Jangan membenci pada pandangan pertama. Karena kita tidak akan tahu kebaikan apa yang akan terlihat pada pandangan kedua, ketiga, dan seterusnya, yang mungkin dapat merubah bencimu menjadi rasa kagum berkepanjangan.1007Please respect copyright.PENANAbcnjDyZPee
_____________________________________
Seperti biasa, aku terbangun pukul 2 pagi. Setelah mengambil air wudu, kugelar sajadah unguku menghadap kiblat. Kukenakan mukena putih dengan paduan warna ungu di bagian bawahnya menutupi auratku. Kudirikan salat sunah tahajud. Selesai salat, tak lupa aku berdzikir mengingat Allah. Berdoa untuk kebaikan dunia dan akhirat ibu, ayah, Bang Syafril, aku, dan semua saudara muslimku. Tak lupa aku juga membaca beberapa ayat kitab suci alquran.
Selesai dengan ibadah salat sunahku, aku mulai menyiapkan berkas untuk keperluan melamar pekerjaan nanti. Semoga Allah memberi kelancaran dalam setiap langkah perjuanganku. Kutatap sekali lagi berkas lamaran pekerjaan itu. Berikanlah yang terbaik untukku, Ya Allah.
Aku segera mandi sebelum mendirikan salat subuh. Selesai salat, masih dengan pakaian santaiku aku turun ke dapur membantu ibu menyiapkan sarapan. Meski hanya sekedar maencuci atau memotong bahan-bahan, aku selalu menyempatkan membantu ibu di dapur. Bukan berarti aku tidak bisa masak, hanya saja ibu sering mengatakan, "Selama Ibu masih bisa melayani keluarga Ibu, Ibu akan terus melakukannya. Kalau Ibu butuh bantuanmu, nanti Ibu panggil". Kira-kira begitu yang sering ibu ucapkan. Tapi untuk makan malam, ibu sudah membiarkanku memasak untuk satu keluarga. Rasanya enak, meski tak seenak buatan ibu.
"Nanti kamu jadi melamar kerja, She?"
Aku yang sedang mengupas wortel langsung menoleh dan mendapati ibu yang masih serius memotong wortel yang telah aku kupas.1007Please respect copyright.PENANAwWX1N9Lm25
"Iya, Bu. Insyaallah. Doakan Shea ya, Bu".
"Pasti, She. Ibu pasti doain biar kamu diterima kerja jadi sekretaris di perusahaan itu."
"Doanya jangan cuma gitu dong, Bu. Ditambahin, semoga bosnya Shea bukan kakek-kakek jelek kaya di film-film. Terus bosnya Shea baik dan ramah. Soal ganteng si, Shea anggap itu bonus. Aamiin."1007Please respect copyright.PENANA5a3CBL3zOT
Ucap Shea dengan mengangkat kedua tangan berdoa dan wajah yang dibuat sok serius.
"Ih, kamu ini. Kamu ngarepnya bos kamu itu masih muda, mapan, dan tampan. Terus jatuh cinta sama kamu alias sekretarisnya. Terus kalian nikah dan bahagia selamanya kayak cerita di novel kamu itu?"
"Ya nggak lah, Bu. Orang She cuma bercanda kok. Lagian ya Bu, mau gimanapun bos Shea nanti, Shea bakal menghormati dia, Shea bakal profesional dan bekerja dengan totalitas. Eh, kok Ibu tau novel She, si?" Tanya Shea dengan memicingkan mata curiga.
"Abisnya bosen, She. Nonton TV juga isinya acara-acara azab semua. Iseng deh, baca novel di kamar kamu."
Sheana hanya membulatkan mulutnya sebagai jawaban. Memang sih, Sheana juga terkadang bosan sendiri dengan acara-acara azab yang ditayangkan di televisi.
"Siap-siap sana, She. Nanti telat lagi. Berangkatnya sama Bang Syafril, Kan?"
"Eh iya, Bu. Ya udah, She ke atas dulu ya, Bu. Semangat masaknya, Ibuku tercinta." Ucap Shea sambil mencium pipi ibunya.
Shea memutuskan untuk memakai gamis berwarna biru dongker dengan sedikit aksen warna merah muda. Warna yang tidak terlalu mencolok dan yang menjadi warna favoritnya. Tak lupa ia memakai bedak tipis pada wajah cantiknya. Liptint juga ia oleskan tipis pada bibirnya. Setelah merasa cocok dengan penampilannya, Shea mengambil tas dan berkas lamaran pekerjaannya sebelum turun ke bawah untuk sarapan bersama keluarganya.
Saat menuruni tangga, terlihat ayah, ibu, dan abangnya sudah duduk menantinya di ruang makan.1007Please respect copyright.PENANAPaQZqR8RRM
"Eh, Dek. Kamu mau ngelamar pekerjaan apa ngelamar ikhwan? Cantik banget dandanannya." Ucap Bang Syafril yang memang biasa rusuh.
