Tak ada yang salah dengan perasaan. Aku mencintaimu. Tapi jika kamu tak mencintaiku, itu tak masalah. Karena itu di luar kuasaku. Memangnya aku harus bagaimana lagi? Memaksamu untuk mencintaiku? Haha! Aku tidak sejahat itu.
Pagi ini, Sheana sudah rapi dengan gamis merah mudanya. Masih di hari-hari awal ia menjadi sekretaris. Senyuman tak lepas dari bibirnya. Ia bertekad untuk menjadi perempuan mandiri. Mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat nanti. Semuanya butuh proses.
Sampai di ruang makan, Shea langsung mengambil tempat duduk di hadapan Syaf.
"Pasti ada maunya, nih." Ucap Syaf sambil mengoleskan selai pada roti tawarnya.
"Apaan sih, Abang? Gak ada apa-apa, kok." Balas Shea dengan begitu tenang.
"Ya bagus, deh."
"Cuma aku mau ikut abang nanti berangkatnya." Ucap Shea kelewat tenang.
"Ya Allah, She. Kantor kamu itu lebih jauh dari kantor abang. Abang jadi harus bolak-balik. Lagian kenapa nggak bawa mobil sendiri, sih? Udah bisa juga." Jawab Syaf sambil terus menyantap roti tawarnya.
"Elah, Abang. Sama adek sendiri perhitungan banget. Pokoknya She ikut Abang. Titik! Nggak boleh enggak."
Syaf hanya mendengus. 'Punya adek kok begini amat, yak?'
"Cepetan, Bang! Ntar telat, lagi."
'Baru juga diterima kerja. Lagian yang numpang kan, dia.' Ucap Syaf membatin.
Salman dan Fida hanya diam. Sudah terlalu bosan mereka mendengar keributan semacam itu. Karena nantinya anak-anak itu juga akan berbaikan sendiri.
Selesai sarapan, Syaf dan She berpamitan kepada ayah dan ibu mereka. Selama di perjalanan mereka lebih banyak diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
Syaf memberhentikan mobilnya di depan gerbang kantor Shea. Setelah berpamitan kepada Syaf, Shea segera menuruni mobil dan berjalan ke arah kantor. Beruntung hari ini Shea bertemu dengan Alysha. Dua perempuan itu langsung berpelukan. Dan terlihat senyum di wajah mereka. Pemandangan itu tak luput dari penglihatan Syaf. Syaf melajukan mobilnya ke arah kantornya dengan pikiran penuh tanda tanya masa lalu.
'Apa itu Alysha? Alysha yang kemarin diceritakan Shea? Apakah Alyshanya Shea sama dengan Alysha Shakeeraku? Ya Allah, damaikanlah aku dengan ketentuanmu'.
Flashback on (Syafril Rivai)367Please respect copyright.PENANAcuifOnquq0
Bel pulang telah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Semua siswa SMA Adijaya sudah mulai mengosongi area sekolah. Namun berbeda dengan 5 siswa yang masih asyik adu mulut di gazebo sekolah. 3 orang siswa, yaitu Syaf, Jojo, Wisnu, 2 orang siswi, yaitu Alysha dan Tasya. Meskipun hanya berlima, suara mereka mampu terdengar satu sekolah. Padahal yang dibahas adalah masalah sepele. Tentang mengerjakan tugas matematika di rumah siapa.
Jojo dan Wisnu mengusulkan agar di rumah Syaf saja. Alasannya, mereka sudah sering ke rumah Syaf dan sudah kenal dekat dengan keluarga Syaf. Tapi itu hanya sebatas alasan. Ya, alasan. Jojo dan Wisnu mengusulkan rumah Syaf karena mereka ingin memanjakan perut mereka dengan aneka makanan yang dibuat oleh ibunya Syaf. Syaf hanya mengiyakan saja. Ia merasa tak masalah sengan usulan 2 sahabat karibnya itu.
