x
Pahlawan Perang Dunia [Episode 14]
Author: Ihsan Iskandar
640Please respect copyright.PENANAHsa2lihLuN
“wahhh kita sampai juga ke hotel, huuu nyamannya”
“turunlah dari kasur dan bantu aku mengemas barang kita”
Sehari setelah sampai ke Ibukota Roxalia, aku dan Jack langsung menuju Hotel termurah untuk kami menginap. Hal ini dikarenakan ujian untuk masuk ke akademi militer akan dilaksanakan 5 hari lagi. Namun deadline pendaftaran adalah besok.
Aku menemukan hotel murah yang membayar 15 Rupi yang difasilitasi dengan toilet dan kamar mandi, serta makan pagi dan makan malam.
“hei Jusuf kau ingin kemana sore begini? Apakah kau tidak capek?”
Jack bertanya kepadaku karena melihatku bersiap-siap untuk pergi keluar hotel.
“aku akan berjalan-jalan sedikit, dan jangan lupa kau harus belajar untuk tulisan militer nanti.”
“ya yaaaa”
Setelah itu aku langung keluar hotel dan menuju alun-alun kota.
Ada beberapa alasan kenapa aku memutuskan pergi ke alun-alun. Karena alun-alun merupakan tempat berkumpulnya semua informasi. Aku menuju kesana sekaligus menikmati menyusuri pemandangan kota. Setelah berjalan selamat 15 menit, aku sampai ke alun-alun. Seperti yang kubayangkan, alun-alun seperti lapangan bundar dan diisi ditengahnya air mancur yang indah. Para pedagang dan prajurit berada disana-sini menghiasi alu-alun. Namun au langsung menuju Announcement Board yang sedang dikelilingi para anak muda seperti ku. Aku menerobos keramaian itu dan melihat pengumuman-pengumuman Negara dan berita terkini.
Di rubrik berita, aku membaca bahwa Negara Madonia dan Roxalia sedang meningkatkan kemiliterannya guna menghadapi perang dunia yang akan pecah. Di rubric Pendidikan, Pendaftaran akademi militer akan dibuka esok hari tepat di depan sekolah militer. Ketika aku sedang asik membaca, aku melihat dalam kerumunan pemuda dan pemudi, terdapat seorang cewek yang sedang mendapat pelecehan dari seorang pemuda dibelakangnya. Mungkin karena saking takutnya, cewek itu ridak berani berteriak.
Melihat hal itu, aku mengkap tangan pemuda cabul berbadan itu dari belakang dan membisikkannya dari belakang.
“hei, apakah kau tau jika aku berteriak bahwa kau adaah orang cabul, para prajurit akan menghampirimu dan kau kan dipenjara minimal 5 tahun penjara.”
Mendengar hal itu, pemuda tersebut berkeringat dingin. Aku meleaskan tangannya dan dia mulai beranjak pergi dari sana.
“Sial, kau lihat saja nanti!”
Setelah itu, perempuan yang mendapat pelecehan itu terduduk lemas. Aku membantunya berdiri memberikan tanganku padanya, dia menerima tanganku dengn malu dan aku membawanya menuju tempat duduk di alun-alun tersebut.
“Te…terima kasih…”
“sama-sama. Tapi apakah kau baik-bak saja?”
Aku bertanya kepada perempuan itu, perempuan yang memiliki rambut orange cerah, sama seperi warna tembok gerbang pintu masuk yang kulewati tadi, mata yang sebiru langit, dan kulit seputih susu.
“ya… aku baik-baik saja, aku hanya sedikit trauma. Terima kasih”
Perempuan itu melihatku dan memberikan senyuman manisnya kepadaku, aku membalasnya dengan senyuman dan duduk disampingnya.
“Perkenalkan, namaku adalah Jusuf, aku adalah warga desa yang ingin berlajar di akademi militer”.
“ehh… hmm… namaku adalah Yuna, aku adalah warga asli Ibukota Roxalia.”
Setelah pembicaraan itu, suasana menjadi sunyi dan canggung. Aku yang melihat dirinya sudah tidak bergemetaran ketakutan lagi memutuskan untuk meninggalkannya.
“baiklah, sepertinya kau sudah baik-baik saja. Aku kaan pergi ke perpustakaan kota sekarang jadi selamat tinggal”
Ketika aku beranjak 2 langkah darinya, Yuna menarik lengan bajuku. Aku melihat Yuna yang sedang berusaha menyampaikan sesuatu.