"Dandan nggak dandan juga aku tetep cantik, Kok. Ya kan, Ayah?" Balas Shea.
"Shea emang anak ayah yang paling cantik." Ucap ayahnya sambil terkekeh.
"Ya iyalah, kan anak ayah yang perempuan cuma She. Kalo ke Syaf, ayah bilangnya, 'Syaf emang anak ayah yang paling ganteng'. Gitu kan ya, Bu?" Ucap Syafril tak terima.
"Bodo amat, Bang. Bodo amat." Jawab Shea acuh sambil mengambil sarapannya.
Salman dan Fida hanya bisa geleng-geleng melihat ulah kedua anaknya itu.
"She jadi ikut Bang Syaf?" Tanya ayah kepada Shea.
Belum sempat Shea menjawab, abangnya sudah menyahut duluan.1007Please respect copyright.PENANAyC2ZhQYN76
"Eits, Syaf tidak membuka tumpangan, ya."
"Ih, Bang. Jahat banget, sih. Sama adek sendiri juga." Ucap She kesal.
"Bodo amat, She. Bodo amat." Balas Syaf mengikuti perkataan She tadi.1007Please respect copyright.PENANAw2vZPARR82
"Yah, Bu, Syaf berangkat dulu. Assalamualaikum." Pamit Syaf sambil mencium tangan kedua orangtuanya.
Dengan cepat, Shea langsung meminum habis susunya. "Tungguin, Bang Syaf!" Buru-buru ia menyambar tas dan berkas lamaran pekerjaannya. She juga mencium tangan ayah dan ibunya dengan cepat. Beberapa detik setelah kepergian Shea, terdengar teriakkan perempuan, "Assalamualaikum!!!"
"Waalaikumsalam." Ucap Salman dan Fida lirih.
"Anak kamu itu, Bu." Ucap Salman.
"Eh, anak kamu juga itu, ya." Ucap Fida tak terima.
Salman hanya terkekeh sambil menunjukkan barisan giginya.
"Ngapain di sini, Dek? Nggak denger ya, Abang tuh nggak membuka tumpangan, ya."
Shea tak mempedulikan ucapan abangnya itu, ia menyumpal telinganya dengan earphone yang setia ia bawa ke mana-mana. Hingga akhirnya, Syaf memutuskan untuk melajukan mobilnya membelah jalan raya.
"Ini ya Dek, kantornya?" Tanya Syaf pada Shea yang telah melepas earphonenya sejak tadi.
"Iya, Bang. Makasih, ya. Jangan lupa doain. Assalamualaikum."1007Please respect copyright.PENANAkDBBVnQrDT
Pamit Shea sambil mencium tangan Syaf.
"Oke. Waalaikumsalam."
'Tuh kan, Bang. Nggak bakal tega nggak ngasih tumpangan buat adeknya. Sampe juga di kantor.' Ucap Shea membatin.
"Bismillah, lancarkanlah Ya Allah."
Saat Shea berjalan menuju ke pintu masuk kantor ia dikejutkan dengan teriakan seorang pria di belakangnya.
"Bu, Ibu! Istrinya Pak Sanip! Berhenti sebentar, Bu!" Teriak pria sambil terengah dan setengah berlari.
Tunggu. Ibu? Nggak ada perempuan lain di sekitar sini kecuali aku. Tapi aku kan bukan ibu-ibu. Pak Sanip? Siapa itu Pak Sanip? Tanpa memikirkannya lebih dalam, aku meneruskan langkahku. Baru beberapa langkah ada seorang pria yang membungkuk memegangi lutut dan terlihat sedang mencoba mengatur nafas.
"Ibu, dari tadi saya panggil nggak nyaut, malah jalan terus." Ucap lelaki itu masih dengan membungkuk dan nafas terengah-engah.
Shea mengangkat sebelah alisnya.1007Please respect copyright.PENANAFEe9LrfYNV
"Bapak dari tadi manggil-manggil saya?"
Pria itu menegakkan badannya. "Lah, kok? Bukan istrinya Pak Sanip. Astaghfirullah. Maaf, saya salah orang." Ucap pria itu terdengar frustasi sambil berlalu dari hadapan Shea masuk ke dalam kantor.
"Tampangku kayak ibu-ibu, ya? Ih, sebel banget, sih." Ucap Shea pada dirinya sendiri.
Sesampainya di depan kantor, dengan ramah Shea mengucapkan salam pada satpam dan mengatakan maksud dan tujuannya datang ke Perusahaan Abigail itu.
"Oh, begitu. Mari saya antarkan ke Mbak Alysha. Nanti biar Mbak Alysha yang mengantarkan Mbak Shea ke ruangan Bapak."
"Wah, terima kasih, Pak."