Kedua perempuan tadi, Alysha dan Tasya memandang ketiga laki-laki yang sedang sibuk membayangkan makanan di rumah Syaf, dengan tatapan tajam dan berkacak pinggang. Hingga ketiga laki-laki itu menoleh ke arah dua perempuan yang siap mengeluarkan 1001 kisah dalam hitungan menit.
"Maksudnya apa, ha?! Kerja kelompok di rumah Syaf? Punya kuping nggak sih lo pada? Udah gue sama Tasya bilang ngerjainnya di caffe deket sekolah aja. Gini-gini gue masih punya malu main ke rumah cowok tau!" Ucap Alysha kesal.
"Iya, nih! Gimana, sih? Oh, gue tau. Lo kan pada doyan makan. Kalo di rumah Syaf dikasih gratis, kalo di caffe harus bayar. Jadi milih di rumah Syaf, kan? Ngaku, lo!" Ucap Tasya tak kalah kesal.
Alysha dan Tasya memang berhijab. Namun hijabnya tidak sampai menutupi dadanya. Memakai rok panjang yang masih memperlihatkan sebagian kakinya, karena selain roknya, kaos kakinya juga kependekkan. Namun penampilan yang urakkan itu tak mengurangi kadar kecantikan mereka berdua barang setetes.
"Duhai calon istri-istriku. Eh, bukan-bukan. Maksudnya, calon bidadari-bidadari surga, itu udah tau kalo di rumah Syaf makanannya gratis. Enak pula. Jadi ngapain ke caffe? Mahal loh itu." Balas Jojo, yang memang terkenal humoris. Konyol tepatnya.
Alysha dan Tasya nampak saling berbisik. Kemudian mereka melangkah pergi meninggalkan ketiga laki-laki itu.
"Ya udah, sono ngerjain di rumah Syaf. Kita nitip nama aja. Makasih!"
Teriak Alysha sambil tertawa bersama Tasya dengan langkah yang semakin menjauh.
Alhasil, tugas matematika itu pun hanya dikerjakan oleh ketiga laki-laki itu. Meskipun mereka sudah bersahabat lama, mereka tetap merasa segan untuk mengunjungi rumah sahabat perempuan mereka. Sebaliknya dua perempuan tadi juga merasa segan untuk mengunjungi rumah sahabat laki-lakinya itu jika memang tidak ada sesuatu yang mendesak.
Di rumah Syaf, benar saja. Jojo dan Wisnu langsung melahap habis makanan yang disuguhkan ibunya Syaf. Bahkan, semua soal yang ada hanya dikerjakan Syaf. Mereka berdua hanya menyumbang nama. Maksudnya, mereka berempat.
"Kenapa ya tu bocah perempuan dua susah banget dah kalo dibilangin?" Adu Jojo.
"Gatau juga, tuh. Gimana ya ntar kalo udah jadi istri? Stres nggak tuh suami sama anaknya. Hahaha!" Balas Wisnu sambil tertawa yang dihadiahi tawa juga oleh Jojo dan Syaf.
Entah bagaimana mereka dapat tertawa lepas seperti itu. Bagi orang yang tak kenal dekat dengan mereka, mereka hanyalah 3 remaja berwajah dingin, cuek, dan galak. Mereka menunjukkan karakter yang lebih bersahabat kepada orang yang memang benar-benar kenal dengan mereka.
"Eh, biar gitu juga mereka cantik tau." Ucap Jojo.
"Jo, jangan suka memandang yang haram." Peringat Syaf.
"Tapi ya, Syaf. Lo juga sering liatin Alysha, kan? Lo suka? Jangan lo pikir gue nggak tau, ya." Ucap Wisnu.
Ah, sahabat Syaf satu ini memang yang paling mengerti dirinya. Memang selama ini ia sering memandang Alysha. Tapi itu di luar kendalinya! Ia baru tersadar saat Wisnu telah memberikan kode, seperti cubitan, tabokan, atau sikutan.
"Astaghfirullah. Maaf, gue kan khilaf. Gue harap kalian terus negur gue saat gue salah." Ujar Syaf.
"Pastilah, Mas Bro. Tapi emang lo sama Alysha cocok, kok." Ucap Jojo sambil menunjukkan ekspresi menerawang.
