbaring tidak sadarkan diri, melihat keadaan tersebut, aku mendekatinya dan memeriksa denyut nadinya.
“Fuhh... ternyata dia hanya pingsan”
Karena takut jika aku meninggalkannya sendiri di dalam hutan, apalagi di malam hari hewan buas berkeliaran dimana-mana, aku menggendong perempuan itu seperti seorang pangeran menggendong putrinya. Aku pernah melihat gambaran ini di salah satu buku di perpustakaan Pak Tua Korna di buku kisah-kisah Romansa. Ketika 2 menit menggendongnya aku memperhatikan bahwa wajah wanita tersebut ternyata cantik juga. Dengan rambut panjang berwarna Scarlet dan pipi yang merona merah, dari rupanya, sepertinya dia seumuran denganku. Tanpa sadar aku mulai mendekatkan wajahku.
“tidak tidak tidak. Aku tidak boleh melakukannya, Aku bukan seorang penjahat!”
Aku menggelengkan dan menarik kembali kepalaku dan untuk mengalihkan pikiranku, aku menghitung kelipatan 7 dari 700 .
Setelah beberapa menit berjalan. Aku akhirnya sampai ke kemah kami. Ketika ku datang, Jack berlari sekuat tenaga ke arahku, ya walaupun dia sempat terjatuh karena tersandung, dia tetap menghampiriku dengan keadaan hidungnya yang merah.
“wahhh wahhhh. Siapa wanita ini Suf!? Dimana kau mendapatkannya? Apakah kau menculiknya? Apakah kau sudah menciumnya seperti cerita-cerita pangeran dan putri itu?”
Mendengar hal itu,aku menjawabnya dengan menendang perut Jack sampai dia terpingkal.
“aww… tenang Suf aku hanya bercanda. Tapi siapa wanita itu?”
Tanpa menjawab pertanyaan Jack. Aku membaringkan wanita itu di dalam tenda agar dia terhindar dari angin malam. Setelah itu aku mengambil beberapa makanan untuk dimasak sembari menjawab rasa penasaran Jack.
“Aku menemukannya di hutan sedang terbaring tidak sadarkan diri, karena takut terjadi sesuatu. Aku membawanya kesini”
“haa? Apakah kau tidak takut kalo ada orang lain yang melihat, kita akan dianggap penculik.”
“Tenanglah, di malam hari seperti ini, tidak akan ada orang lain yang lewat”
“hmm… benar juga, tapi ingat. Jika terjadi sesuatu jangan salahkan aku”
“iya iya tenanglah Jack”
Aku mengangguk sambil memasak kentang di panci di atas api yang membara.
Setelah 10 menit berlalu masakan untuk porsi 3 orang pun sudah selesai. Ketika kami berdua sedang makan. Kami berdua mendengar suara dari arah tenda kami.
“Ka…ka..kalian Berdua penculik biadab, bebaskan aku!”
Yaa. Wanita berambut scarlet ungu itu berteriak kepada kami sembari mengacungkan pisau kearah kami berdua, walaupun jarak diantara kami tidak begitu dekat.
“Awww aww panas… panas… ehh maafkan kami, kami bukan penjahat!”
Jack yang mengankat kedua tangannya telah menumpahkan makanan tepat ke badannya. Dia berusaha utnuk meminta maaf ke pada wanita itu, namun wanita itu tetap tidak percaya bahwa kami bukanlah penjahat.
Melihat keadaan yang tidak akan berubah, aku berdiri dan pergi kearah api unggun. Melihat gerakan yang mencurigakan dari ku, wanita tersebut semakin berteriak akan menusukku jika aku semakin bergerak, namun aku tetap berjalan seperti tidak terjadi apa-apa.
Setelah mendapatkan yang aku inginkan, aku mulai menghampiri wanita itu.
“Jangan…jangan… dekati aku! Tolong!...”
Wanita itu mulai jatuh terkulai lemas. Dia merintih meminta tolong dengan nada yang sangat memilukan dan suara yang sangat bergetar. Aku semakin mendekainya, ketika jarak kami sangat dekat aku menodongkan sesuatu.
