Mana yang menurutmu lebih tepat, menyembunyikan perasaan atau mengendalikan perasaan?244Please respect copyright.PENANAqQSB0RqvRl
Aku? Entah, tunggulah saja. Aku sedang memperbaiki diri agar aku benar-benar mampu menjadi pendampingmu sampai ke Jannah-Nya.244Please respect copyright.PENANA0gssg9kcHZ
244Please respect copyright.PENANAGMHDb8JUVQ
Selepas Sheana pergi bersama Syaf, Alysha kembali duduk di kursi kerjanya. Diam. Entah melamun atau memikirkan sesuatu. Menyelesaikan pekerjaan? Itu hanya alasan saja. Ia hanya masih tidak percaya jika dirinya tadi melihat Syaf.
'Ngapain kabur coba? Syafril kan sahabat baik kamu. Iya, sahabat. Semoga Shea nggak sampe mikir aneh-aneh.' Ucap Alysha pada dirinya sendiri.
Alysha memutuskan untuk memasangkan earphone pada kedua telinganya. Ia bersandar di kursinya dengan mata terpejam. Tak jarang ia bergumam kecil mengikuti lagu beriringan petikan gitar yang terputar di earphonenya. Alysha begitu menyukai suara gitar. Tenang dan mampu mewakili perasaan.
"Pengin milkshake, deh. Sheana udah pergi dari caffe belum, ya? Chat aja, deh."
Alysha Shakeera 💕244Please respect copyright.PENANAO9ClcOJsvf
Assalamualaikum.244Please respect copyright.PENANAkb2q3ZFdjm
Kamu masih di caffe?
Sheana Oktavia 💞244Please respect copyright.PENANAtgq2t7sn16
Waalaikumsalam.244Please respect copyright.PENANAve7tYMaG0P
Nggak, Lysh. Ini udah di jalan mau ke rumah. Kenapa?
Alysha Shakeera 💕244Please respect copyright.PENANAEv8lLQ318P
Oh gitu, ya. Tadinya mau nyusulin kamu ke caffe. Pengin milkshake. 😌
'Maaf ya, She. Aku boongin kamu. Sebenernya aku cuma nggak mau ketemu Syaf.', ucap Alysha membatin.
Sheana Oktavia 💞244Please respect copyright.PENANAzlYOdPkrUi
Gimana, dong? Hari ini sendiri dulu, besok kita jadiin pergi bareng. 😗
Alysha Oktavia 💕244Please respect copyright.PENANAvhID2JOEt9
Iya. Aku pergi dulu, ya.
Setelah memastikan pesannya terkirim, Alysha segera memasukkan ponselnya ke dalam tas. Bergegas ia melangkah keluar kantor, menyusuri jalanan selangkah demi selangkah menuju caffe.
Sekeras mungkin ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa tidak ada apa-apa antara dirinya dengan Syaf. Memangnya apa? Mereka berdua adalah teman baik.
Sesampainya di depan caffe, ada seorang perempuan yang memanggilnya dan menghampirinya.
"Alysha Shakeera?" Ucap perempuan itu. Hanya dua mata indah saja yang nampak di wajahnya.
Alysha mengernyitkan dahinya menatap perempuan di depannya bingung. Sebisa mungkin ia menampilkan senyumnya.
"Iya, saya Alysha Shakeera. Ada apa ya, mbak?"
Perempuan di depannya terdengar menjerit tertahan. Lalu langsung menghambur ke pelukan Alysha. Alysha yang masih bingung, tak bisa berbuat apa-apa.
"Akhirnya aku ketemu lagi sama kamu." Ucap perempuan itu lirih. Suaranya menyiratkan ketidakpercayaan. Tak lama, perempuan itu mengurai pelukannya.
"Iya. Tapi mbak siapa, ya?"
"Astaghfirullah. Aku Tasya, Lysh. Zivanna Anastasya. Jangan bilang kamu udah lupa sama aku."