"Doakan yang terbaik saja."
"Pasti, Bro." Ucap Jojo dan Wisnu bersamaan.
"Denger-denger pas udah lulus nanti Alysha mau pindah, ikut bapaknya. Tapi gue juga nggak tau pindah ke mana. Sabar ya, Bro Syaf. Jodoh nggak bakal ke mana."367Please respect copyright.PENANAVJQIwiNhH1
Ucap Jojo. Untuk informasi, Jojo adalah sepupu Alysha.
"Eh, iya." Jawab Syaf seadanya.
'Jadi dia mau pindah? Ah, apapun itu yang penting baik buat dia. Sekarang tugasku belajar, biar ujianku memuaskan. Bikin bangga ayah sama ibu. Soal cinta nanti saja. Nunggu aku sukses. Karena sukses mengundang cinta yang lebih berkelas.' Syaf bertekad kuat.
Hari kelulusan itu pun tiba. Benar saja, Alysha berpamitan kepada sahabat-sahabatnya, terutama Tasya, Jojo, Wisnu, dan Syaf. Ia akan pindah rumah, tapi tidak memberi tahu di mana alamat barunya.
Alysha dan Tasya masih berpelukan, seakan enggan terpisah. Air mata masih mengalir di pipi keduanya.
"Udah, Sya. Jangan nangis. Aku masih di Indonesia, kok. Kita masih bisa ketemu." Ucap Alysha mencoba menenangkan.
"Bener ya, ketemu?"
"Iya, Sya."
"Semoga kita kembali bertemu dengan keadaan yang lebih baik, Lysh." Ucap Tasya sesenggukan.
"Aamiin. Semangat Tasya!"
Tasya hanya menganggukan kepalanya. Mereka tersenyum, kemudian mengurai pelukan yang begitu erat tadi. Alysha melangkah menjauh meninggalkan kami berempat. Ia sempat berbalik badan dan mengucapkan salam
"Semoga kita sukses! See you on top. Assalamualaikum." Ucapnya dengan senyum yang tulus.
"Waalaikumsalam." Ucap kami serempak.
"Jangan lupain gue, Lysh." Ucap Tasya.
"Gue juga." Wisnu pun sama.
"Gue juga, Lysh." Ucap Jojo tak mau kalah.
Alysha memandang ke arahku. Mungkinkah ia menanti kalimat seperti itu juga? Aku hanya membalasnya dengan senyum yang sedikit kupaksakan. Meski hati berteriak, "Jangan lupain aku, Lysh!". Tapi otakku berbanding terbalik dengan hatiku. Membuatku terlalu gengsi untuk mengatakannya.
Melihat responku yang demikian, ia meneruskan langkahnya masuk ke dalam mobil hitam ayahnya. Sebelum mobil itu melaju, Alysha memberikan senyum dan lambaian tangannya kepada kami.
Kutatap langkah kaki yang kian menjauh. Suaranya perlahan mulai tak terdengar. Udara yang sama, terasa menyesakkan. Putaran waktu seakan berhenti. Awan-awan hitam mulai menyatu menggodaku untuk berhenti, mengingat kamu bukan sebuah kepastian.
Menatap langkah kaki yang sulit untuk kuikhlaskan. Aku akan selalu mendoakanmu. Jika kita tidak ditakdirkan bertemu lagi, semoga kamu bahagia dengan apa yang kamu jalani. Tapi aku benci dengan kalimat tadi. Aku akan terus merayu Tuhan agar kita dipertemukan kembali meski untuk pertama dan terakhir setelah perpisahan ini.
Meski kita dipertemukan tidak untuk dipersatukan. Ah, ternyata aku juga membenci kalimat tadi.367Please respect copyright.PENANA9C6Bw5zuBm
Ya Allah, jika kami berjodoh, pertemukan dan persatukan kami dalam ketentuanmu dan pisahkan kami hanya karena waktu. Ternyata aku suka dengan kalimat tadi.
Flashback end
367Please respect copyright.PENANA1pvpxYoFlq