“hmm… bi…bisakah aku mengantarmu kesana, aku tau jalan menuju perpustakaan kota”
“baiklah, tolong tunjukkan aku jalannya”
yaahhh mungkin tidak ada salahnya melakukan ini, dan sekaligus sebagai balas budi darinya. Aku akan merasa tidak enak jika dia merasa berhutang denganku.
Setelah 10 menit berjalan sambil mengobrol, aku mengetahui bahwa Yuna juga akan mendaftarkan dirinya di akademi militer. Setelah sampai di perpustakaan kota yang sangat besar rasa semangatku ketika membayangkan banyaknya buku didalam sana membuatku lupa bahwa Yuna sedang berbicara denganku.
“mm… Jusuf? Kau benar-benar menyukai perpustakaan ya?”
“ehh ahh.. ha ha ha yaa seperti itulah. Maaf”
“ehh!? Kenapa kau meminta maaf kepadaku Jusuf tidak bersalah apa. Mmm… bahkan aku su…suka sama seseorang yang suka mem..baca…” Yuna semakin merendahkan suaranya hingga aku tidak dapat mendengar suaranya.
“ehh apa? Apa yang kau katakana Yuna?”
“ehh!? Hahaha tidak ada hahaha.”
Yuna menjawabnya dengan terbata-bata dan mukanya kian memerah.
“baiklah, kalau begitu aku akan pergi, sampai jumpa lagi Jusuf”
Yuna pergi dan aku melambaikan tangan kepadanya. Setelah itu aku langsung masuk ke perpustakaan dan membuka pintu yang terbuat dari kayu jati itu.
Ketika masuk, aku seperti melihat sebuah taman surga, jumlah buku yang bahkan berjumlah ribuan, tidak jutaan. Bau khas buku dan rak berkayu. Aku menulis namaku di buku kehadiran dan berselancara ria membaca buku samai malam hari tiba dan pulang ke hotel.
Di pagi harinya, aku dan Jack pergi bersama ke pendaftaran akademi militer Roxalia. Kami yang berpakaian layaknya seorang pegawai pekantoran. Ketika sampai disana, seperti yang diharpakan, antrian pendaftaran sangt ramai diisi oleh banyak pemuda dengan beragai corak. Ada yang ditemenin oleh orang tuanya, ada yang dikawal oleh bodyguard, dan ada yang pergi sendiri seperti ami berdua.
Ketika kami mengantri, dengan Jack berada di depanku. Aku melihat dari kejauhan Yuna sedang melambaikan tangan ke arahku sepertinya dia sudah selesai mendaftarkan diri.
“Heiii…” Yuna yang memiliki badan sedikit lebih pendek dari wanita pada umumnya, rambut orange sepanjang pundak yang melambai dengan indahnya itu semakin menghampiriku.
Tapi anehnya Jack yang berada di depanku tiba-tiba menghadap ku.
“ju…ju…ju…jusuf… aku sudah terkenal...”
“haa? Apa maksudmu?”
Perkataan Jack yang tidak jelas dan bergetar membuatku bingung.
“a…ada wanita cantik yang melambai dan menghampiriku…”
Ohh… ternyata ada salah paham disini, untuk tidak membuat rasa sakit hati atas rasa kepedean luar biasa sahabatku ini, aku memberikan nasehat kepadanya.
“Jack, jika kau adalah lelaki sejati. Bacalah situasi dengan benar.”
“ehh…hmm… baiklah!”
Jack yang mengangguk keras langsung percaya perkataan ku dan kembali menghadap kedepan, ketika Yuna sudah berjarak 1 meter dari kami, dan hanya dipisahkan garis pembatas barisan. Jack langsung mengucapkan sesuatu dengan lantang.
“Hei Ju-“
“Hm… MAUKAH KAU BERPACARAN DENGANKU!?”
“ehh? EEEEHH...!?”
Pernyataan perasaan yang super dahsyat itu dapat terdengar hingga barisan paling depan, semua perhatian mengarah ke kami. Yuna yang mendengar hal itu langsung terdiam bingung dan terkejut, sedangkan aku… aku tetap memandang kedepan dengan tatapan kosong seperti tidak terjadi apa-apa di hadapanku.
640Please respect copyright.PENANAVs54TxRqk3
ns 15.158.61.20da2