“A…Apa ini?”
“Makanlah kau pasti lapar”
Aku memberikan semangkuk makanan yang kumasak kepadanya sembari memberikan senyuman hangat kepadanya. Awalnya dia masih merasa ragu-ragu, tapi setelah mendengar suara perutnya yang keroncongan. Dengan tersipu malu dia mengambilnya dan mulai memakannya. Aku kembali kepada posisi duduk awalku, yaitu disamping Jack.
“wow… kau hebat Suf, kenapa kau tidak meyakinkannya pada saat pertama kali dia mengatakan kita seorang penjahat”
“yaa kau tahu, ada sebuah ungkapan mengatakan bahwa ‘Keep hungry, keep foolish’ jadi tidak akan berguna jika kau mulai berkomunikasi dengan seseorang dalam keadaan lapar.”
“hmmm… begitu yaa…”
Setelah beberapa menit, wanita tersebut sudah selesai memakan makanannya dan mulai duduk terdiam sambil melihat kami berdua. Setelah beberapa saat dia memandang kami, akhirnya dia mengucapkan sesuatu.
“hmm… te… terima kasih makanannya…”
Sambil tersipu malu, suara yang indah nan begitu feminim keluar dari mulut indah wanita itu.
“sama-sama”
Aku menjawab pertanyaannya dengan datar dan aku berpikir sudah saat yang tepat untuk memperkenalkan diri kami padanya.
“Saya akan memperkenalkan diri kami nona, saya adalah Jusuf, dan ini teman saya Jack. Kami berdua sedang menuju Ibukota Roxalia untuk mengikuti akademi militer disana. Dan akulah yang menemukanmu tergeletak tak sadarkan diri di dalam hutan.”
“ohh… jadi kau yang sudah menyelamatkan ku. Terima kasih... tapi bagaimana caramu membawaku sampai kesini?”
“ahaaaa, temanku Jusuf ini menggendongmu layaknya seorang putri yang digendong pangerannya”
Jack entah datang dari mana, dia menimpali jawaban yang seharusnya dijawab olehku, tapi gara-gara jawaban absurd dari Jack. Wanita tersebut mulai memeluk dirinya dan melihatku dengan tatapan sinis. Tiba-tiba dia berkata “Mesum!” kearahku. Haaaa… ini akan menjadi hal yang sangat melelahkan.
“Yaaa. Memang benar aku menggendongmu dan aku harus melakukannya. Dan apakah begitu tata karma yang benar mengatakan ‘mesum’ kepada penyelamatmu dan memberimu makan?”
“ahh…hmm… tidak, maaf aku salah, aku keceplosan.”
“Haaaa….. Baiklah Nona apakah kau bisa memperkenalkan dirimu?”
Sembari menarik nafas panjang aku bertanya mengenai dirinya
“mmm…. kalian bisa memanggilku Sintia”
Wanita tersebut memperkenalkan dirinya sembari menghindari kontak mata denganku.
“Baiklah Sintia, apakah kamu ingin bercerita kepadaku kenapa kau berada di hutan dan ingin kemana kau pergi?”
Perempuan bernama Sintia itu terdiam dan melihatku dengan serius, beberapa saat kemudian dia menjawab pertanyaanku.
“aku tidak bisa bercerita kenapa aku berada disana. Aku memiliki tujuan yang sama dengan kalian yaitu ibukota Roxalia.”
“hmm… kalau begitu baiklah, kami akan mengantarmu kesana karena kita searah. Tetapi ingat akan satu hal, jika terdapat satu bahaya pun yang menimpa kami, kami akan meninggalkanmu.”
“A..Apa!? kenapa kau sangat tega!?”
“Hei Jusuf apakah kau sudah gila meninggalkannya sendirian!?”
Aku mengangkat tanganku untuk mendiamkan Jack yang berdiri dan seakan ingin memukulku.