Shea diantar masuk ke dalam kantor.1007Please respect copyright.PENANA1RXoBLUcBz
"Nah, itu Mbak Alyshanya."1007Please respect copyright.PENANAdPpghMPxrb
Tunjuk satpam tadi pada seorang perempuan cantik dan anggun berhijab syar'i warna pink yang terlihat sibuk di depan layar komputer.1007Please respect copyright.PENANAwXJN32Kaua
'Ada juga karyawan yang berpakaian syar'i di sini. Aku jadi makin optimis'.
"Permisi, Mbak Alysha".
"Eh, Pak Sanip. Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Jawab perempuan bernametag Alysha itu dengan ramah dan senyum yang menawan.
'Eh, Pak Sanip? Jadi tadi aku dikira istrinya bapak satpam ini? Hah! Tampang ibu-ibu banget, ya?' Ucap Shea dalam hati.
"Anu, ini Mbak. Ada yang mau ngelamar jadi sekretarisnya Pak Abi. Namanya Mbak Shea."
Aku mengulurkan tanganku pada Alysha untuk berkenalan.1007Please respect copyright.PENANAluHBSd6KXX
"Sheana Oktavia. Panggil saja Shea."1007Please respect copyright.PENANAnT7I7FFtyo
Alysha menjabat tanganku sambil memperkenalkan dirinya juga. "Alysha Shakeera. Panggil Alysha saja. Pas sekali, Pak Abi memang sedang mencari sekretaris."
"Ya sudah kalau begitu. Saya kembali tugas dulu Mbak Alysha, Mbak Sheana."
"Terima kasih, Pak." Ucap Shea dan Alysha bersamaan.
"Saya panggil kamu Shea saja, ya? Tidak perlu pakai embel-embel mbak. Saya rasa umur kita tidak terlalu jauh. Kamu juga nggak usah panggil saya mbak, ya."
"Iya, Alysha". Balas Shea dengan senyum yang terus mengembang. 'Hem, kayaknya cocok nih sama Bang Syaf. Alysha hangat, Bang Syaf kan dingin-dingin alay gimana gitu'.
"Mari saya antar ke ruangan Pak Abi, She." Ajak Alysha sembari menggandeng tanganku.
Sampai di depan pintu sebuah ruangan, Alysha melepas tanganku dan mulai mengetuk pintu.1007Please respect copyright.PENANAlYkEhJtX0P
"Assalamualaikum. Permisi, Pak Abi." Ucap Alysha sopan.
"Waalaikumsalam. Masuk saja." Suaranya terdengar tegas dan penuh wibawa.
Alysha membuka pintu itu dan mengajakku masuk.1007Please respect copyright.PENANABn6lwMVkuf
"Maaf, Pak Abi. Ada yang melamar sebagai sekretaris Bapak."
"Oke, kamu bisa pergi. Biar orangnya saya yang urus." Jawab pria itu tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop di depannya.
"Baik, Pak. Permisi." Pamit Alysha pada pria yang sepertinya adalah Pak Abigail. 'Semangat'. Alysha memberiku ucapan semangat lewat gerakan bibirnya yang ku balas dengan anggukan dan senyuman.
"Duduk!" Ujar pria itu dingin
'Bentar-bentar. Kayak pernah liat mukanya tapi di mana, ya?'
"Perkenalkan diri kamu."
"Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan, saya Sheana Oktavia ..."
Belum selesai aku memperkenalkan diri, pria di hadapanku mengalihkan pandangannya dari laptop ke arahku. Namun hanya sepersekian detik. Selanjutnya, ia memandang ke sembarang arah. Ternyata benar, pria itu yang memanggil Shea istri Pak Sanip tadi.
"Kamu saya terima. Besok kamu bisa mulai bekerja. Jangan terlambat." Ucapnya mengumpulkan kembali kesadaranku.
"Kamu bisa keluar dari ruangan saya."
"Eh iya, Pak. Terima kasih. Wassalamualaikum." Ucapku masih setengah bingung. Sebelum pria itu berubah pikiran, aku bergegas keluar dari ruangannya.
Aku melihat Alysha yang sedang berjalan dengan membawa setumpuk map.1007Please respect copyright.PENANAo6isLHhUOl
"Alysha!"
Alysha menoleh ke arahku dan berjalan ke arahku. Jangan lupakan senyumnya yang bagai candu itu.1007Please respect copyright.PENANAHvL3wr32Me
"Sheana, bagaimana? Cepat sekali kamu keluar dari ruangan Pak Abi."
Sheana hanya nyengir.1007Please respect copyright.PENANAHD0QfGgc4e
"Nggak tau Lysh, baru juga aku nyebut nama udah diterima aja."
"Hahaha. Pak Abi emang kayak gitu orangnya. Susah ditebak. Selamat ya, udah jadi sekretaris di sini."
"Makasih, Lysh. Besok aku mulai kerja di sini. Mohon bimbingannya, ya."
"Iya, santai aja. Besok aku kenalin sama temen-temen yang lain. Aku mau nganter map ini dulu, ya. Sampai jumpa besok. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
'Alhamdulillah, akhirnya aku bisa kerja.'
ns 18.68.41.150da2