Sungguh konyol. Aku tidak yakin apa yang telah terjadi. Tetapi mengingat kembali apa yang aku lakukan dan katakan, aku pun bingung darimana aku mendapatkan keberanian seperti itu. sebenarnya, aku merasakan penyesalan. Entah kenapa, sudah cukup aku bersikap mengecewakan.
Setelah dipikir-pikir, bukannya melarikan diri seperti ini malahan membuat aku semakin seperti pengecut? Padahal tadi dengan konyolnya aku menuduh diriku sendiri pengecut. Aku takut ketika memikirkan apa yang Garren rasakan setelah pengakuanku itu.
Sungguh. Apa benar yang aku lakukan itu?
Aku memikirkan semuanya di kepalaku sampai rasanya sakit. Ketika aku menatap kembali ke belakang gedung sekolah yang bersinar indah dan berkelap-kelip, aku menitikkan air mata.
Jika suatu hari nanti, apabila ada kita bertemu lagi, bagaimana ya keadaan kalian nantinya, sahabatku?
**
Cuaca yang tidak menentu dengan hujan lebat tiba-tiba secara terus-menerus ini membuatku menggigil kedinginan.
Aku mengangkat koperku dengan tenaga lembek sia-sia. Sembari berdiri tegak merenggangkan pinggangku yang berderik, aku menatap tiketku lamat-lamat. Masih ada sekitar satu jam lagi sebelum berangkat.
“Ethel, kamu yakin?”
Kak Re memandangku dengan keningnya yang berkerut. Aku mengerucutkan bibir memasang wajah kesal. Setelah berulang kali mendengar ocehan kekhawatiran yang tidak perlu ini juga membuat orang bosan sampai mati, oke?
“Kita udah di sini Kak Re, jangan membuat ulah lagi deh.”
“Kakak hanya merasa ada sesuatu yang tidak tepat.”
“Perasaan apa. Kakak jangan mikir-mikir yang tidak perlu. Lihat, kita sudah di bandara dan beberapa menit lagi aku akan masuk ke dalam. Jadi, Kak Re, semuanya sudah terlambat.”
Aku mengguncangkan tiketku di depan Kak Re dengan senyum pongah lalu merentangkan kedua tanganku dengan ketidakberdayaan.
Tentu saja, Kak Re tidak salah juga. Memang ada yang tidak tepat disini. Baru kemarin aku melakukan perpisahan di sekolah. Dan keesokan harinya, di malam hari seperti pencuri, aku membawa dua koper besar pada waktu hampir tengah malam di bandara. Aku entah kenapa merasa lega bahwa Kak Re sedikit bebal dalam hal ini, ia bahkan tidak curiga kenapa Brenda dan teman-temanku yang lain mungkin tidak mengetahui soal keberangkatanku.
Benar sekali, aku akan pergi ke tempat yang jauh. Dan mungkin saja, aku tidak akan kembali.
Sebenarnya, aku ingin sekali berangkat langsung kemarin. Aku sudah memberi sinyal kepada Kak Re beberapa hari sebelumnya bahwa aku telah diam-diam mendaftar universitas di luar negeri. Aku juga mengatakan bahwa kemungkinan aku akan pergi secepat mungkin. Awalnya Kak Re merasakan keanehan hanya saja Kak Re seorang pria muda yang lajang tidak terlalu paham dan juga bukan orang yang sensitif.
Aku sudah gugup beberapa waktu ini. Aku takut bahwa aku akan ketahuan. Seperti pengecut, aku tidak ingin siapapun menyadari hal yang salah. Aku juga tidak mengatakan hal ini kepada siapapun. Aku juga tidak khawatir dengan Kak Re yang memberi tahu Tante Yuna, sebab ia biasanya memberikan kebebasan kepadaku untuk melakukan apapun.
Oh selain itu, aku juga tidak perlu mengkhawatirkan bahwa setelah pergi orang-orang akan mengetahuinya. Aku sudah membututi jadwal Kak Re sejak bulan lalu. Besok pagi, ia juga akan pergi ke luar negeri untuk perjalanan bisnisnya yang cukup lama yaitu selama 4 bulan. Setelah itu ia berkata bahwa ia akan minta mutasi untuk bekerja di negara yang dekat dengan tempat kampus aku berada. Sebenarnya ini merupakan asutanku juga. Aku perlahan-lahan menghipnotis Kak Re dengan berbagai alasan.
Alasan aku melakukan hal ini sejauh ini? Tentu saja karena aku berniat untuk tidak akan pernah kembali. Jadi aku akan berusaha menghilangkan segala alasanku untuk kembali kesini suatu hari ini. Termasuk pulang ke rumah yang telah menjadi kenanganku beberapa tahun ini.
Aku paham semuanya. Ini benar-benar ekstrim. Aku sangat bodoh dengan melarikan diri seperti ini. Tetapi aku benar-benar tidak berdaya. Perasaanku telah membusuk sampai ke akarnya. Mungkin sekalian mencabutnya dan membakarnya sampai tidak satupun tersisa. Adapun terhadap persahabatanku dengan Brenda, aku juga sangat sakit hati rasanya seperti ditusuk jarum. Aku tidak ingin menghapusnya jadi aku hanya bisa menjadikan ini kenangan berharga. Aku juga merasa bersalah dengan Tante Yuna karena aku bahkan tidak berusaha untuk pamit dengan baik. Aku sangat malu.
Lalu sebuah tangan menepuk kepalaku. Aku menatap Kak Re yang melihatku dengan seringai tipis. Aku bingung dan menjadi gugup.
“Baiklah, jaga dirimu baik-baik. Tunggu aku, ya?”
Aku merasakan sesak jadi aku memeluk Kak Re dengan erat.
Di dunia ini, hanya Kak Re cinta sejatiku.
Setelah itu, aku berjalan dengan hati-hati menuju pesawat. Sampai aku tidak sadar bahwa pesawat akan lepas landas ketika mendengar suara seorang pramugari. Aku menjadi linglung namun seketika aku merasakan keringat dingin muncul di tubuhku karena sekian detik lalu aku pernah berpikir untuk turun dari pesawat ini.
Aku mungkin kesurupan.
Pada akhirnya, rasionalitasku kembali. Ketika pesawat telah terbang dan pemandangan kota yang hampir menghilang, aku tersenyum tipis ketika suatu pemikiran melintas di kepalaku.
Ah. Untuk cinta pertama yang konyol dan bodoh ini, aku benar-benar tidak beruntung.
ns 15.158.61.48da2