“Aku tidak mau mempertaruhkan nyawa kepada seseorang yang bahkan tidak mau mengatakan nama aslinya kepadaku”
Jack yang mendengar hal tersebut langsung melihat kearah perempuan. Perempuan itu tertunduk diam dan mulai menggeramkan giginya.
“Tidak ada gunanya berbohong kepadaku, aku dapat mengetahui dirimu berbohong dari tingkah lakumu.” Perempuan tersebut masih diam membisu “Haaa… Baiklah, aku berubah pikiran, Kami akan meninggalkanmu disini sendirian jika kau masih tidak memberitahuku”
Aku mulai beranjak pergi dari tempat itu, tapi ketika 2 langkah perempuan itu memanggilku.
“Tunggu! Baiklah, Namaku adalah Tya, aku masih tidak bisa memberitahumu nama keluargaku karena kalian saja tidak memberitahuku”
“hmm… bagus, itu saja sudah cukup” aku tersenyum mendengar hal tersebut dan malam itu kami bertiga beristirahat. Tetapi aku harus tetap terjaga jika terjadi sesuatu yang tidak dinginkan.
Keesokan harinya. Kami bertiga merapikan tenda dan mulai berangkat lagi menuju Ibu Kota Roxalia.
“Hari ini perjalanan menuju Ibukota Roxalia akan memakan waktu 3 jam”
“Yuuhuuu ayo berangkat!”
“…”
Jack yang menjawab pernyataanku dengan semangat seperti biasanya, sedangkan Tya masih duduk diam di dalam tenda kereta.
Ketika dalam perjalanan, Jack duduk disampingku yang berperan sebagai supir kuda. Dia mulai membisik sesuatu kepadaku.
“psstt. Hai Suf, setelah aku melihat Tya, dia cukup manis ya, apalagi rambutnya berwarna Scarlet yang belum pernah ku temui”
“yahhh… kau benar, ini juga pertama kalinya aku melihat rambut seperti itu.”
Aku melihat kebelakang dan memperhatikan rambutnya yang berwarna Scarlet, ketika aku memikirkan warna scarlet, aku teringat akan sesuatu, tapi aku susah mengingatnya. Karena keadaanku yang masih terbengong melihat dirinya. Tya berteriak kepadaku.
“Berhenti melihatku Mesum!”
“aghhh… maaf”
Setelah mendapat tamparan kata ‘mesum’ kepada diriku, Aku langung melihat kedepan dan tak berani melihatnya lagi dalam beberapa jam kedepan.
Setelah 2 jam menjadi supir, aku bergantian dengan Jack. Aku mengambil posisi faforitku di dalam tenda, memangjangkan kaki kedepan dan mulai membaca buku tanpa menghiraukan apapun. Perempuan bernama Tya itu yang hanya berjarak 1 meter dariku sesekali melirikku, aku tidak memperdulikannya dan terus membaca. Tapi tiba–tiba Tya memanggilku dan menghancurkan keasyikan ku.
“Hei… apakah kau tidak bosan membaca buku setebal itu?”
“Namaku bukan ‘hei’ tapi Jusuf”
Aku yang menjawabnya dengan datar dan sinis membuat dirinya sebel dengan membesarkan pipinya.
“isss… baiklah baiklah! Apakah kau tidak bosan wahai tuan Yusuf yang sangat hebat!?”
“ahhh… kalo dipikir-pikir aku lebih memilih dipanggil ‘hei’ oleh dirimu”
“ap!? AAAAA…. Aku tidak peduli denganmu! Aku tidak sabar untuk pergi dari sini!?”
Dalam keadaan muka sangat merah, Tya memalingkan wajahnya. Aku melihat wajah merah dengan rambut ungu scarlet miliknya sangat kontras. Setelah melihat hal itu, aku melanjutkan bacaan buku ku. Tapi beberapa saat kemudian, Kereta kami berhenti secara mendadak, dan ternyata kami diberhentikan oleh beberapa tentara berkuda.
528Please respect copyright.PENANAAcxRvOfUwZ
528Please respect copyright.PENANA3CC9L49UPD
528Please respect copyright.PENANAurxsD3CQPz
ns 15.158.61.48da2