"Masya Allah, Tasya. Ini beneran kamu? Dari mana aja? Kangen tau, ih." Ucap Alysha dengan memeluk sahabatnya itu.
"Aku nggak kemana-mana, Lysh. Dari dulu aku pengin ketemu kamu. Alhamdulillah, sekarang bisa ketemu."
"Kamu, si. Pindah nggak bagi-bagi alamat."
"Maaf, ya. Aku dulu belum tau mau pindah ke mana. Ditambah ponselku hilang."
"Nggak apa-apa, Sya. Aku seneng banget bisa ketemu kamu. Jangan ilang lagi." Ucap Alysha dengan mengerucutkan bibir mengundang tawa kecil dari Zivanna.
"Iya. Nanti kita tukeran nomor ponsel. Oh, iya. Aku belum lama pindah rumah lagi, deket sini. Kalo kamu ada waktu main, ya. Pasti ibu sama bapak seneng banget ketemu kamu lagi."
"Insya allah. Eh, ke caffe yuk. Masih banyak cerita yang menunggu untuk diceritakan."
"Iya, ayo."
Alysha mengajak Zivanna ke meja di sudut caffe, dekat dengan kaca. Tempat favorit Shea, yang mungkin akan menjadi tempat favoritnya juga.
Setelah waiter datang, dua perempuan itu mulai memesan.
"Pesan apa, mbak?" Tanya waiter perempuan itu ramah.
"Milkshake cokelat satu, milkshake strawberry satu." Ucap Zivanna cepat.
"Baik, mohon ditunggu, ya." Ucap waiter itu sebelum beranjak pergi.
"Ternyata yang jadi favorit kita masing-masing masih sama, ya. Cerita dong, kenapa kamu bisa pake ...."
"Niqab? Aku nyaman, Lysh. Aku ngerasa tenang. Aku harap ini jadi salah satu langkah, dari sekian banyak langkah yang harus aku lalui biar makin dekat sama Allah.
Aku dulu pernah bilang kan sama kamu, semoga kita bertemu dengan keadaan yang lebih baik. Aku ngerasa Allah sudah mengabulkannya. Tidak sempurna, tapi aku yakin sudah lebih baik dari sebelumnya."
"Jujur, Sya. Dari dulu aku pengin make niqab kayak kamu. Aku ngerasa perlu temen yang sama juga. Sekarang aku udah ketemu kamu. Kamu mau kan bimbing aku?" Tanya Alysha serius.
"Alhamdulillah, Sya. Ayo, kita berjuang bareng-bareng. Semoga kita istiqamah."
"Aamiin."
Kedua perempuan itu saling berpelukan. Di keempat mata itu terpancar kebahagiaan.
"Besok ikut aku, ya? Kita mulai perjuangan kita."
"Iya. Makasih, Sya. Besok aku izin dari kantor."
Segelas milkshake cokelat dan segelas milkshake strawberry telah tersaji manis di meja keduanya.244Please respect copyright.PENANAW8XbseC5Gs
Setelah mereka menikmati sedikit, mereka menyambung percakapan mereka.
"Kamu sekarang kerja atau fokus jadi ibu rumah tangga?" Tanya Alysha.
"Aku lagi fokus ngembangin online shop aku. Gimana mau jadi ibu rumah tangga? Belum ada yang mau jadi ayahnya." Ucap Zivanna terkekeh.
"Aku nggak percaya kalo kamu belum punya calon sama sekali."
"Mau gimana, Lysh? Aku dijodohin, tapi cinta nggak bisa dipaksakan, kan?"
"Jadi kamu udah ngerasa cocok sama dia?"
"Dia laki-laki baik. Kita kenal sejak kecil karena keluarga kita yang sering pergi-pergi bareng, gitu. Nggak apa-apa si kalo dia nolak perjodohan ini. Aku yakin dia udah dewasa buat milih mana yang baik buat dia."
"Jadi kamu nyerah gitu aja?"
"Nggak, lah." Ucap Zivanna dengan tenang setelah menyeruput milkshakenya.
