Perempuan memang selalu ingin dilindungi, tapi bukan berarti dia sama sekali tidak berusaha untuk melindungi dirinya sendiri. Perempuan memang suka menunggu, tapi jika yang ditunggu tidak berujung temu? Mungkin saatnya membuka hati untuk yang baru.176Please respect copyright.PENANAokCwDKTPdz
176Please respect copyright.PENANAG8HOY4t7pE
Sehari sebelum tanggal pernikahan Abigail dan Zivanna, Alysha dan Sheana pergi ke butik sesuai rencana mereka sebelumnya, mencari baju untuk ke pernikahan bos mereka itu. Dress brukat merah muda langsung menarik perhatian kedua gadis itu sejak pertama memasuki butik.
"Udah yakin, kan, sama baju yang ini?" Tanya She memastikan.
"Iya, ini udah bagus banget, kok. Ntar cantiknya kita ngalahin yang mau nikah." Ucap Sheana dengan tertawa kecil.
"Pasti, dong. Kalo pake baju dari butik ini jadi cantik." Suara perempuan paruh baya itu berhasil mengalihkan fokus Alysha dan She.
"Tante Dewi?" Alysha memastikan.
"Kamu ..."
"Aku Alysha, Tante. Temennya Wisnu pas SMA." Ucap Alysha sebelum mengulurkan tangan untuk mencium tangan ibu sahabatnya itu.
"Oh, Alysha, yang suka bareng Tasya itu, ya? Cantik sekali kamu, nak." Puji Bu Dewi dengan wajah sumringah.
"Terima kasih, Tante. Ini Sheana, temen Alysha, adiknya Syafril."
Sheana pun langsung mencium tangan Bu Dewi.
"Oalah, adiknya Syafril, ta. Keluargamu cakep-cakep semua, ya?"
Sheana hanya bisa mengangguk canggung.
"Wisnu gimana, Tante?"
"Dia barusan ngabarin udah sampe rumah. Beberapa minggu ini dia ke Singapura. Nggak tau, deh, ngapain. Oh, ya, dia pulang katanya mau ke nikahan temen bisnisnya yang pas banget nikah sama temen SMA-nya dulu, Tasya."
"Gitu ya, Tante. Ini juga kita beli buat ke nikahan Tasya besok. Emang Wisnu belum nikah, Tan?"
"Tante sih udah penginnya nimang cucu. Tapi Wisnu, tuh, nggak tau maunya yang gimana. Tante juga nggak mau jodoh-jodohin dia. Biar dia nentuin sendiri aja. Salah satu dari kalian mau jadi mantu Tante, nggak?"
"Tante, mah."
Mereka bertiga masih melanjutkan percakapan sampai lebih dari lima menit. Merasa hari sudah semakin sore, Alysha dan Sheana segera pamit dengan Bu Dewi dan beranjak meninggalkan butik milik ibunya Wisnu itu.
"Mampir mini market dulu ya, Lysh. Ada yang mau dibeli."
"Cemilan lagi? Es krim?"
"Iya, tau aja. Kalo sama kamu hawanya pengin jalan-jalan terus. Berasa sama kakak sendiri."
Alysha mengerti maksud perkataan Sheana. Tapi, Alysha sudah mengharuskan dirinya untuk bersikap biasa pada segala sesuatu yang menyinggung soal Syafril.
"Ya udah. Mau ditemenin masuk, nggak?"
"Harus dong, Lysh." Ucap Sheana dengan cengiran khasnya.
Sudah sekitar 15 menit Alysha mengekor Sheana yang terlihat seperti anak kecil ketika sudah berhadapan dengan cemilan dengan bungkus menggembung warna-warni.
"She, ini udah banyak banget, loh. Emang abis?" Tanya Alysha mulai lelah mengikuti langkah She yang terus menjelajahi deratan cemilan dengan mata berbinar.
"Ya, Abis, lah. Kan buat stok. Ini juga Bang Syaf kadang ngerusuh, suka ngabisin."
Merasa tak ada respons dari Alysha, Shea membalikkan badannya ke belakang. Matanya membulat ketika melihat Alysha kewalahan menata cemilan dalam keranjang. Ia pun menghampiri Alysha.
"Alysha, sih, jajannya banyak banget." Ucapnya asal.
"Ini jajan kamu semua, She." Ucapnya dengan nada yang dibuat kesal.
"Lah? Eh, iya, lupa." Sheana hanya tertawa. Alysha hanya menggeleng melihat tingkah laku sahabatnya ini.
'Syaf gini juga nggak, ya?'
"Ya udah yuk, Lysh, pulang."
"Es krim?"
"Ah, iya, kelupaan."
Alysha merasa salah bicara. Tapi apa boleh buat. Ia tidak mau mengganggu kesenangan Sheana.
Sampai di depan rumah Sheana, Alysha merasa tidak tega melihat Sheana menenteng begitu banyak di kedua tangannya. Sheana pun kelihatan sedikit kewalahan. Akhirnya, Alysha menawarkan diri untuk membantu membawakan cemilan Sheana dalam kantong plastik putih itu. Sheana tak menolak karena ia juga merasa kerepotan dengan ulahnya sendiri.