Jawaban Zivanna itu, sukses membuat Alysha membulatkan matanya.
"Maksud kamu?"
"Kita nggak boleh nyerah sebelum kita berusaha dan berdoa semampu yang kita bisa. Jadi, aku rasa nggak ada yang salah kalo aku tetep minta dia sama Allah."
Perkataan Zivanna membuat Alysha kagum dan tersenyum miris mengingat bagaimana kisah cintanya sendiri. Sudahkah ia berusaha dan berdoa semampu yang dia bisa?.
"Kamu gimana sama Syaf?"
Alysha tertegun mendengar pertanyaan itu.
"Jangan kamu pikir aku nggak tau. Kita itu sahabat baik. Oh, iya. Gimana kabar Syaf, Wisnu, Jojo?" Lanjut Zivanna.
"Aku nggak tau." Hanya itu yang mampu Alysha ucapkan.
"Kamu kenapa? Lemes gitu. Gara-gara aku nanya soal Syaf?"
"Aku nggak tau."
"Lah, kamu maunya gimana?" Tanya Zivanna bingung.
"Aku nggak tau, Sya. Aku cuma belum siap aja, atau bahkan nggak akan siap sama konsekuensi dari apa yang aku rasa ini."
"Nggak kayak Alysha yang aku kenal. Mau kamu gimana? Berhenti?"
Alysha hanya diam. Berhenti? Boleh saja. Ia sudah cukup lelah dengan ketidakpastian. Semua orang berhak mendapatkan rasa bahagia, kan?
"Terserah kamu, deh. Kamu pasti udah bisa milih mana yang sekiranya baik buat kamu. Jangan sampe kamu kecewain diri kamu sendiri."
"Makasih banyak, Sya."
"Udah, ah. Jangan jadi sedih gitu. Kita pulang, yuk. Aku anterin, kebetulan aku tadi bawa mobil sendiri."
"Iya, Sya."
Sampai di rumah Alysha, Zivanna menyempatkan diri menemui orang tua Alysha yang sudah seperti orang tuanya sendiri.
Ibu dan ayah Alysha merasa kagum dengan sosok Zivanna Anastasya yang sekarang.
Dengan perlahan Alysha dan Zivanna menjelaskan tentang niat Alysha untuk mengenakan niqab.244Please respect copyright.PENANAHAXqIyYIot
Ibu dan ayah Alysha tidak mempermasalahkannya. Keduanya justru merasa senang dan memberi dukungan atas keputusan Alysha itu.
"Ayah setuju aja, Lysh. Tapi kamu harus istiqamah." Ucap ayah Alysha.
"Nak Tasya, mohon bimbingan untuk Alysha, ya." Ucap ibu Alysha tulus.
"Insya allah, Bu. Saya dan Alysha akan berjuang sama-sama." Jawab Zivanna.
"Terima kasih, nak Zivanna."
"Kalau begitu saya pamit dulu, Bu. Sudah hampir malam. Assalamualaikum." Pamit Zivanna dengan mencium tangan ayah dan ibu Alysha bergantian.
"Waalaikumsalam, hati-hati, Nak."
"Yuk, Sya. Aku anter ke depan." Ucap Alysha.
Sebelum masuk ke mobil, Zivanna memantapkan hati Alysha tentang keputusannya. Menanyakan kembali keyakinan Alysha. Bila sudah yakin, besok Zivanna akan kembali ke rumah Alysha untuk menjemputnya.
"Insya allah aku yakin, Sya." Ucap Alysha dengan tersenyum mantap.
"Aku pulang dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Hati-hati, Sya."
Alysha terus menatap mobil Zivanna yang terus melaju menembus remang jalan raya, sampai sorot lampu mobilnya tak nampak lagi oleh penglihatannya.
Nikmat yang paling berharga setelah iman dan Islam adalah memiliki sahabat yang salehah. Jika kamu mendapatkan kasih sayangnya peganglah ia sungguh-sungguh. (Umar bin Khattab)
ns 15.158.61.8da2