"Kayaknya aku beli kebanyakan, deh, Lysh."
"Mau dibalikkin? Makanya pikir-pikir dulu, deh, kalo mau beli sesuatu."
Sheana hanya mengerucutkan bibir sebelum membuka pintu rumahnya dan mengucapkan salam.
“Assalamualaikum.” Shea mengucap salam dan langsung memasukki rumahnya diikuti Alysha. Ternyata keluarga Sheana sedang berkumpul di ruang tamu.
“Waalaikumsalam.” Ucap mereka serempak.
“Tumben banget kumpul semua jam segini,” ucap Shea sambil meletakkan belanjaannya di sofa yang kosong.
Setelah itu, ia mengulurkan tangannya pada Alysha yang berdiri di belakangnya untuk mengambil alih belanjaannya yang ada pada Alysha.
“Makasih, ya, Lysh. Duduk dulu, aku buatin minum.”
“Nggak usah, She. Aku mau langsung pulang aja.”
“Kok gitu, sih?”
“Iya. Ayah, Ibu, Alysha pamit pulang.”
“Lho, kok nggak duduk dulu, Alysha? Buru-buru sekali.” Ucap Fida.
“Ada acara, Bu.” Ucap Alysha setelah mencium punggung tangan Fida.
“Acara apa? Kok nggak bilang?” Ucap Sheana sedikit merajuk.
“Ada, deh.”
“Jangan bilang acara lamaran?” Ucap Sheana serendah mungkin.
“Iya. Assalamualaikum,” ucap Alysha dengan menyatukan tangannya di depan dada dan sedikit menganggukkan kepalanya.
“Waalaikumsalam, hati-hati, Nak.”
Sheana mengikuti langkah Alysha sampai di gerbang.
“Udah sana, masuk!”176Please respect copyright.PENANAawoUWToBwS
Sheana tak langsung megikuti ucapan Alysha, tetapi justru memeluk Alysha erat.
“Kenapa?” Ucap Alysha sehalus mungkin.
Sheana melepas pelukannya dan menyeka air mata yang ternyata sudah tidak bisa ia bendung lagi. Alysha hanya mengerutkan176Please respect copyright.PENANAAqYlBofe62
dahinya bingung.
“Semoga kamu bahagia selalu, ya.” Ucap Sheana.
“Iya, kamu juga, ya. Oh, ya. Besok aku jemput jam 8, ya?”
“Iya. Hati-hati.”
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Setelah Alysha melajukan mobilnya, Sheana masuk kembali ke dalam rumah dengan wajah kusutnya.
“She, kok beli jajannya banyak banget, sih.” Ucap Salman.
“Ini, juga. Es krimnya taruh di kulkas dulu. Keburu cair ini.” Sahut Fida.
“Gara-gara Abang!” Ucap Sheana dengan nada kesal lalu segera menaiki tangga masuk ke kamarnya.
Syaf yang sedari tadi sedang sibuk dengan ponselnya langsung mengalihkan pandangan mengikuti langkah adik perempuannya itu dengan alis terangkat. Setelah Sheana masuk ke dalam kamar, pandangan Syaf tak sengaja bertemu dengan pandangan kedua orang tuanya yang sedang menatapnya penuh selidik. Seolah mengerti apa yang ada di pikiran orang tuanya, Syaf langsung mengeluarkan kalimat pembelaan.
“Nggak Syaf apa-apain, Yah, Bu. Ayah sama Ibu kan juga tau, dari tadi Syaf anteng aja di sini.”
Mendengar ucapan putra sulung mereka itu, Salman dan Fida langsung berpandangan dan menghela nafas lelah.
Saat Syaf mulai menenggelamkan diri lagi di aplikasi chat ponselnya, ucapan Salman membuat semuanya buyar.
“Bang, mungkin She minta kakak perempuan.” Ucapan Salman sukses dihadiahi cubitan oleh istri tercintanya. Sekarang, giliran Syaf yang menghela nafas lelah.
“Mau yang kaya gimana si, Syaf?” Lanjut Salman.
“Kayak Alysha, gimana? Ibu suka, deh, sama Alysha.”
“Gimana, Bang?” Tanya Salman.
“Iya. Iya, nggak tau ntar.” Ucap Syaf lirih.
Dengan bismillah,176Please respect copyright.PENANAIOpupMYWSc
Semoga tiada kata terlambat untuk mulai melangkah mewujudkan satu mimpi.176Please respect copyright.PENANAYRHQvflTzR
Semoga tiada kata keliru setelah semua waktu yang telah lama berlalu.176Please respect copyright.PENANAKY0C3FO3Qg
Dengan bismillah,176Please respect copyright.PENANA0VoUjEdPT3
Aku menawarkan diri untuk menemanimu merajut satu mimpi.176Please respect copyright.PENANAOvnbbzZa2p
Bersama untuk sehidup sesurga.